Bagian keduapuluh lima

1.7K 264 38
                                    

Suasana kantor polisi malam ini mendadak gaduh karena sosok yang mereka cari berhasil ditangkap.

"Masukan dia ke ruang introgasi"

Titah kepala polisi malam itu. Para kaki tangannya hanya mengangguk dan membawa paksa sosok yang sedari tadi berusaha melepaskan diri dari genggaman para polisi.

Cklek

"Kau duduk disitu" titah sang polisi.

Sosok itu mengerang dalam duduknya. Tangan nya di borgol kuat. Matanya menatap dua polisi yang berjaga di pintu depan dengan tajam.

Sampai netranya memandang polisi lain yang memasuki ruangan yang hanya dicahayai satu lampu gantung. Pria yang menjinjing alat tulis itu mendudukan dirinya sebelum bertanya dengan nada santai

"Siang tadi saya mendapat laporan jika anda adalah oknum pembunuhan berencana? Apa benar?"

"Benar"

"Lalu apa alasan anda?"

"Tidak ada"

"Lalu mengapa kau membunuh semua temanmu?"

"Bukan urusanmu"

Polisi yang bername tage "Jaebum" itu tampak menghela nafas. Ia memandang lawan bicaranya yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ceritakan saja semuanya. Saya tau anda mempunyai alasan dibalik semua ini" ucapnya bijak.

Lawan bicaranya mendecih. "Itu bukan urusanmu" Lagi. Jaebum menghela nafas lelah, tubuhnya ia bawa untuk bersandar pada kursi.

"Itu memang bukan urusanku. Tapi setidaknya kau harus memberitahu kami"

"Tidak penting"

Jaebum mengurut pangkal hidungnya pelan. Kepala nya mendadak pening.

"Aku ingin bertanya sekali lagi. Dan kau harus menjawabnya---

Jaebum menghela nafas pelan sebelum melanjutkan ucapannya.











----- kau Han Jisung bukan? Putra dari Han Younghee?"


















Hyunjin mengerjapkan matanya pelan. Cahaya lampu menyapa indra penglihatannya saat beberapa menit setelah ia sibuk mengucek kedua matanya.

Lagi. Ia kembali terbangun di ruangan serba putih dengan tangan yang kembali tertancap jarum infusan. Pening menyerangnya saat ia mencoba untuk bangun. Hyunjin kembali berbaring, matanya menelisik ruangan yang tampak sepi.

Hyunjin ingat. Ini rumah sakit yang sama hanya ruang rawat nya saja yang berbeda. Karena seingat Hyunjin ruang rawatnya dulu tidak ada difasilitasi lemari kecil yang letak nya memang tidak jauh dari nakas.

Hyunjin menghela nafas lelah. Serpihan kejadian semalam mendadak memasuki pikirannya dan membuat pening kembali menyerangnya.

"Oh kau sudah sadar rupanya"

Hyunjin hanya mengangguk lemah saat mendapati seorang dokter masuk ke ruangannya.

"Syukurlah kalau begitu" ucap dokter itu hangat.

Hyunjin memilih tidak menjawab. Kepalanya masih terlalu pening dan Hyunjin memilih untuk diam memperhatikan sang dokter yang sedang mengecek cairan infusan nya.

"Kau beruntung. Luka di pelipismu tidak terlalu dalam. Hanya saja kau harus banyak beristirahat ---

Dokter itu tersenyum "dan tidak kabur untuk kedua kalinya" lanjutnya seraya terkekeh.

"Hello" || SKZ × DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang