Bagian kedelapan

1.8K 358 51
                                    

Hyunjin menghela nafas lelah. Setelah pulang dari pemakaman Renjun dan melihat teman-temannya yang mendadak aneh, Hyunjin mendudukkan diri nya di bawah pohon hanya untuk menghilangkan bebannya.

Kematian 3 temannya membuat nya akhir akhir ini mendadak murung. Kehilangan teman-teman yang cukup dekat dengannya membuat hati nya teriris. Apalagi saat mengetahui ketiga temannya dibunuh dengan cara mengenaskan.

"Sebenernya siapa pelaku nya?" Gumam Hyunjin, kepala nya ia sandarkan pada batang pohon disebelahnya. Ia lelah sungguh.










Lelah berpura-pura lebih tepatnya.

"Hyunjin?"

"Eh ayam copot" Hyunjin mendelik melihat Felix yang tiba tiba berada disebelahnya. "Ada apa?" Tanya Hyunjin kesal

Felix mendudukan dirinya di samping Hyunjin, kepala nya ia sandarkan ke batang pohon -mengikuti Hyunjin-

"Cape ya jin" gumam Felix. Hyunjin yang mendengar ucapan Felix refleks menegakan tubuhnya

"Maksud lu apa?"

"Kematian Kak Mark , Seungmin sama Renjun masih misteri kan?" Bukannya menjawab Felix malah balik bertanya.

"Ya iyasih , gue juga gatau kenapa mereka bisa dibunuh" Hyunjin kembali menyadarkan kepala nya di batang pohon.

Felix tersenyum mendengar ucapan Hyunjin.

"Hyunjin ada hal yang kamu gak tau disini"

"Apa?" Tanya Hyunjin penasaran

Hyunjin melihat Felix disebelah nya, entah kenapa mata anak pindahan aussie ini tiba tiba berubah menjadi sendu. Tangannya meremat ujung hoodie yang dipakai. Helaan nafas terdengar beberapa kali dari mulut Felix. Sampai ucapan Felix selanjutnya membuat Hyunjin membulatkan matanya terkejut.








































"Kak Mark itu kaka kandung aku"

"HAH?"


























Jeongin melamun di kamarnya. Setelah pulang dari pemakaman Renjun, entah kenapa mood nya memburuk.

"Coba aja aku lebih cepet jawab telfon kamu" Helaan nafas itu terdengar lagi.

Malam itu, sebelum Renjun dinyatakan tewas dan ditemukan oleh wanita paruh baya yang tak lain adalah tetangga nya. Renjun memang beberapakali menelpon Jeongin.

Jeongin yang sedang bergelut di dapur untuk memasak jelas tak mendengar, karena memang ponsel pintar nya ia letakkan di kamar.

Niat untuk menebus kesalahan karena -sepertinya- Renjun memerlukan bantuannya. Jeongin berniat untuk datang ke rumah Renjun -karena memang hari minggu- Sekalian mengajak Renjun untuk sekedar lari pagi. Tapi justru apa yang di lihat nya sukses membuat Jeongin mematung ditempat.

"Kau temannya?" Tanya wanita paruh baya itu.

"Iya bu saya temannya"

"Temanmu tewas dibunuh, ibu sengaja panggil ambulance dan beberapa polisi. Kamu gak keberatan kan temen kamu diotopsi? Karena kematian temen kamu itu gak wajar" Ucapan panjang wanita paruh baya yang bahkan tidak dikenal nya itu hanya dibalas anggukan setuju oleh Jeongin.

"Jasad nya tergantung dengan perut sobek" lanjut wanita itu.

Jeongin merasakan mata nya memanas. Ia tak menyangka Renjun akan menyusul Mark dan Seungmin.

"Dek, kamu temennya? Bisa ikut kami untuk melakukan pemeriksaan?" Suara polisi menyadarkan Jeongin dari lamunan nya.

"Bisa pak" Sebelum Jeongin mengekori pak polisi untuk melakukan pemeriksaan di dalam rumah Renjun. Tangannya dengan cepat mendial nomor salah satu temannya.







"Lix, Renjun meninggal"

Kejadian pagi tadi berputar layaknya film dikepala nya. Penjelasan pak polisi juga penjelasan wanita paruh baya yang menjelaskan jika wanita itu menemukan Renjun tergantung karena penasaran dengan bau amis yang menyeruak saat dirinya ingin buang sampah.

"Semuanya rumit, sebenernya siapa pelakunya?" Gumam Jeongin frustasi. "Aku cuma berharap, malam ini gaakan ada lagi yang terbunuh" lanjutnya.




























































"Itu hanya harapan mu Jeongin haha Let's play the game"

"Hello" || SKZ × DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang