10. Surat?

7.8K 801 20
                                    

Malam ini, Mayang tampak berada di terminal bus. Bukan karena ia hendak akan pulang ke kampung, tetapi karena kedua orang tuanya datang.

Liburan semester kali ini, orang tuanya memutuskan untuk datang ke kota. Mereka ingin mengunjungi Mayang, sekaligus mengunjungi Bude Mayang. Dan pula, mereka ingin berlibur, setelah Tejo tak lagi menjabat sebagai kepala desa.

"Bapak! Ibuk!" Pekik Mayang berlari kecil menghampiri orang tuanya. Dimana, mereka langsung memeluk dan mencium pipi putri kesayangan mereka itu.

"Piye kabare, nduk?" Tanya Fatma.

"Sehat, buk." Jawab Mayang. "Gimana tadi perjalanannya, aman toh?" Tanya Mayang.

"Aman..aman.." jawab Tejo dengan riang. "Sekarang sudah ada pos kemanan di simpang tiga sebelum kampung. Jadi kampung kita sudah cukup aman, nduk." Jelas Tejo.

Mayang begitu senang mendengar hal itu. "Wah, bagus kalau begitu, pak. Ndak ada orang kampung sebelah yang minta-minta duit lagi kan ya. Jadi jual hasil panen juga, jadi tenang." Balas Mayang.

"Ya sudah, pak, kita ke kontrakanku dulu. Besok baru ke tempat Bude. Jauh soalnya. Ndak ada angkutan umum lagi kalau jam segini."

Mayang pun bantu mengangkat barang bawaan orang tuanya. Lalu, segera beranjak dari sana. Membawa ayah dan ibunya untuk pergi menuju kontrakan Mayang.

......

Pagi ini, Mayang membawa orang tuanya pergi ke rumah Bude nya. Setelah selesai sarapan pagi, mereka pun lantas bergegas untuk pergi.

"Ini pak, buk, tempat kuliah Mayang. Dekatkan?" Ucap Mayang menunjuk kampusnya. Jalan menuju kontrakan Mayang, berada tepat di samping universitas tempat Mayang berkuliah.

"Wah, dekat ya, nduk. Ndak jauh-jauh," ucap Tejo sembari menatap gedung yang ada di sisi kiri jalan.

Di persimpangan depan, mereka pun menaiki angkutan umum untuk menuju ke rumah Bude Mayang.

"Jauh ya rumah budemu?" Tanya Fatma.

Mayang lantas menganggukkan kepalanya. "Jauh sangat, buk. Dulu saja, aku sering terlambat. Makanya aku putusken untuk cari kontrakan saja." Jawab Mayang dengan logatnya yang masih sangat kental.

"Iya, ndak apa. Sing penting bisa jaga diri ya, nduk." Balas Tejo dan Mayang langsung menganggukkan kepalanya dengan patuh.

"Berapa lama iki wes sampai?" Tanya Fatma lagi.

"Ya, kurang lebih 1 jam setengah, buk. Iku pun, harus nyambung angkutan lagi." jawab Mayang.

"Jauh, yo. Kaya dari desa ke kota lamanya." Sela Tejo.

Mayang mengigit bibir bagian bawahnya. Sesungguhnya, ada hal yang ingin ia tanyakan pada orang tuanya. Yaitu, perihal Angkasa. Tetapi, apa gunanya juga ia bertanya. Justru, itu akan mengundang kecurigaan orang tuanya pada dirinya.

Akhirnya, kata itu tertahan di bibirnya. Dan tenggelam di tenggorokannya.

......

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Mayang dan kedua orang tuanya pun sampai di tempat yang di tuju. Dimana, kedua keluarga yang bertemu itu, lantas berpelukan dan menangis dengan haru. Terutama Fatma dan adiknya Fatimah.

Suasana rumah Bude Mayang jadi terasa ramai. Sepupu Mayang juga lantas menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka. Serta pun Mayang ikut membantu.

"Mbak Mayang, sejak pindah, ndak pernah datang kesini," ucap Dewi sembari memotong daun sup di atas talenan.

"Maaf, wi, mbak sibuk kuliah. Tiap libur, mbak tuh sebenarnya pengin sangat main ke sini. Tapi, kadang mikir-mikir, cucian baju, tugas, belum rapikan rumah. Tahu lah wi, mbak tinggal sendiri. Eeghhh repot.." keluh Mayang dengan gaya khasnya yang centil.

"Mmm, iya yo. Ndak sepi mbak tinggal sendiri?" Tanya Dewi lagi.

Mayang menghelakan napasnya dalam. "Ya, sepi. Tapi karena rumah mbak mu ini di dekat kampus, kadang teman-teman mbak sering datang. Kerjain tugas sama di rumah." Jawab Mayang.

Dewi menganggukkan kepalanya mengerti. Tetapi, tiba-tiba dewi memberhentikan irisannya. "Oh, iya, mbak," ucap Dewi menatap Mayang. Dimana Mayang balas menatapnya.

"Ada surat untuk mbak."

Mata Mayang seketika melebar menatap Dewi. "Surat?" Tanyanya heran. Siapa pula yang mengirimi dirinya surat? Orang tuanya biasanya mengirim surat ke rumah Mayang yang sekarang. Lalu, itu surat dari siapa?

"Surat dari sopo?" Tanya Mayang. Mayang meletakkan sendok yang ada di pegangannya dan mendekati Dewi.

"Ndak tau, mbak. Sebentar ya, biar tak ambilkan." Ucap Dewi meletakkan pisaunya, kemudian beranjak dari duduknya.

Tak lama, Dewi kembali dengan membawa beberapa surat yang masih berada di dalam amplop di tangannya. "Ini, mbak." Ucap Dewi menyerahkan surat itu pada Mayang. "Tiap bulan, surat ini datang."

Mayang menerima surat itu. Seketika ia tercengang melihat nama yang tertera di sana. Mulutnya terbuka lebar, dan matanya yang membulat itu pun berkaca-kaca.

Komandan Angkasa ucapnya lirih di dalam hati.

Mayang menelan gumpalan besar di tenggorokannya. Dadanya bergemuruh cepat dan tubuhnya langsung panas dingin. Ia melihat surat demi surat yang datang untuknya. Dan benar saja, semua surat itu datang dari Angkasa.

"Dari sopo, mbak? Kayanya alamatnya dari luar kota." Tanya Dewi penasaran.

Mayang menempelkan surat-surat itu di dadanya dan tersenyum lebar menatap Dewi. Ia tak menjawab dan hanya menatap dewi seperti itu.

"Hah, opo iki?" Gumamnya menghelakan napasnya yang tak karuan itu. Membuat Dewi mengernyitkan dahinya heran akan kelakuan Mayang.

Kok bisa komandan Angkasa kirim aku surat? Tahu dari mana dia alamat disini? Batin Mayang.

Eh, tunggu dulu. Iki bukan surat penahanan yo? Mayang mengernyit bingung dan menatap amplop surat itu.

Ah, ndak mungkin. Iki kan di kirim dari luar kota. Mayang menggelengkan kepalanya.

Jangan-jangan.. aaaaaa!! Mayang terpekik riang di dalam hati. Ini surat cintakah? Batin Mayang bertanya-tanya.

Komandan Angkasa kirim aku surat cinta? Surat cinta dari Manado?

Sangkin senangnya, sangkin berbunga-bunganya hati seorang Mayang, tanpa sadar ia melompat-lompar dengan kegirangan. Bahkan tak sanggup untuk menahan tawanya.

Ya gusti, apa komandan Angkasa berubah pikiran?

......
Surat apa ya? 🤔
Surat sakit *eh
Surat penahanan? 😮
Surat lamaran (kerja) 😂
Atau..
Surat tanah? Wwooooo... 🤑

Jangan lupa vote dan komen yaa..
Makasih ❤

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang