2 bulan setelah Mayang mengirimkan balasan surat pada Angkasa..
Siang itu, terasa menyebalkan bagi Mayang. Pasalnya, kedua sahabatnya seperti bersekongkol untuk mengerjai Mayang.
Ada sebuah bahan yang di butuhkan sebagai bahan praktik di salah satu mata kuliah yang Mayang ambil. Dan bahan itu, harus di bawa saat mata kuliah itu di adakan.
Kedua sahabat Mayang yaitu sumarni dan ningsih tampak enggan untuk ikut dengan Mayang mencari bahan itu. Mereka menuturkan berbagai alasan yang menuntut agar Mayang saja yang membeli bahan itu.
"Aduh may, aku harus jemput bapak dan ibuk ku. Sebentar lagi mereka udah sampai di terminal." Sumarni beralasan. "Kamu sama kak Reza saja ya. Aku nitip." Tambahnya.
"Mayang, kamu kan tahu, aku harus kerja. Kalau nanti aku terlambat, aku bisa di pecat." Giliran Ningsih yang beralasan. "Nggak papa kamu hari ini sama kak Reza ya. Sekali lagi, kita sama belinya. Tapi musti izin dulu dari tempat kerja." Tambah Ningsih.
Mayang menghelakan napasnya menahan sabar. Ia bukan tidak mengerti apa maksud dari kedua sahabatnya itu. Ia pun tahu benar bahwa selama ini, pria bernama Reza yang sudah menunggu dengan motornya, menaruh hati pada Mayang.
Tetapi, Mayang tak menyukai pria itu. Ia terlihat sombong dan suka memamerkan apapun yang ia punya. Seakan, dirinya lah manusia yang paling kaya di dunia ini.
Mayang menaruh rasa tak suka akan prilakunya tersebut. Sombong, tinggi hati, membuat Mayang malah jijik akan sikapnya.
Tetapi, mau tidak mau, Mayang harus mengiyakan kata teman-temannya. Walau sudah tahu di jebak, tetapi Mayang tidak dapat untuk berontak. Karena dirinya pun butuh bantuan Reza untuk membeli keperluan praktiknya.
Akhirnya, Mayang pun menganggukkan kepalanya dengan tak ikhlas. "Yo wes," jawabnya dengan lemah. Siang itu, Mayang pun pergi bersama Reza.
"Mayang, kamu suka ndak lihat motorku?" Di tengah perjalanan, Reza bertanya. Membuat Mayang menaikkan sebelah bibir atasnya.
"Hmmm," jawab Mayang bergumam malas.
"Ini tuh, rx king. Motor keluaran terbaru, Mayang. Di indonesia ini, baru beberapa orang saja yang punya." Jelas Reza penuh percaya diri.
"Oooh, begitukah. Hebat sekali ya, kamu bisa punya." Balas Mayang dengan malas.
Kata pujian Mayang membuat Reza semakin tinggi hati. Ia seakan terbang dan semakin bangga akan apa yang ia punya. Ia begitu bangga untuk memamerkan motor barunya.
"Kamu tuh beruntung, Mayang. Bisa di boncengin pakai motor yang apik tenan macam ini." Seru Reza.
"Ah, yaaa.. beruntung sangat aku iki. Matur nuwun sangat, kak Reza." Balas Mayang.
Mayang memutar bola matanya malas. Ia paling tidak suka orang yang tinggi hati seperti Reza. Benar-benar sombong dan menyedihkan.
Lebih enak lagi naik mobil Komandan Angkasa. Ndak bising kaya motor dia yang mahal ini batin Mayang.
Berbicara tentang Angkasa, sejak Mayang mengirim surat balasan padanya, Mayang tak pernah mendapat surat balasan darinya lagi hingga detik ini. Mayang pernah berspekulasi, mungkin saja Angkasa membalas lagi ke alamat bude Mayang. Tetapi, Dewi berkata bahwa tak ada lagi surat masuk untuknya.
Mayang berpikir, mungkin saja suratnya tak sampai pada Angkasa. Bisa saja, saat Mayang telah mengiriminya surat, Angkasa telah pindah seperti yang Angkasa alami saat mengirim surat pada Mayang.
Mayang memasrahkan masalah hatinya pada yang Kuasa. Jika memang Tuhan sudah takdirkan dirinya pada Angkasa, bagaimana pun ceritanya mereka akan bertemu kembali. Walau saat ini, Mayang harus bersabar dengan harapan kosong yang perlahan pupus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
RomanceAngkasa. Dari namanya saja, tempatnya begitu tinggi. Tak mampu tangan ini meraihnya. Walau ke bukit manapun ku daki, tetap dia begitu tinggi tak terjamah. Dirinya penguasa, dirinya pelindung, hanya saja.. aku menaruh rasa. Angkasa. Ingin ku gapai...