SATU

6.4K 449 60
                                    

*5 tahun lalu*

Salah satu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup kalian adalah menemukan sahabat yang bisa membuat kalian menjadi lebih baik.

Persahabatan kami terbilang unik. Kami bertiga bertemu saat Masa Orientasi Siswa SMA. Alya pingsan saat upacara di siang terik sementara Kepala Sekolah belum ada tanda-tanda mengakhiri pidato penyambutan siswa baru.

Adiva yang berdiri di belakang Alya kaget saat temannya lemas dan terjatuh ke belakang. Aurora... Jangan lupakan gadis bertubuh a little big size ini yang sangat berjasa membawa Alya ke ruang UKS. Berdua dengan Adiva dan dibantu senior putri yang berjaga di barisan belakang, mereka membantu menggotong Alya.

Suasana ruang UKS menjadi senyap begitu senior panitia pergi. Namun Alya tampak nyaman tidur di atas kasur empuk dengan mesin pendingin ruangan yang membuat gadis itu malas menginjakkan kaki kembali ke lapangan.

Alya membuka mata dan tersenyum nakal. Adiva dan Aurora hendak pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Tapi tangan ramping milik gadis cantik berkulit putih itu, menarik jemari Aurora.

"Hei.... temani gue disini. Kalian nggak usah balik lagi kesana. Ini kita makan sama-sama. Gue bawa coklat, oleh-oleh Papaku dari Turki."

Spontan Adiva dan Aurora menatap ngeri ke arah Alya.

"Jadi kamu pura-pura sakit?"

Alya mengangguk, kedua jari tangan kanannya membentuk huruf 'V'. Aurora yang tertarik dengan coklat, memutuskan untuk ikut duduk di tempat tidur. Adiva juga akhirnya mengalah. Bertiga akhirnya mereka tertawa kecil dan mulai saling berkenalan. Sejak saat itulah mereka bertiga bersahabat.

Alya si cantik yang kemudian menjadi siswi terpopuler di sekolah. Dia memiliki hobi menjadikan banyak siswa yang tergila-gila untuk menjadi pacarnya, kemudian patah hati karena dia hanya menjanjikan harapan semu ke semua lelaki itu.

Adiva juga tidak kalah menarik dari segi penampilan yang modis dan stylish. Dia anak Bos tambang batu bara dan Mamanya bankir terkenal di Ibukota. Meski terlahir dalam kemewahan, kedua orangtuanya berhasil mendidik Adiva menjadi anak yang rendah hati dan tidak sombong. Tapi dia keras kepala. Tak heran, dirinya sering bertengkar dengan Alya, karena sama-sama tidak mau mengalah.

Terakhir Aurora. Well... Gadis satu ini sudah dari bayi, bertubuh besar. Dia belum masuk kategori obesitas, tapi sudah overweight. Berbagai cara dia tempuh agar beratnya jadi ideal. Namun belum berhasil. Banyak kelebihan Aurora yang membuat kedua temannya sayang kepadanya, tentu selain 'kelebihan berat badan'. Aurora paling rajin belajar di antara mereka. Selalu menjadi penengah bila Alya dan Adiva mulai berseteru. Aurora ibarat malaikat di antara dua kubu yang selalu mengajaknya pada poros kejahatan.

Sayangnya, Aurora kadang hidup di dunianya sendiri. Bermimpi suatu saat akan bertemu pria tampan dan kaya raya yang kelak akan menjadi suaminya. Kalau dia bosan belajar, maka dia akan mulai menulis cerita romantis mengenai seorang putri yang bertemu sang pangeran.

"Again?"

Alya sengaja mengambil buku kumpulan cerita milik Aurora.

"Al, jangan...."

Alya senyum-senyum sendiri membacanya.

"Pangeran itu pun akhirnya jatuh hati pada putri Yasmin, meskipun sang putri belum berhasil menurunkan berat badannya...."

Alya tertawa kecil tapi kemudian minta maaf saat melihat Aurora cemberut.

"Bagus sih ceritanya Ra, antimainstream."

"Terus aja ngejek aku."

Alya memeluk bahu Rara -panggilan sayang Aurora-.

"Semoga nanti kamu bisa bertemu pangeran impianmu ya. Nggak usah berharap yang perfect. Karena tidak ada orang yang sempurna."

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang