Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Langit mulai gelap, dan burung-burung pun mulai kembali ke sangkarnya. Pada saat itu, Mayang baru saja turun dari angkutan umum. Ia baru saja kembali dari rumah budenya, dan baru sampai sore ini.
Dengan perlahan, Mayang melangkahkan kakinya dari persimpangan jalan menuju kediamannya. Waktu itu, jalanan cukup sepi. Dan suasana pun mulai remang.
Saat Mayang baru tiba di depan gerbang rumahnya, tiba-tiba saja, sebuah suara memanggilnya. "Mayang," membuat Mayang sontak memberhentikan langkah dan menoleh.
"Kak Reza?" Cicit Mayang heran. Mayang mengernyitkan dahinya menatap heran Reza yang menghampirinya di jam seperti ini.
"Aku boleh mampir, Mayang?" Tanya Reza membuat Mayang menjadi risih.
Mayang menatapnya sengit Reza. "Ini sudah malam, kak Reza. Lebih baik kak Reza pulang saja. Aku ndak mau nanti tetanggaku lihat dan mikir yang macem-macem!" Tolak Mayang mengusir Reza dengan cara yang halus.
Mayang hendak membuka pagar rumahnya, tetapi tidak jadi karena Reza menarik lengan Mayang. "Mayang, kalau begitu, kita makan diluar saja ya?" Pinta Reza menggenggam lengan Mayang.
Mayang berusaha melepaskan tangannya dari Reza, tetapi tangan pria itu begitu kuat memegang lengang Mayang. "Aku ndak mau! Aku udah makan. Mending kak Reza pulang saja!" Tolak Mayang.
Mayang benar-benar kesal. Ia memukul tangan Reza agar pria itu melepaskannya. "Iih, lepasin!" Pekik Mayang emosi.
Tetapi, bukannya melepaskan Mayang, Reza malah semakin mengeratkan genggamannya. "Mayang, kamu jangan begitu. Kamu kan tahu saya suka sama kamu. Harusnya kamu ngerti maksud saya," ucap Reza tetap kekeh melanjutkan niatnya.
Masih tetap berusaha melepaskan diri, Mayang pun menjawab. "Aku udah punya suami! Jangan ganggu-ganggu aku! Lepasin!" Pekik Mayang dengan takut.
"Tapi suami kamu nggak di sinikan, Mayang? Dia nggak akan tahukan kalau kita makan bersama."
"Iiih, enggak! Lepasin!" Tolak Mayang mentah-mentah. "Tolooong!" Teriak Mayang merasa benar-benar takut.
"Mayang, kamu jangan macem-macem. Orang tua saya orang berada, Mayang. Harusnya kamu pilih saya, bukan orang tua itu! Hidup kamu aj-"
Plak!!
Sebuah benturan keras menghantam kepala Reza. Membuat tangan Reza yang memegang Mayang terlepas seketika dan ia terhempas lalu tersungkur membentur aspal.
"Berani sekali kamu mengganggu istri saya," ucap Angkasa dingin. Menatap Reza dengan penuh amarah.
Mayang mengangakan mulutnya. Air matanya pun jatuh beruraian. Ia terkejut dengan apa yang Reza lakukan padanya, dan lebih terkejut lagi melihat kehadiran Angkasa yang tiba-tiba ada di hadapannya.
Angkasa menginjak dada Reza, membuat Reza yang tidak mampu melawan mengaduh kesakitan.
"Saya sudah peringatkan untuk jangan mengganggu istri saya lagi, tetapi kamu tampaknya tidak mendengar," ucap Angkasa menakan dada Reza, membuat Reza berusaha memukuli kaki pria itu.
"Lepasin saya, Komandan. Saya nggak bakalan gangguin Mayang lagi," pinta Reza yang berusaha menarik kaki Angkasa dari atas dadanya.
Mayang yang melihat hal itu, jadi semakin takut. "Maas," cicitnya mengingatkan. "..jangan di bunuh, mas," ucap Mayang benar-benar takut menatap kemarahan Angkasa.
Angkasa menoleh ke arah Mayang dan menatap wanita itu dengan mata menyipit. "Kenapa? Kenapa saya tidak boleh bunuh orang ini?" Tanya Angkasa tegas sembari menekan dada Reza. Membuat Reza berteriak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
RomanceAngkasa. Dari namanya saja, tempatnya begitu tinggi. Tak mampu tangan ini meraihnya. Walau ke bukit manapun ku daki, tetap dia begitu tinggi tak terjamah. Dirinya penguasa, dirinya pelindung, hanya saja.. aku menaruh rasa. Angkasa. Ingin ku gapai...