DUA PULUH DUA

2.1K 321 34
                                    

Kemarin seharusnya Aurora sudah boleh pulang. Tapi Ayah Renald bersikeras dia harus istirahat satu hari lagi supaya benar-benar pulih. Apalagi setelah tahu putrinya akan istirahat di apartemen milik Reyga.

Ayah pikir Rara akan sendirian dan khawatir kalau tiba-tiba sakit lagi. Hal yang membuat Ayah lega, ketika Reyga mengatakan ada Bik Imah yang akan menemani Rara. Bibik sudah menjadi asisten rumah tangga yang mengurus apartemen bertahun-tahun.

Pagi ini selang infus di tangan Rara sudah dilepas. Dia iseng memfoto selfie tangannya yang dibalut perban kecil dengan micropore transparan. Pagi itu Rara membuat status. Tidak berapa lama, sudah muncul komentar dari Alya dan Adiva.

"Ra... Kamu habis dirawat? -Alya-"

"Issh... Rara kenapa nggak kasihtahu sih, kalau lagi sakit. Nggak temen nih. -Adiva-"

"Sakit apa Ra? Dirawat berapa hari. Beneran dah boleh pulang hari ini? -Alya-"

"Rara... I missed you. Hope you get well soon Dear. -Bryan-"

"Ra, kamu kenapa sakit? Ditinggal pergi sama Reyga... -Kak Alvaro-"

"Aku cuma kehujanan aja. Sempat demam, tapi dah baikan."

Rara mengetik pesan.

Diam-diam Rara menunggu Reyga membaca statusnya. Ngarep banget ada yang merhatiin. Akhirnya Rara menghapus status itu karena lelaki yang diharapkannya, tidak juga melihat status. Sampai pukul 1 siang, lelaki itu tidak mengirim apa pun. Kamu kenapa sih Ra... Apa jangan-jangan dia mulai menyukai Reyga.

Sangat sulit bila seorang perempuan normal tidak kagum dan terpesona melihat sosok Reyga. Tingginya sekitar seratusdelapanpuluh senti dan outfit apapun yang dikenakannya, selalu tampak pas membalut bahunya yang kekar dan dadanya yang bidang. Jangan lupakan rahangnya yang kini ditumbuhi cambang halus. Reyga seolah sengaja membiarkan penampilannya semakin terlihat maskulin dan enggan bercukur.

Sorot matanya kadang bisa tajam, tetapi lebih sering menatap Rara lembut. Rara sering dibuat gugup bila Reyga sudah memandang ke arahnya dengan intens. Tidak hanya mata, Rara menyukai seluruh bagian dari wajah Reyga yang menurutnya, kelewat sempurna.

Dulu Rara mengira cowok cakep itu cuma Kak Alvaro, kakaknya Adiva. Sempat waktu dia kerja kelompok saat SMA di rumah Diva, Rara mengagumi Kak Varo. Dengan gayanya yang cuek dan super cool, Kak Varo seperti sengaja mondar-mandir untuk tebar pesona di depan teman-teman adiknya.

Ketika Rara akhirnya bertemu Reyga pertama kali, dia terkejut. Ketampanan Reyga sempat mengusik matanya, tapi semua luntur karena sikap arogan lelaki itu. Secakep apa pun cowok, kalau sudah sombong bin arogan, tidak akan ada nilainya di mata Rara.

"Janganlah kamu terlalu membenci sesuatu, karena boleh jadi ia baik untukmu." mungkin nasihat ini tepat bagi Rara. Karena Reyga memperlakukannya dengan baik setelah insiden dia "kabur dari rumah." Mungkin di awal Reyga membutuhkan kehadirannya untuk menemani Mami di rumahsakit. Tapi setelah itu, lelaki itu seperti selalu hadir menjadi malaikat penolong berwujud manusia.

Bahkan Rara tidak menyangka, di pagi buta dengan senang hati Reyga datang menjemput di depan pintu gerbang rumah Alya. Jangan lupakan ekspresi konyol kemarahan Reyga saat bertemu pertama kali dengan Bryan. Rara baru kali itu melihat Reyga ngambek seperti anak kecil. Lelaki itu benar-benar tidak suka sama Bryan. Padahal Bryan itu baik dan senang bila bertemu teman baru.

Rara sudah diperbolehkan keluar kamar. Dia sudah mandi dan berganti pakaian. Ayah Renald masih mengurus administrasi kepulangannya. Rara merasa bosan di kamar. Sekalipun kamar President Suite memanjakan dirinya dengan kemewahan, tapi dia tetap merindukan spring bed dan bantal gulingnya di rumah.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang