Author's POV
Setelah meminta maaf, Jinyoung segera lari dari ruangan tersebut menuju arah parkiran. Ia masih menahan diri untuk tidak menangis karena akan sangat memalukan jika ia menangis di tempat umum seperti ini.
Jinyoung terus berjalan, tidak tahu jika Jaebum di belakangnya dengan susah mencoba menyusulnya.
Saat ia berjalan menuju pinggir parkiran, Jaebum bisa melihat Jinyoung yang berdiri diam menghadap taman.
"Jinyoung ?? Hei Lo gapapa?" Tanya Jaebum pelan. Tak ada jawaban.
Jaebum menaruh kedua tangannya di bahu dan mencoba membalikan badannya. Ia terkejut saat melihat wajah Jinyoung yang merah dengan mata berkaca-kaca.
"Gue minta maaf ya kalau Ayah gue dan orang-orang di dalem bikin Lo kesel. Gue minta maaf" ucap Jaebum menyesal.
Jinyoung yang awalnya diam, akhirnya runtuh juga pertahanannya.
"Hikss..gue tau kalau gue ga selevel sama Lo"
"Gue tau keluarga gue ga semewah Lo.. tapi gue dan keluarga gue juga ga serendah itu hiks.." jawab Jinyoung berlinang air mata.
Jaebum cuma bisa menggigit bibirnya, ia bingung. Ia menyesal sudah memaksa Jinyoung menemaninya, padahal keadaannya tahu akan seperti ini.
"Gue salah apasih sama ayah Lo.. gue aja bahkan gatau apa-apa tentang Lo. Gue ga maksa Lo kerja sama gue. tapi kenapa ayah Lo sebenci itu sama gue?" Jaebum menelan ludah. Ia tau ini semua adalah rencananya. Ia yang sudah membawa Jinyoung kedalam masalahnya.
"Gue ..gue beneran minta maaf atas semua perkataan ayah gue" ulang Jaebum.
Jinyoung hanya diam sesegukan. Jaebum tidak tega melihat Jinyoung begini.
"Hey.. " Tanpa pikir panjang, Jaebum menarik kepala Jinyoung untuk masuk ke pelukannya. Ia mengusap-usap bahu Jinyoung yang masih bergetar itu.
"Sorry ya.. gue beneran menyesal. Gue tahu ini salah gue, gue ga akan maksa Lo buat lanjutin acting kita kalau Lo keberatan ko. Harusnya dari awal juga gue ga perlu bawa Lo. Jadi Lo ga kaya gini"
Jinyoung hanya diam, jujur dalam hati Jinyoung sendiri ia tidak tega melihat Jaebum dipaksa melakukan apa yang ia tidak suka.
"Sekarang berenti ya nangisnya... Gue anter Lo pulang. Udaranya makin dingin, lo jangan sampe sakit " ucap Jaebum sambil melepaskan pelukannya.
Jaebum menatap wajah Jinyoung yang memerah, hidungnya juga memerah akibat menangis.
"Yuk masuk" ajak Jaebum pada Jinyoung. Jinyoung hanya menuruti Jaebum. Sekilas ia menatap tangan Jaebum yang terasa hangat karena menuntunnya.
Jaebum membukakan pintu mobil agar Jinyoung bisa masuk kedalam. Setelah Jinyoung masuk, ia langsung mengantar Jinyoung ke apartemennya.
Jinyoung menatap Jaebum yang hendak pergi. Tapi Jinyoung menahannya.
"J-Jaebum?" Panggil Jinyoung ragu.
Jaebum menghentikan langkahnya dan menoleh "hm ya kenapa ?"
"Lo..Lo beneran mau kita udahan akting ? Trus apa Lo mau gitu aja Nerima permintaan ayah Lo buat keluar dari tempat kerja gue?"
Jinyoung harap-harap cemas. Jika Jaebum sungguh akan berhenti dan mengikuti permintaan ayahnya, itu berati Jinyoung harus mencari orang lain untuk membuat kue.
Jaebum menatap Jinyoung cukup lama, Jinyoung sudah tak sabar mendengar jawabannya.
"Emm gue gatau.. tapi gue bakal lakuin itu biar Lo ga ngerasa terbebani lagi sama gue.. gue ga mau liat Lo kesiksa kaya gini.. dan soal gue keluar dari kafe atau ga.. itu semua ada di tangan Lo"
Jinyoung mengerucutkan bibirnya "ko ditangan gue sih ?"
Jaebum tersenyum sambil mencubit pipi Jinyoung pelan "kan Lo boss nya..sedangkan gue cuma bikin kue"
Jinyoung mendengus menakis tangan Jaebum yang mencubit pipinya "hmmm yaudah Lo pikir-pakir dulu aja. Gue juga ga bisa bikin keputusan sekarang"
Lagi-lagi Jaebum tersenyum "yauda kalau gitu gue pulang dulu ya.. jangan lupa cuci kaki gosok gigi.. oh iya minum susu juga" Jinyoung menghentak kakinya "gue bukan bocah ihh!!" Jaebum terkekeh.
"Gue pulang ya ?" Jinyoung menarik nafas lalu menatap punggung Jaebum yang menghilang di dalam lift.
Jinyoung menutup pelan pintunya, bahunya merosot lalu duduk di sofa. Ia bingung, jika Jaebum benar pergi.. kemana ia harus cari chef yang bisa bikin kue seenak Jaebum dan yang mau di bayar murah.
"Huh.. kenapa hidup gue jadi banyak cobaan gini sih ?" Jinyoung mengusap wajahnya kasar.
🥞🥞
Semalaman Jinyoung tiba-tiba terbangun karena mimpi. Bukan mimpi sembarang mimpi tapi ini karena ia memimpikan orang yang ia harap tak pernah ada dalam mimpinya.... yaitu Jaebum.
Entah karena ia sangat berharap Jaebum tidak pergi dari kafenya.. atau karena ada hal lain yang ia pikirkan tentang Jaebum.
"Kenapa sih kok gue tiba-tiba mimpiin dia..ga jelas banget !" Omelnya.
Bayangan Jaebum yang memeluknya kemarin, tangan jangan Jaebum yang menuntunnya membuat perasaan aneh pada tubunya. Belum lagi saat Jaebum mencubit pipinya. Kenapa rasanya sangat nyaman ?
"Ahh ngga-ngga, gila kali gue mikirin dia. Gue yakin ini cuma karena satu-satunya chef yang gue butuhkan di cafe. Ga ada hal lain lagi !" Gumamnya percaya diri.
"Oke sekarang gue harus mandi, trus cepet-cepet pergi buat buka kafe "
Jinyoung berlari ke kamar mandi dan bersiap-siap.
Gimana nih.. bikin Jaebum keluar dari Cafe atau jangan ??
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Cupcake, My Chef and I (JJP)[√]
FanfictionKisah dua orang sahabat yang nekat bikin usaha yaitu toko kue. Dengan modal pas-pasan dan ilmu yang minim mereka membangun usaha tersebut. Disaat yang bersamaan Jinyoung jatuh cinta pada chef di kafe miliknya.. ▶️281119 ⏹️290620