Bagian kesepuluh

1.8K 328 47
                                    

Pemakaman Jisung sudah selesai beberapa menit yang lalu. Tidak ada yang mau membuka percakapan, semuanya diam. Mereka semua masih tidak percaya jika ucapan Jisung tempo hari saat pemakaman Renjun akan menjadi kenyataan.

Mereka memutuskan untuk berkumpul di cafe, membicarakan bagaimana bisa Jisung tewas terbunuh dengan jantung yang tidak ada di tempatnya?

Memang, pembunuhan kali ini berbeda. Jisung tidak tergantung seperti Seungmin , Renjun dan juga Mark. Tapi menurut mereka ini yang terparah, Jisung ditemukan oleh Felix yang berniat untuk mengembalikan catatan matematika nya pada Jisung.

Felix menganga melihat tubuh Jisung di depan pintu yang terbuka sedikit saat Felix hendak mengetuknya. Karena rasa penasaran itu membuat Felix tidak berhenti mengeluarkan isi perut nya.

Tubuh yang menganga lebar, jantung yang sudah tidak berada di tempatnya, telinga kiri yang terpotong dan darah yang mengalir dimana mana sukses membuat Felix mual saat itu juga.

Beruntung Felix dengan cepat menelpon pihak berwajib dan juga ambulance.

"Pembunuhan ini lebih sadis dibandingkan pembunuhan tiga teman kita" ucapan Haechan membuat semua orang di meja itu mengangguk setuju.

"Aku curiga" ucapan Hanjis membuat semuanya merasa bingung

"Curiga gimana?" Hyunjin bersuara

"Curiga kalau pelaku nya ada di antara kita" Hanjis menatap satu persatu temannya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dan tatapan itu berhenti pada Haechan yang sedang asik menyeruput bubble tea nya.

"Haechan, kamu kemarin malem ngapain berdiri di depan rumah Jisung?" Merasa terpanggil, Haechan menatap balik Hanjis

"Oh itu aku mau kembaliin buku" jawaban santai Haechan membuat Hanjis tersenyum miring

"Ngembaliin buku? Tapi aku ga liat kamu nenteng buku"

Haechan berdecak sebal, di simpan nya bubble tea itu ke atas meja dengan kasar "Hanjis dengerin ya, mau aku berdiri di depan rumah Jisung , berdiri di depan rumah Felix ataupun berdiri di depan rumah Hyunjin itu bukan urusan kamu!"

Hanjis menyeringai "See? Haechan berbohong"

BRAK

"Maksud kamu apa? Kamu nuduh aku yang bunuh Jisung iya?" Geram Haechan

"Santai aja kali, kalau bukan pelaku nya gausah marah"

"Kok kalian jadi berantem sih?" Saut Chenle

"Kita kesini itu mau bahas siapa pelaku nya, bukan mau dengerin kalian berantem kaya gini" ucapan Jeno membuat Hanjis dan Haechan terdiam.

"Oh iya Felix gue mau tanya. Lu kemarin bilang ke Jisung kalau pembunuh itu ngincar Jisung kan? Kenapa lu gak bantu?" Felix terdiam mendengar pertanyaan Jeno.

"Aku gak mau"

"Kenapa gak mau?" Lanjut Jeno

"Jisung bahkan gak peduli dengan apa yang aku katakan bukan? Jadi untuk apa aku memperdulikan nya?" Sukses. Jeno sukses terdiam mendengar ucapan Felix. Memang benar, Jisung sama sekali tidak peduli dengan perkataan Felix tempo lalu. Tapi? Sebagai teman seharusnya Felix membantu Jisung bukan?

"Heh anak australia, temen temen kita dibunuh itu karena ucapan kamu!" Ucapan Haechan dibalas pukulan telak di kepala nya oleh Hyunjin

"Hush gaboleh ngomong sembarangan"

"Oh jangan jangan Hyunjin? Aku jarang liat dia akhir-akhir ini" kini Hanjis kembali bersuara

"Udah udah. Kalian berisik tau ga" geram Jeno

Mendengar ucapan Jeno, semuanya kembali pada aktivitas masing-masing. Felix yang sibuk memandang keluar jendela , Hanjis yang memainkan ponselnya, Hyunjin yang mengaduk aduk makanannya, Jeongin dan Chenle yang melamun, Haechan yang sibuk dengan bubble tea nya , Jaemin yang sedari tadi memilih diam dan Jeno yang memandang teman temannya dengan pandangan kosong.

"Jangan sampai pertemanan kita rusak hanya karna ---- argghh"

"Woy jen lu kenapa?" Hyunjin panik karena Jeno tiba tiba berteriak kesakitan memegangi lehernya.

"Panggil ambulance woy" koar Jeongin

Mendadak suasana cafe itu menjadi ribut karena Jeno yang tiba tiba berteriak kesakitan.

"Dia minum apasih?" Tanya Jaemin

"Perasaan dia gak mesen deh, dia cuma minta minuman gue doang barusan" perkataan Hyunjin sukses membuat yang lain terdiam. Oh tidak jangan lagi

"Jangan jangan kamu sengaja hyun?" Pertanyaan Hanjis itu membuat hyunjin bingung. "Maksud lu apaan sih Han? Gue bahkan belum minum, dan gue juga gatau apa apa" Protes Hyunjin

"Haha. Gada maling yang mau ngaku maling Hyunjin"

"HANJIS UDAH DONG! JENO LAGI KESAKITAN KAMU MALAH BERANTEM!" teriak Chenle

"Ambulance nya sebentar lagi dateng"

Mendengar ucapan Felix , mau tak mau membuat Chenle tersenyum "Makasih udah nelfon ambulance Felix" Felix hanya tersenyum menanggapi ucapan Chenle

"Duh mulutnya berbusa lagi" ucap Jeongin panik

"Tenang tenang ambulance bentar lagi dateng. Jadi jangan panik oke?" Itu suara Jaemin.

















































"Kalian lebay banget sih. Kalau jeno udah mau mati ya udah , pake nyusahin diri sendiri aja"

Perkataan Hanjis membuat Chenle kembali geram. Jika saja ambulance yang mereka telfon tadi belum sampai di depan cafe, Chenle ingin sekali menjambak rambut Hanjis.

Sayangnya ambulance sudah datang dan beberapa karyawan rumah sakit juga beberapa karyawan cafe membantu mengangkat Jeno.

"Jeongin" panggilan itu membuat Jeongin yang akan menyusul teman temannya terhenti.

"Ada apa?" Tanya Jeongin

"Aku melihat Hyunjin yang malam itu datang ke rumah Jisung. Jadi hati hati"

Setelah berkata seperti itu, Hanjis meninggalkan Jeongin yang kini membeku ditempat nya.









































































"Dia berbohong"






































Please Vote and Comment

Next??

"Hello" || SKZ × DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang