28. Kejutan?

8.4K 786 31
                                    

Suasana malam yang begitu hening. Angkasa melajukan kendaraannya di jalan yang gelap dan sepi. Ia baru saja pulang dan saat ini sedang menuju ke rumahnya.


Mobilnya memasuki pemukiman penduduk yang rumahnya cukup jarang. Dan tak berapa lama, ia sampai di depan pelataran rumah dan memarkirkan mobilnya disana.

Seperti biasa, angkasa terlebih dahulu mengecek kotak suratnya sebelum ia masuk ke dalam rumah. Kali ini, tidak ada satu surat pun yang ia terima. Angkasa pun lantas bergegas menuju ke pintu masuk rumahnya.

Tetapi, langkahnya melambat seketika, ketika netranya mendapati sebuah kotak kecil tergeletak di depan pintu rumahnya yang sederhana. Ia mengangkat alisnya dan menghampiri kotak kecil itu. Lalu ia membungkuk mengambilnya.

Angkasa menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi suasana tampak sunyi. Tidak ada orang disana. Ia pun membuka kotak kecil itu, dan seketika ia mengangkat alisnya.

Mayang pikirnya.

Seseorang memberikannya alat tes kehamilan yang menunjukkan bahwa ia positif hamil? Siapa lagi jika bukan Mayang?

"Mayang," panggil Angkasa mencari keberadaan wanita itu. Ia mencari ke bagian samping rumahnya, mencari tahu apakah wanita itu ada di sana atau tidak.

"Mayang, keluarlah.. saya tahu kamu ada di sini!" Perintah Angkasa.

"Mas," suara centil itu membuat Angkasa menoleh seketika. Mayang muncul dari belakang mobil angkasa dan menebar senyum lebarnya.

Angkasa lantas menghampiri wanita itu. "Kenapa kamu tidak bilang bawha kamu akan datang?" Tanya Angkasa.

Bukan menjawab, Mayang pun berlari kecil ke arah Angkasa. Ia langsung melompat ke dalam pelukan pria itu dan untungnya langsung di tangkap oleh Angkasa. Dengan cepat, ia menghujani wajah Angkasa dengan kecupannya.

"Aku rinduu," ucap Mayang menempelkan pipinya pada pipi pria itu.

"Kenapa kamu tidak bilang bahwa kamu akan datang?" Kembali Angkasa menuntut.

Mayang semakin mengeratkan pelukannya. "Kan aku mau kasih kejutan. Mas udah lihat?" Tanya Mayang sembari tertawa cekikikan.

"Ya, sudah," jawab Angkasa datar.

Mayang merenggangkan sedikit pelukannya. Tetapi ia masih berada di gendongan pria itu. "Lihat opo?" Tanya Mayang lagi menaikkan alisnya. Ia merengutkan hidungnya sambil menatap wajah datar pria itu.

"Kamu hamil," dengan santai Angkasa menjawab. Seakan itu bukan sebuah kejutan untuknya. Seakan itu hal yang biasa saja.

Mayang menekuk bibirnya dan menautkan alisnya. "Mas ndak senang aku hamil?" Tanya Mayang.

"Senang," jawaban singkat yang membuat Mayang ingin mencakar pria itu.

Mayang kesal. Ia pun langsung mengigit telinga pria itu. Tetapi sayang, itu tidak membuat Angkasa menjerit. Pria itu hanya memejamkan matanya menahan sakit dari gigitan Mayang.

"Iiih, Kalau senang mana ekspresinya, mas? Kenapa ndak ada ekspresinya? Dataaaaar saja. Ndak ada ketawak, atau jingkrak-jingkrak begitu," tuntut Mayang. Ia tidak habis pikir dengan Angkasa yang katanya 'senang'.

Angkasa tersenyum dalam hati melihat wajah kesal Mayang. Mayang sudah menyusun strategi untuk mengejutkan angkasa, tetapi reaksi Angkasa malah biasa saja. Entah sejak kapan, membuat hati mayang resah sudah menjadi hobby bagi Angkasa.

"Setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam menyalurkan rasa senangnya. Seperti kamu, ketika sangat senang bukannya tertawa, tetapi malah menangis, bukan? Begitu juga dengan saya, saya senang. Cukup kamu tahu bahwa saya senang." Jelas si logis Angkasa.

"Errrgghh," Mayang menggeram kesal. Ia pasrah saja memiliki suami yang seperti ini. Mau bagaimana lagi, begitulah suaminya. Entah hal apa yang akan mampu membuat seorang Angkasa pecah telor. Mayang sangat penasaran.

"Yasudah, bawalah istrimu ini ke dalam, masku," ucap Mayang dengan sabar.

"Kamu memiliki kaki untuk berjalan," ingin sekali Mayang menampar wajah tampan pria itu.

"Iih, maaas, aku lagi hamil, mas," Mayang merengek dan memasang wajah memelasnya.

"Lalu? Yang sudah mau melahirkan saja masih mampu berjalan," balas Angkasa.

"Hhmmm," Mayang merengek. Ia meneggelamkan wajahnya di leher Angkasa. "..jahat sangat,"

Angkasa tertawa kecil di belakang Mayang. Ia menepuk pelan bokong Mayang, kemudian membawa wanita itu masuk segera.

"Manja sekali, kamu!"

...

Mayang sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian tidurnya. Ia sudah mandi dan fresh kembali. Begitu juga dengan sang suami, Angkasa, pria itu sudah mandi dan sudah mengganti pakaiannya dengan kaos polos dan celana pendek.

"Mas," Mayang menarik tangan Angkasa. Dan pria itu dengan patuh mengikuti langkah Mayang. Mereka duduk di sofa dan Angkasa menunggu apa yang wanita itu inginkan.

Mayang mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu adalah kalung pemberian Angkasa saat ulang tahun mayang. "Mas, pakaikan," pinta Mayang memberi kalung itu kepada Angkasa dengan riang.

Angkasa menerima kalung itu dan Mayang langsung membelakangi pria itu. Mayang begitu senang. Ia bahkan menggulum bibir bawahnya sendiri.

Angkasa memasangkan kalung itu di leher Mayang. Ia mengaitkan pengaitnya, kemudian mengusap rambut Mayang.

Mayang bertepuk tangan dengan riang, mencoba melihat kalung yang sudah tersemat di lehernya itu. "Cantik ndak, mas?" Tanya Mayang dengan riang.

"Hmm," jawab Angkasa bergumam.

"Ha hm ha hm," Mayang menaikkan satu lututnya di atas sofa dan mendekati Angkasa. "Cantik istriku, sayang. Bilang begitu saja susah sekali." Kini kedua lutut wanita itu sudah berada di antara tubuh Angkasa.

Angkasa memegang pinggang Mayang dengan kedua tangannya. Ia membiarkan wanita itu duduk di atas pangkuannya. Sembari menatap paras ayu istri centilnya itu.

Mayang diam saja sembari menatap Angkasa. Ia menyipitkan matanya dan memajukan bibir bawahnya.

Angkasa menyerah. Ia menarik punggung Mayang untuk semakin mendekat, kemudian menarik tengkuk wanita itu. Lalu ia menyecap bibir Mayang.

...

"Mas, mas," Mayang berlari keluar rumah, mengejar Angkasa yang sudah berada di depan pintu mobilnya.

"Kenapa kamu lari-lari? Tidak ingat dirimu sedang mengandung?" Si datar Angkasa mulai mengomeli Mayang. Ia bahkan menangkap kedua tangan Mayang.

"Mas pulang jam berapa?" Tanya Mayang yang mengabaikan omelan Angkasa.

"Tunggu saja di rumah, saya hanya sebentar." Jawab Angkasa.

"He..he.." mata Mayang menyipit. Hidungnya tiba-tiba terasa gatal dan ia ingin bersin.

Melihat hal itu, Angkasa langsung dengan sigap menarik tengkuk Mayang dan mengusapkan wajah terutama hidung wanita itu di dadanya. "Bersin saja kamu tidak konsisten," omel Angkasa.

Mayang mengusap hidungnya, kemudian ia berjinjit mencium wajah suaminya itu. "Hati-hati ya, mas," ucap Mayang kemudian tersenyum manis.

Angkasa menganggukkan kepalanya. Ia mengusap kepala mayang dengan tangannya yang lebar. "Istirahat saja di rumah. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh. Jangan berlari-lari seperti tadi,"

Mayang menikkan pandangannya menatap heran suaminya yang tiba-tiba saja berubah jadi cerewet. "Nggeh, mas. Cerewet sangat," jawab Mayang sekaligus menyindir.

Mayang menatap kepergian Angkasa sembari memanyunkan bibirnya. Ia mendelik mobil pria itu yang semakin menjauh. "Awas saja kalau nanti masku marah-marah lagi, huh.. tak marahin balik."

......
Sudah ku bilang, jangan menunggu reaksi pak komandan 😄 kecewa kaliankan wkwkwkwk

Jangan lupa vote dan komen yaa..
Makasih 💜

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang