Bagian kedelapanbelas

1.5K 301 25
                                    

Tubuh Chenle ambruk saat merasakan pisau itu kembali menusuk perutnya. Ia menangis dalam diam, sungguh Chenle menyesal telah membuka pintu. Ia tidak tau jika pembunuh berdarah dingin itu mengincarnya.

"Uhukk" Chenle terbatuk dengan keras saat merasakan pisau yang sedari tadi menancap perutnya beralih menyayat leher nya.

Chenle dapat merasakan nafas nya tercekat. Pembunuh itu akan memutus nadi nya. Maka yang bisa ia lakukan adalah berdoa. Berdoa jika akan ada seseorang yang menolong nya.

Tapi sepertinya mustahil. Karena ia dapat merasakan di sekitar rumahnya sudah sepi. Dan siapa juga yang ingin bertamu pada malam hari?


























"Gimana keadaan Hyunjin dok?"

"Dia kritis, terlalu banyak darah yang keluar dan nadi nya hampir terputus" penjelasan dokter didepannya membuat Felix menghela nafas kasar. Dirinya tidak menyangka jika Hyunjin akan melakukan tindakan nekat seperti itu.

Bagaimana tidak, sepulangnya Felix dari supermarket beberapa jam lalu disuguhkan dengan pemandangan Hyunjin yang tergeletak di lantai dengan tangan berlumuran darah? Oh bahkan Felix lupa niat awalnya untuk memarahi Hyunjin karena noda cokelat panas yang tumpah sebelum Felix memutuskan pergi ke supermarket itu masih menggenang di lantai.

Felix lalu menelfon ambulance untuk membopong tubuh Hyunjin yang sudah tidak sadarkan diri. Felix meringis mengingatnya.

Felix sungguh tidak mengerti dengan jalan pikir temannya itu. Felix sempat ingin memarahi Hyunjin nanti jika ia sudah sadar. Tapi sebuah pesan yang berasal dari ponsel Hyunjin mampu membuat Felix terdiam di koridor rumah sakit sesaat Hyunjin di dorong masuk ke ICU.

Felix mengerti kenapa Hyunjin melakukan hal nekat itu.



































Bokap Jeno
"Om mau kamu tanggung jawab atas kematian anak om, dasar anak sialan"

Felix mengerti, seberapa besar penyesalan yang dirasakan Hyunjin.

"Berdoa saja, semoga temanmu bisa cepat sadar"

Ucapan dokter itu membuat Felix tersadar dari lamunan nya. Netra nya menatap sang dokter yang cukup ia kenal dengan sendu "ya semoga saja" balasnya pelan.

"Felix? Apa saya boleh bertanya?" Felix hanya mengangguk pelan. "Tapi tidak disini" lanjutnya.

Dan disinilah Felix, di salah satu ruangan yang ia yakini sebagai ruangan sang dokter.

"Dokter mau tanya soal apa?" Felix mendudukan dirinya di sofa coklat yang memang ada disampingnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan teman-teman mu? Maksudku, ini kejadian kedua setelah temanmu yang bernama Jeno dirawat disini. Dan perihal teman-teman mu yang sepertinya nampak aneh" penjelasan Dr. Chris didepannya membuat Felix menghela nafas, ia sudah menduga jika dokternya ini akan menanyakan hal yang ia hindari.

"Cerita nya panjang dok"

"Tak apa, aku akan mendengarkan"

Malam itu, Felix akhirnya menceritakan semua kejadian aneh yang menimpa dirinya dan teman-temannya. Kejadian yang merubah semuanya.


































Felix tidak menyadari jika Dr. Chris menegang saat nama seseorang itu disebut.

Dan Felix tidak menyadari jika seseorang telah menguping dibalik pintu.

Tring

Cerita itu terhenti saat dirasa ponsel nya berbunyi nyaring. Dan Felix sukses menegang ditempat saat pesan itu berhasil ia buka.

"Ada apa?" Tanya Dr Chris saat menyadari raut wajah Felix berubah menjadi sendu. Bukannya menjawab Felix malah memberikan ponsel nya pada Chris.

Sama halnya dengan Felix, Dr Chris menegang, matanya terus menerus membaca kalimat yang dikirimkan oleh salah satu teman Felix.

"Saya tau siapa orangnya"

"Saya tau siapa dalangnya"

Felix menegang ditempat nya. Ia menatap Dr. Chris dengan gelisah. "Ayo kita tangkap pelakunya" entah mengapa suara dokter dihadapannya membuat Felix merinding.

"Dokter tau siapa dalangnya?" Tanya Felix pelan. Dr. Chris hanya mengangguk sebagai jawaban, ia tersenyum -bukan lebih tepatnya menyeringai tipis menatap Felix yang tiba-tiba saja gelisah di tempat duduknya.

Felix berdiri dari duduknya. Mengambil ponselnya yang tadi sempat ia berikan pada Dr. Chris yang memang duduk didepannya.

"A-aku harus menjaga Hyunjin, terimakasih atas ceritanya dokter. Saya permisi" ucap Felix gugup

Dr. Chris melebarkan seringaian nya saat melihat Felix berjalan keluar ruangannya dengan tergesa. "Dasar anak nakal" gumamnya pelan.

Sepanjang koridor rumah sakit Felix tidak berhenti menangis, ia mencoba untuk kembali membaca pesan yang beberapa menit lalu dikirimkan kepadanya. Ia tidak percaya, sungguh tidak percaya. Semuanya menjadi rumit.

Jeongin
Terakhir dilihat jam 23.45

"Felix, Chenle dibunuh"
































PLEASE VOTE AND COMMENT

sorry baru update hehe... adakah yang nunggu cerita ini? :')

Gak kerasa sebentar lagi book ini selesai huhu :')

Jadi? Sejauh ini udah nemu siapa pelakunya?

"Hello" || SKZ × DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang