Jeongin termenung. Mata nya menatap lurus pintu ruang rawat Jeno yang beberapa menit yang lalu sudah terbuka.
Jeno dipindahkan
Dipindahkan dari ruang rawat menjadi ruang mayat.
Pikirannya berkecamuk. Ucapan Felix yang masih bisa ia dengar dari ponsel Haechan benar-benar menganggunya.
Matanya beralih menatap Chenle yang terduduk lemas di depannya. Matanya sembab. Kondisi yang tidak jauh beda dengan Haechan yang duduk disampingnya.
Setelah mendengar perihal Jaemin yang terbunuh dan Jeno yang juga terbunuh. Mereka memilih bungkam. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan, hanya suara isak tangis yang menjadi alunan musik sendu di depan ruang rawat yang sudah tidak berpenghuni.
"Haechan, Jeongin, Chenle"
Mereka serentak menoleh. Didapatinya Felix yang berlari kecil kearah mereka.
"Kita harus menjalankan upacara pemakaman Jeno dan juga Jaemin secara bersamaan" ucap Felix lirih
"Iya" balas Haechan tak kalah lirih. Mereka bertiga akhirnya beranjak. Mengikuti langkah Felix menuju lobi rumah sakit untuk mengantarkan dua teman mereka ke tempat peristirahatan.
Kembali.
Semua manusia akan kembali bukan?
Kembali dengan yang seharusnya, dan kembali atas takdirnya.
Isak tangis itu kembali bersautan. Berbalapan dengan suara kicau burung yang seperti ikut merasakan kesedihan.
Nisan sudah terpasang rapi beberapa menit yang lalu. Tapi isak tangis itu belum berhenti.
Hyunjin menjatuhkan tubuhnya di samping gundukan tanah. Tangis nya kian keras. Kedua tangannya ia gunakan untuk mengguncang guncang kan batu nisan yang sudah terpasang rapi.
"Jen, LU KENAPA NINGGALIN GUA HAH!!! GUE HARUS BILANG APA SAMA NYOKAP LU! LU YANG BAWA GUE KE BANDUNG DAN LU YANG NINGGALIN GUE. MAKSUDNYA APA HAH! KAMPRET LU JENO!"
Teriakan histeris Hyunjin membuat yang lain kembali menangis.
"Hyun udah, kamu gaboleh gitu. Ini takdir" Chenle mengusap bahu Hyunjin yang bergetar.
Hyunjin kembali meracau, menangis sejadi-jadinya. Sahabatnya , teman kecil nya, bahkan sepeninggal kedua orang tua Hyunjin akibat kecelakaan pesawat beberapa lalu Jeno sudah dianggap sebagai kakaknya dan keluarganya.
"KAMPRET EMANG LU AH! BANGUN KEK, INI BUKAN APRIL MOP. BANGUN GAK LU!" Teriakan Hyunjin membuat yang lain terdiam.
"Hyun, kalau kamu terus kaya gitu. Jeno gaakan tenang disana, kita disini udah ngerelain Jaemin sama Jeno pergi. Udah ya" tangan Jeongin ditepis kasar. Hyunjin berbalik dan mencekram kerah kemeja Jeongin
"LU GAK TAU GIMANA RASANYA KEHILANGAN SOSOK YANG LU ANGGEP KAKA SELAMA INI! SELAMA ORANG TUA GUE UDAH GAADA! CUMA JENO YANG JAGAIN GUE, NGANGGEP GUE ADIK DAN GUE BERASA PUNYA KELUARGA LAGI" Jeongin terkejut. Ia tak pernah melihat Hyunjin semarah ini sebelumnya.
"Aku pernah Hyunjin! Aku pernah!" Hyunjin melepaskan cengkraman dari kerah Jeongin. Dan itu membuat Jeongin sedikit lega.
"AKU PERNAH! AKU PERNAH ADA DIPOSISI KAMU! KEHILANGAN KAK MARK DIHARI ULANG TAHUN CHENLE! AKU PERNAH HYUNJIN!" Hyunjin terkejut, Felix tidak pernah berteriak sebelumnya.
"Maksudnya?" Tanya Jeongin bingung. Pasalnya ia tidak tau bagaimana bisa Felix tiba-tiba mengungkit masalah kematian Mark?
"Kak Mark itu kaka kandung aku"
Oh baiklah sepertinya Felix hanya memberitahu Hyunjin. Terbukti dari teriakan Chenle, Haechan dan juga Jeongin yang masuk ke gendang telinganya.
"Jadi selama ini? Kak mark itu kaka kamu?" Pertanyaan Chenle hanya diangguki Felix.
Felix mengusap mata nya kasar. Ia menatap Hyunjin yang masih saja terisak dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Hyun, datang kerumah ku malam ini atau kau berakhir tergantung diatap rumahmu dengan luka sayatan di sekujur tubuhmu!"
PLEASE VOTE AND COMMENT
NEXT?
KAMU SEDANG MEMBACA
"Hello" || SKZ × DREAM ✔
Mystery / Thriller[Finish] Walaupun book nya udah selesai, jangan lupa tetep vote and comment ya ^^ 《Setiap malam tepat di pukul 22.00 , ia datang , mengucapkan salam ceria kepada siapapun orang yang ia temui malam itu》 "Hello" "Mau main bersamaku?" End : 1 Maret 2020