SEPULUH

2.2K 340 12
                                    

"Hola, Buenos dias. Saya Bryan."

Sosok lelaki berkulit putih dengan pakaian ala army, mengulurkan tangan ke arah Reyga. Tapi lawan bicaranya itu tidak menanggapi.

"Bryan, kenalin ini teman dari kakaknya sahabat aku. Namanya Reyga."

Lelaki bule itu kebingungan menangkap maksud kalimat Rara.

"Ooh... Namanya mirip biskuit yang suka aku makan."

Bryan mengeluarkan bungkusan makanan berwarna merah bertuliskan "Marie Regal".

Tatapan Reyga ke arah Bryan tampak mengerikan, lebih horor dari video-video hantu yang suka dikirim sama teman kampusnya yang jahil, saat malam Jum'at.

"Udah kan ketemuannya? Tanya sama teman kamu, dia menginap dimana. Kita anter, terus pulang."

Reyga meninggalkan keduanya sambil berjalan menuju tempat parkir.

Bryan berbisik ke arah Aurora.

"Dia galak, Ra. Aku tidak suka."

Rara tertawa kecil.

"Kamu nginep dimana di Jakarta?"

Bryan menunjukkan alamat di buku kecil yang dibawanya.

"Aku punya dua keluarga angkat. Satu di Semarang, satu di Jakarta. Mereka semua teman baik Papa."

Aurora mengambil buku itu dan berjalan mendekati Reyga.

"The Southeast Place Blok A-5 Nomor 7."

Nama sebuah hunian mewah di daerah Jakarta Selatan.

"Ayo, kamu duduk depan Ra. Biar Bryan ala ala itu di belakang."

Aurora melihat aura permusuhan diantara kedua lelaki itu. Di dalam mobil, suasana hening dan Aurora memilih untuk mencari gelombang radio yang full musik Indonesia.

"Rara... Apa kamu sakit? Kamu pendiam sekali hari ini..."

Bryan mencoba mencairkan suasana.

"Iya, dia lagi sakit. Sariawan. Kamu tahu apa itu sariawan?" Reyga menanggapi setengah mengejek. Padahal Rara sudah memberi isyarat agar Reyga berhenti melakukannya.

Bryan menggeleng tanda tak mengerti.

"Apa itu sariawan?"

Wajah bule Bryan terlihat lucu.

"It means she doesn't want talking too much to you. So, please you just shut up and don't make any noise. Oke?"

Reyga lagi-lagi menoleh ke belakang dan menatap tajam ke arah Bryan. Lelaki bule itu mengangkat bahu dan menanyakan apa kesalahan yang sudah dilakukannya. Sehingga lelaki satu ini tidak suka kehadirannya.

"Maybe he just has his periods."

Bryan berbisik ke arah Rara yang memunggunginya. Gadis itu tidak bisa menahan tawa mendengarnya.

"Ra... Sekali lagi gue denger dia ngomong, gue turunin di tepi jalan tol." Reyga kalau sudah marah, benar-benar menakutkan.

Baik Rara dan Bryan, keduanya terdiam.

"Aku minta maaf... "

Suara Bryan terdengar melemah dan dia memilih tidur sambil menutupi wajahnya dengan topi.

Rara juga ikut memejamkan mata. Reyga tersenyum penuh kemenangan. Sesekali ia melirik ke arah gadis di sebelahnya. Mereka baru berkenalan kurang dari 48 jam, tapi ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari gadis ini.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang