3 part lagi, angkasa tamat 😛
......
Masih dengan Mayang yang sedang libur semester dan sibuk mencari perhatian suami. Pagi ini ia menghampiri Angkasa yang sedang santai membaca koran dan menikmati secangkir teh. Ia mengajukan satu tantangan yang sangat bodoh menurut Angkasa."Kalau mas berani, sini lawan aku," tantangnya. Ia menunjukkan lengan ototnya yang kecil, menantang Angkasa untuk adu panco. Sebuah tantangan yang terlalu bodoh bagi Angkasa.
Angkasa memutar bola matanya malas. Kemudian ia meminum tehnya sembari menatap wanita yang sedang memasang wajah sombong itu. Angkasa mencecap bibirnya dan meletakkan gelasnya kembali.
"Pergilah, lebih baik kamu mandi atau membuat makanan." Ucap Angkasa mengusir wanita itu.
Tetapi Mayang tetaplah Mayang. Ia wanita yang tidak pantang menyerah. "Iih, mas ndak berani ya lawan aku? Takut kalah ya?" Si centil Mayang mencoba memprovokasi Angkasa.
Angkasa menghelakan napasnya. Kemudian ia memberi tangannya, membuat Mayang langsung bersorak senang.
Mayang menggenggam tangan Angkasa yang langsung di balas genggam oleh pria itu. "Mulai yo, satu.. dua.. tiga.." mayang pun mulai beraksi.
Angkasa dengan santai melanjutkan membaca surat kabarnya. Tangannya masih tegak berdiri dan tidak terpengaruh sedikitpun atas kegigihan dan kerja keras Mayang.
Mayang berusaha menang. Ia dengan tangan kecilnya dan kepercayaan dirinya yang besar, berusaha menjatuhkan tangan Angkasa. Ia bahkan menggertakkan giginya dan dengan curang menggunakan kedua tangannya.
"Sudah saya katakan, kamu tidak akan menang. Menyerah saja," ucap Angkasa memberi saran.
"Ndak mauu eegghhh," Mayang tetap berusaha.
"Baiklah, jika kamu tidak berhenti, maka saya akan membuatmu kalah dan permainan ini berakhir," ucap Angkasa.
Saat Angkasa hendak akan menjatuhkan tangan Mayang, Mayang menghalaunya. "Sek..sek..sek..," ucapnya. "Yang menang cium yang kalah yo," ucapnya membesarkan matanya.
Angkasa menyipitkan matanya. Kemudian ia mengangguk. "Ya, baiklah," ucapnya setujuh. Dengan mudah, ia menarik tangan Mayang. Menjadikan wanita itu sebagai pemenangnya. Membuat mata Mayang membesar seketika.
"Kamu yang menang. Sekarang, sini.. cium saya," ucap Angkasa. Angkasa menggerakkan jarinya, menyuruh Mayang untuk mendekat.
Dengan wajah cemberut, wanita itu pun berdiri. "Mas, licik," cicitnya sembari mendekat ke arah Angkasa.
Angkasa langsung menarik pinggang wanita itu agar duduk di pangkuannya. "Saya tidak licik. Saya hanya melakukan apa yang saya inginkan," sangkal Angkasa. "Ayo, sekarang cium saya. Saya menunggu,"
Mayang menatap wajah Angkasa yang begitu dekat dengan wajahnya. Diakan ingin Angkasa yang menciumnya, bukan dirinya yang mencium pria itu.
"Kamu hanya berani menggoda saya. Tetapi mencium suami sendiri, kamu tidak berani," komentar Angkasa.
Mayang meneguk salivanya. Di tatapnya bibir merah Angkasa yang begitu menggiurkan untuk di cium. Tapi, dia ragu. Jadi ia fokuskan matanya ke pipi Angkasa saja. Di dekatkannya bibirnya ke pipi Angkasa. Dan saat ia hampir sampai, Angkasa menoleh. Membuat bibir Mayang justru berjumpa dengan bibir pria itu.
"Hk?" Mayang menarik napasnya dalam. Ia benar-benar terkejut. Tetapi lebih terkejut lagi saat angkasa menyerang bibirnya dan melumatnya. Membuat Mayang meremas kuat kaos Angkasa.
Angkasa melepas pagutan itu. Kemudian ia menarik hidung Mayang, membuat Mayang merengek. Sejujurnya Angkasa bingung sendiri terhadap dirinya. Jika Mayang ada bersamanya, hidup Angkasa jadi kacau karena selalu di teror oleh Mayang yang selalu ingin mencari perhatian. Tetapi jika Mayang tidak ada bersamanya, maka hatinya akan merindu dan pikirannya selalu bertanya-tanya akan keadaan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
RomanceAngkasa. Dari namanya saja, tempatnya begitu tinggi. Tak mampu tangan ini meraihnya. Walau ke bukit manapun ku daki, tetap dia begitu tinggi tak terjamah. Dirinya penguasa, dirinya pelindung, hanya saja.. aku menaruh rasa. Angkasa. Ingin ku gapai...