Mayang Sari, mahasiswa yang sedang di runduh kegalauan karena jauh dari suami tercinta. Bagaimana tidak merana hatinya, di kota, ia tinggal sendiri di rumah yang sudah di siapkan oleh suaminya itu. Sementara sang pujaan hati, tengah mengembara di negeri orang.
Keresahan hati Mayang semakin menjadi, kala sudah 3 bulan tidak bertemu. Dan kini malah satu minggu ini, ia tidak bertukar kabar dengan Angkasa. Ia menelpon pria itu dengan telepon rumah, tetapi tidak pernah mendapat jawaban. Bahkan surat pun Mayang tidak tahu sudah sampai di tangan Angkasa atau tidak.
"Mayang," Ningsih, teman Mayang memanggil, membuat Mayang tertegun. "Kenapa? Lagi sakit gigi ya?" Tanyanya melihat Mayang yang terus bertopang dagu dan membekap pipinya.
Mayang menggelengkan kepalanya lemah. "Ndak," jawabnya malas.
"Terus kenapa?"
Mayang menghelakan napasnya dalam. "Suamiku ndak bisa di hubungi. Iiisshh, kesal aku," desis Mayang merengutkan wajahnya.
"Kamu sih Mayang," ucap Sumarni, teman Mayang, membuat Mayang menatapnya sengit. "..ngapain jauh-jauh dari suami?! Bahaya loh,"
"Iih, ndak mungkinlah suami aku lakuin yang macem-macem," Mayang menepis perkataan Sumarni dengan percaya diri. Ia sangat percaya pada Angkasa. Dan lagi pula, siapa juga wanita yang berani mendekat pada suaminya itu? Mengingat perawakan Angkasa yang menyerahkan itu. Hehe itu tidak mungkin terjadi.
"Mayang Mayang.. kamu mungkin bisa percaya sama suamimu. Tapi kamu nggak bisa nutup jutaan mata perempuan yang ada di dunia ini. Suamimu itu kan tentara, perempuan mana yang nggak melihat Mayang?!"
Napas Mayang memberat seketika. Ia mendadak merasa gerah mendengar ucapan Sumarni. Memang, suaminya itu abdi negara yang punya pangkat. Dia sangat tampan walau berhadapan dengannya sangatlah menakutkan. Tetapi, kemungkinan ada wanita yang mendekatinya, tentu saja itu bukan sebuah kemustahilan.
Tapi masa iya, mas Angkasa ndak angkat teleponku karena perempuan lain? Ndak mungkinlah. Itu ndak mungkin!
"Saya peringatkan sama kamu, beberapa waktu mendatang, saya dan kamu akan berpisah sangat jauh. Saya ini laki-laki. Harusnya kamu tahu bagaimana cara membuat saya tetap melihatmu walau sejauh apapun."
Tiba-tiba kata-kata Angkasa beberapa waktu lalu terngiang dalam benak Mayang. Membuat ia mendesis kesal seketika. Perasaannya semakin gusar dan gundah. Benaknya terus bertanya-tanya akan kebenaran. Dan rasa curiga mulai terselubung di dalam hatinya.
"Eh, Mayang, ngomong-ngomong, kak Reza masih sering lihatin kamu," ucap Ningsih membuat Mayang langsung memutar bola matanya malas.
"Lalu, kamu pikir saya peduli? Saya sudah punya suami yang cakep sangat." Balas Mayang. Mayang benar-benar malas jika membahas tentang seorang Reza. Gara-gara pria itu, Mayang pernah mendapat masalah. Dan Mayang pun menaruh dendam pada pria itu.
Entah memang Reza panjang umur atau bagaimana, tetapi pria itu tiba-tiba saja terlihat kedatangannya. Ia menatap mayang, dan perlahan mendekat ke arah wanita itu.
Mayang berdecak lidah, sebal melihat Reza yang terus berusaha mendekat padanya. Padahal, Reza tahu sendiri bahwa Mayang sudah menikah. Dan Reza pun tahu, pria seperti apa yang menikah dengan Mayang. Tetapi, entah kenapa ia terus saja berusaha mendekati wanita itu.
Tanpa buang waktu, Mayang lantas beranjak dari duduknya. Ia menarik tasnya dan segera pergi dari sana.
"Mayang," panggil Reza menatap Mayang yang berlalu. Tetapi mayang mengabaikannya. Ia tidak mau lagi berurusan dengan pria itu, apa lagi berbicara padanya. Dan lagi pula, mayang merasa tidak memiliki keperluan sama sekali dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
RomanceAngkasa. Dari namanya saja, tempatnya begitu tinggi. Tak mampu tangan ini meraihnya. Walau ke bukit manapun ku daki, tetap dia begitu tinggi tak terjamah. Dirinya penguasa, dirinya pelindung, hanya saja.. aku menaruh rasa. Angkasa. Ingin ku gapai...