Bagian keduapuluh dua

1.4K 259 38
                                    

"Kegiatan kita sepertinya disaksikan oleh pasien yang sedari tadi sadar dari koma nya ---

----- bukan begitu Hyunjin?"

Tubuh Hyunjin menegang ditempat. Ia memang sudah terbangun dari koma nya. Dan pemandangan pertama yang ia dapatkan adalah saat Haechan ambruk bersimbah darah di lantai ruang rawatnya.

Awalnya Hyunjin ingin berteriak, tapi melihat bagaimana suasana didepannya begitu menegangkan maka ia memilih diam, pura-pura tertidur lebih tepatnya.

Dan kali ini, Hyunjin hanya bisa meringis saat kepura-puraannya diketahui oleh Hanjis.

Hyunjin hanya berharap seseorang menolongnya sekarang.

"Hello Hyunjin"

Oh baiklah. Bahkan hanya mendengar suara nya saja sudah membuat Hyunjin bergidik ngeri. "Buka mata mu brengsek!" Hyunjin terkejut, itu suara temannya Felix.

Perlahan Hyunjin membuka matanya.  Raut wajah Felix dan Hanjis lah yang menyambutnya.

"Bagaimana rasanya mengintip? Apa itu menyenangkan?" Pertanyaan dingin Hanjis dibalas gelengan kuat Hyunjin.

Hanjis tersenyum. Senyum meremehkan. Tangan kanan nya kembali mengacungkan pisau ke arah Hyunjin "Ingin merasakan apa yang Haechan rasakan Hyunjin?"

Hyunjin membulatkan matanya terkejut "ja-jangan" ucapnya terbata. Dilihatnya Hanjis yang semakin mendekatkan pisau nya pada wajah Hyunjin.

Semakin dekat hingga suara Felix menghentikan pergerakan Hanjis.

"Jangan membunuh temanku sialan" Ucapan Felix sukses membuat tawa Hanjis menggema. "Hyunjin? Temanmu? Aku tidak percaya haha"

Felix geram. Hampir saja melempar pisau lipat dari balik jaket nya jika saja pintu ruang rawat tidak terbuka , dan






























"ADA MAYAT AAAAA"

Teriakan salah satu perawat rumah sakit membuat Felix dan Hanjis kelabakan. Dengan cepat Felix membungkam perawat itu dengan tangannya.

"Ini ada ap--- wow"

Ucapan Dr. Chris terpotong saat melihat mayat Haechan tergeletak  begitu saja dengan darah dimana-mana. "Soobin, lebih baik kau keluar sebentar. Ini urusanku, dan tutup mulutmu"

Soobin -si perawat- hanya mengangguk. Setelah bekapannya dilepas oleh orang yang tadi membekapnya ia memilih keluar dari ruangan itu dengan menutupi mulutnya karena bau darah yang sempat tercium itu sukses membuatnya mual.

"Bedebah kecil" ejek Dr. Chris. Matanya menatap Hanjis dan Felix bergantian. Seringaiannya kembali terukir di bibirnya saat melihat Hanjis dan Felix yang tiba-tiba terdiam.

Pandangannya kemudian beralih pada Hyunjin yang terlihat bingung. "Oh Hyunjin kau sudah sadar ternyata. Bagaimana keadaanmu?"

"Dia baik-baik aja"

"Saya tidak bertanya kepadamu Felix" jawaban Dr. Chris kembali membuat Felix geram.

Dr. Chris berjalan menghampiri Hyunjin yang masih terdiam di ranjangnya. Matanya bergerak gelisah. Perasaan tidak enak saat Dr. Chris mendekatinya semakin besar.

"Pamanmu mencarimu"

Sukses. Hyunjin kembali menegang ditempatnya. "Pa-paman?" Tanya nya memastikan. Dr. Chris hanya mengangguk "Aku akan memanggilnya kesini, tapi--

Ucapan Dr. Chris kembali terpotong, matanya kembali menatap Hanjis dan Felix yang juga menatap nya.

---- setelah aku membereskan mayat itu. Dan membereskan urusan ku dengan dua bedebah kecil ini"

"Dok, bisakah kau tidak memanggil paman itu?" Pertanyaan Hyunjin hanya dibalas gelengan oleh Dr. Chris

Hyunjin hanya belum siap bertemu dengan Ayah dari Jeno itu. "Dia tidak akan melukai mu, mungkin?" Seringaian Dr. Chris semakin lebar, melirik sebentar arloji ditangan kanan nya.

"Waktuku hanya dua jam. Felix dan Hanjis ikut aku" titah Dr. Chris mutlak. Mau tidak mau Hanjis dan Felix mengekor.

Langkah Dr. Chris terhenti di koridor matanya menatap tajam para perawat yang ia lewati.

"Satu orang mayat ditemukan di ruangan 130 diduga terjatuh dari kamar mandi dan kepala belakangnya terantuk lantai. Urus mayat itu dan segera bersihkan ruang rawat nya"

Beberapa perawat itu mengangguk patuh lalu dengan segera mengerjakan apa yang ditugaskan oleh sang dokter.

"Felix dan Han Jisung. Kita harus berbicara"





















































"Paman kecewa denganmu Hyunjin" Hyunjin masih menunduk. Ia tidak berani menatap sosok yang telah ia anggap sebagai ayah keduanya.

Kedatangan ayah Jeno di ruangannya cukup membuat Hyunjin terkejut. Walaupun beberapa jam yang lalu Dr. Chris telah memberitahunya.

"Ma-af om" cicit Hyunjin.

"Kau harus bertanggung jawab atas kematian anak om" Tubuh Hyunjin menegang. Ia menatap ayah jeno dengan tatapan was-was. "Ma-maksudnya?" Tanya Hyunjin pelan.

Ayah Jeno beranjak dari duduknya, langkahnya dibawa mendekat ke arah Hyunjin yang tiba-tiba bergerak gelisah. "Kau harus menyusul Jeno dan meminta maaf padanya disana"

Hyunjin menggeleng ribut, kaki panjangnya ia gunakan untuk menendang perut ayah Jeno. Lupakan soal sopan santun, ia hanya ingin dirinya selamat. Tangannya mencabut paksa selang infusan yang menancap di tangan kirinya.

Hyunjin memaksakan dirinya untuk berlari saat ayah Jeno tersungkur akibat tendangannya. "KEMARI KAU ANAK SIALAN!" Teriakan itu membuat Hyunjin semakin mempercepat larinya.

Beberapa kali menubruk pasien dan perawat lain yang sempat menahannya. Soobin yang melihat pasien yang cukup dikenalnya itu berlari keluar rumah sakit pun ikut mengejarnya. "HEY PASIEN JANGAN LARI" teriaknya.

"KEMANA ANAK ITU HAH?" Soobin terlonjak kaget saat melihat orang disampingnya. Orang yang sama dengan orang yang mencari pasien bernama Hyunjin.

Soobin ingat. Pasien yang berlari itu adalah Hyunjin. Dan orang yang berteriak disampingnya ini adalah pamannya.

"Dia lari paman" jawab Soobin.

"Ck. Lihat saja jika aku berhasil menemukanmu. Akan ku bunuh kau"

Soobin menegang mendengar ucapan pria tua disampingnya ini. "A--aku akan melaporkan kabur nya pasien tadi. Permisi"

Dengan cepat Soobin berlari menjauh dari pria bermatel coklat itu. "Dasar gila" batinnya

Langkah Soobin terhenti disebuah lorong rumah sakit. Tangannya merogoh saku celana nya, mendial nomor sang dokter untuk memberitau perihal kaburnya pasien.

Tapi pergerakannya terhenti, saat indra pendengarannya menangkap suara beberapa perawat yang berlarian. Matanya membulat saat salah satu perawat yang cukup ia kenal membicarakan dokter yang sangat ia kenal.

Lagi. Soobin kembali menegang, bahkan ponsel yang sedari tadi ia pegang terjatuh begitu saja saat telinganya kembali mendengar pembicaraan perawat yang ia asumsikan tengah memberikan info kepada perawat lain.












































































"Dr. Chris ditemukan tewas diruangannya dengan tubuh bersimbah darah dengan perut yang terbuka"





























Please vote and comment ^^

Gimana gimana? Hehe

Next?

"Hello" || SKZ × DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang