Hyunjin berakhir dirumah Felix. Setelah melakukan banyak pertimbangan , ia memutuskan untuk mengikuti saran Felix untuk datang kerumahnya.
Setelah mengabaikan panggilan ayah Jeno siang tadi, Hyunjin merasa tidak tenang dan sedikit bersalah. Tapi ia pun bingung takut dimarahi lebih tepatnya.
"Hyun"
Suara Felix membuyarkan lamunan Hyunjin. Dilihatnya Felix membawa 2 cangkir coklat panas dan beberapa cemilan. "Ngelamunin apa?" Tanya Felix seraya menyimpan gelas dan juga camilan ke atas meja.
"Bokap jeno nelfon gue lix" ucapan Hyunjin membuat Felix terdiam. "Terus? Gimana katanya?" Pertanyaan Felix membuat Hyunjin kembali menghela nafas
"Gue gak angkat" jawab Hyunjin
Felix mengerti, Hyunjin pasti takut dan juga bingung.
"Gue masih bingung, siapa orang yang udah bunuh temen-temen kita? Apa motif nya? Kan bisa dibicarain baik baik. Ya kalau gabisa juga kan bisa pake baku hantam" ucap Hyunjin. Tangannya meraih coklat panas diatas meja dan meminumnya.
"Aku juga gatau" jawab Felix tenang. Mata nya menatap Hyunjin yang masih meminum coklat panas dengan tenang.
"Mungkin salah satu dari kita pembunuh nya"
Byurrr
Oh baiklah. Ingatkan Felix untuk menyuruh Hyunjin mengepel lantai rumah nya.
"Kok ngomong nya gitu?" Tanya Hyunjin bingung
"Cuma feeling" jawab Felix. "Aku mau ke supermarket, kamu tunggu aja disini. Pel juga tuh lantai yang ketumpahan coklat kamu" lanjutnya dengan nada kesal. Felix beranjak dari duduk nya untuk mengambil dompet dan jaket.
"Ini gue abisin cemilan nya gapapa kan lix?" Tanya Hyunjin
"Boleh, sekalian abisin sama toples nya aja"
Blam
"Emang nya gue kuda lumping apa" gerutu Hyunjin. Hyunjin kembali mencomot keripik kentang diatas meja. Sepeninggal Felix, hening menyelimuti, hanya ada suara detik jarum jam dan keripik yang sedang ia kunyah.
Pikirannya kembali berkecamuk. Hatinya kembali tidak tenang. Suara keripik yang ia kunyah sudah tidak terdengar. Hyunjin menyandarkan tubuhnya pada sofa matanya refleks terpejam.
"Yah, Jeno mau bawa Hyunjin ke Bandung buat sekolah disana bareng boleh kan?"
Sang ayah tersenyum "Boleh kok, sekalian ayah juga ada dinas di Bandung. Tapi kalian berdua harus bisa jaga diri"
Kala itu, Jeno dan Hyunjin hanya bocah berumur 6 tahun yang gemar bermain bola. Tapi hari itu Hyunjin mendadak tidak tenang, mata nya terus menerus menahan air mata nya. Maka dari itu pukul 6 sore mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.
Jeno terkejut, Hyunjin disamping nya mendadak merosot begitu saja ke tanah, Hyunjin menangis sejadi-jadinya hari itu.
Kebingungan Jeno terjawab sudah.
Bendera kuning
Keranda mayat
Orang orang yang berkumpul
Isak tangis
Dan karangan bunga menjawab semua kebingungan Jeno.
"Hyunjin, Tante turut berduka cita ya sayang" ucap seorang wanita paruh baya seraya memeluk tubuh bocah yang bergetar karena menangis.
Hyunjin menangis di halaman rumah. Dan itu membuat Jeno sekaligus orang tua nya iba.
Saat itu. Hyunjin tidak lagi bermain bola di lapangan setiap sore, Hyunjin tidak lagi berangkat ke sekolah nya, Hyunjin mengurung diri di kamar tanpa makan dan tanpa minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Hello" || SKZ × DREAM ✔
Mystery / Thriller[Finish] Walaupun book nya udah selesai, jangan lupa tetep vote and comment ya ^^ 《Setiap malam tepat di pukul 22.00 , ia datang , mengucapkan salam ceria kepada siapapun orang yang ia temui malam itu》 "Hello" "Mau main bersamaku?" End : 1 Maret 2020