Bambam masih berada di rooftoop, sudah satu jam mungkin sejak BangChan turun tadi. Nyaman menurutnya, angin malam dimusim dingin.
Sampai suara langkah kaki mendekat terdengar oleh telinga Bambam. Dia menolehkan wajahnya kebelakang, melihat kehadiran Woojin yang memang bermaksud menghampirinya.
"Tidak dingin?" Tanya Woojin ramah. Kemudian dia berdiri disamping Woojin, menyaksikan indahnya kota Seoul pada malam hari.
"Bagaimana Felix?" Tanya Bambam.
"Dia sudah sadar," jawab Woojin. "Ngomong-ngomong," Woojin menggantungkan kalimatnya, membuat Bambam mau tak mau menatapnya. "Aku penasaran."
Bambam menghela nafasnya kemudiam tersenyum kecil kearah Woojin. "Tentang Somi, kan?" Tebaknya.
"Hmm."
Bambam terdiam sebentar, memikirkan harus membicarakannya atau tidak. Namun pada akhirnya Bambam pun bicara.
"Kami sudah menganggapnya seperti adik sendiri, aku dan BangChan," Bambam menjeda kalimatnya, berfikir bagaimana melanjutkannya. "Itu terjadi kira-kira lima tahun yang lalu."
Woojin mengangguk-angguk paham. "Aku mengerti," ujarnya.
"Aku menyukainya, BangChan juga," lanjutnya. Woojin sedikit kaget mendengarnya, namun dia kembali seperti biasa. "Lucu sekali, kan? Tapi Somi lebih sering dekat denganku, mungkin BangChan cemburu," ujarnya.
"Apa itu sebabnya BangChan tidak menyukaimu?" Tanya Woojin, walaupun sebenarnya itu konyol kalau BangChan membeci Bambam hanya karena cemburu.
"Tidak," jawabnya. "BangChan tidak sebodoh itu."
Woojin hanya mangut-mangut saja. "Kenapa dia sampai membecimu seperti itu?" Tanyanya lagi.
"Hyung-ku adalah tersangka utamanya," lanjut Bambam. Kali ini Woojin benar-benar terkejut, jadi alasan BangChan membencinya selama ini.
Woojin diam untuk beberapa saat sambil terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi diantara mereka.
"Tapi BangChan punya alasan lain membenciku," lanjut Bambam.
"Alasan lain?" Tanya Woojin bingung.
"Aku tidak tahu, tapi aku tahu dia punya alasan lain. Dia tidak membenciku hanya karena hyung-ku melakukannya," jelasnya. Woojin dibuat bingung lagi dengan kata-katanya.
"Apa maksudnya?"
Bambam menghela nafas. "Aku yakin bukan hyung-ku yang melakukannya. Aku tahu BangChan juga berfikir begitu," jawab Bambam. Woojin terkejut, lagi. Woojin memang tahu sedikit tentang BangChan, tapi dia tidak tahu sampai hal-hal seperti itu.
"Kalau begitu kita harus mencarinya," usul Woojin. Bambam menghela nafasnya lagi pelan.
"Tidak semudah itu, Woojin. Aku bahkan sudah mencari petunjuk kemana-mana namun masih tak tau."
Kali ini Woojin yang menghela nafasnya. "Ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan Somi sampai dia bisa meninggal?" Tanya Woojin hati-hati. Dia tahu ini pertanyaan yang sangat sensitif, karena itu Bambam terdiam cukup lama lagi.
"Dia diperkosa, lalu.." Bambam tidak melanjutkannya, Woojin pun tidak perlu mendengar lanjutannya karena dia sudah bisa menebaknya.
"Benar-benar gila, astaga ini gila," ujar Woojin tidak habis pikir, bajingan mana yang berbuat sampai sekejam itu.
"Bolehkan aku bertanya satu hal lagi?" Tanya Woojin pelan. Bambam hanya mengagguk pelan sebagai jawaban.
"Apa hubungannya ini dengan Kim Mingyu?" Tanya Woojin. Bambam memandangi Woojin aneh.
"Selama ini kau tidak tahu siapa Mingyu?" Tanya Bambam, dia kira selama ini Woojin tahu. Woojin mengerutkan keningnya, bagaimana mungkin dia tahu siapa Mingyu sebenarnya. Dia hanya tahu kalau dia sangat membenci BangChan, dan juga dia pernah memukuli Woojin. Woojin ingat betul Kim Mingyu pernah bilang kalau dia akan membalas BangChan dan kalau perlu menyakiti orang-orang tedekatnya.
"Kim Mingyu adalah kakak Somi."
"MWO?!" Okay satu kata barusan berhasil membuat Woojin terkejut setengah mati, lebih terkejut daripada tadi.
"Hyung-ku memang tersangka utamanya, tapi aku dan BangChan tanpa sengaja ada didekat tempat kejadian waktu itu," jelasnya lagi. Okay Woojin lelah untuk kaget, dia hanya menghela nafasnya kasar.
"Sudahlah, aku lelah. Aku akan melihat Felix sebentar lalu pulang," ujar Bambam, kemudian berlalu menginggalkan Woojin tanpa permisi.
Woojin masih diam disana sambil memikirkan teori-teori antara BangChan, Woojin, Somi, dan Mingyu. Namun, itu malah membuat kepalanya sakit dan sulit berfikir.
.
"KAU GILA, HAH?!" laki-laki bertubuh tinggi itu tidak bisa menahan marahnya lagi. Saat kejadian memang dia tidak bisa berbuat apa-apa, namun, dia benar-benar menahan kesal kepada laki-lali didepannya itu
"mereka memang pantas mendapatkannya," jawabnya santai.
"Kau tahu tidak yang kau lakukan itu itu bisa membahayakan kau sendiri. kau gila, benar-benar gila," ujar Sehun kesal.
"Yak! Kau sudah kuanggap hyung-ku, kenapa kau malah membela mereka?"
"Aku tidak sepertimu, aku punya karier tidak sepertimu," ujar Sehun.
"Kau hanya peduli kariermu!" Ujar Mingyu sinis.
"Setidaknya aku lebih baik darimu," ujar Sehun.
"Cih."
Mingyu malas menanggapi omelan Sehun, dia malah melengos kesofa dan menyalakan tv. Sehun hanya bisa menghela nafasnya kasar.
"Sebaiknya jangan macam-macam, sebaiknya kau cari kegiatan atau pekerjaan. Aku harus pergi, aku masih ada jadwal bersama member lain," ujar Sehun sebelum pergi meninggalkan Mingyu.
Sehun meninggalkan apartemennya dan Mingyu dan menuju mobilnya. Sehun memang punya apartemen sendiri, namun dia lebih sering tinggal didorm bersama member exo lainnya.
Sehun menjalankan mobilnya dan pergi meninggalkan apartemen. Sehun tidak punya jadwal apapun hari ini, dia punya tujuan lain. Karena itulah dia berbohong kepada Mingyu.
.
Chapter depan aku banyakin part nya Felix.
200117

KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION ✔
Hayran Kurgu▪Siapa yang tidak ingin diperhatikan oleh hyungnya -Lee Felix ▪Dia mengincarku, dia tidak akan membiarkanku merasa aman. -BangChan ### "Jangan diperdaya oleh ego-mu" -Bambam "Dia benar-benar tidak bisa ditebak" -Kim Woojin "Sok suci kalian semua" ...