Selesai mandi dengan air hangat yang sudah disiapkan Bunda, Aurora menikmati sarapan pagi bersama.
Berulang kali Bunda mencium kening Rara dan Ayah juga mengusap puncak kepala Rara penuh penyesalan.
"Maafin Ayah ya Nak... "
"Rara yang salah. Ayah nggak salah kok. Maafin Rara sudah buat Ayah sama Bunda khawatir semalam."
Mata Bunda berkaca-kaca mendengarnya.
"Rara jangan pernah pergi tanpa pamit lagi ya. Sudah cukup kangen Bunda, karena Rara kuliah jauh di luar kota. Ayah dan Bunda nggak bisa sering nengok, cuma bisa video call. Jangan buat kami khawatir lagi ya, Nak."
Bunda tidak hentinya memeluk bahu Rara, penuh sayang.
Gadis itu berusaha menghabiskan nasi yang diambilkan Bunda. Jika saja dia tidak memikirkan perasaan Bunda, ingin rasanya dia menanyakan siapa Ayah kandungnya. Tapi tentu akan membuat sedih hati kedua orangtuanya. Dia hanya ingin tahu seperti apa kehidupan orang yang dengan tega meninggalkan almarhum Ibunya.
Selesai sarapan, Rara tiduran di atas kasurnya yang empuk. Hamparan seprai bermotif Strawberry shortcake, memanjakan kakinya yang senang ia usap berulang kali di atas seprai. Itu kebiasaannya sejak kecil yang sulit dirubah, karena membuatnya nyaman.
Rara mengirimkan pesan ke nomer ponsel Alvaro. Dia sengaja menginfokan kalau Tante Rianti dirawat. Tentu saja karena dia masih kesal dengan ulah Kak Alvaro.
Satu... Dua... Tiga...
Gadis itu masih rebahan dengan nyaman di kamar sambil menunggu seseorang meneleponnya balik. Sesuai dugaannya, tidak lama Kak Alvaro meneleponnya.
"Halo... Ra.. Ini Varo.
Ra, itu beneran Mami masuk rumahsakit?"Rara tersenyum mendengar nada suara Kak Varo penuh kekhawatiran. Yes, rencananya berhasil.
"Iya Kak, benar. Gara-gara Tante Rianti tuh, tahunya yang mau diajak ketemuan makan siang itu Adiva. Tante syok gitu, lihat aku yang datang. Sampai akhirnya pingsan dan dibawa ke rumahsakit."
Bohong itu dosa. Tapi sekali ini Rara ingin balas mengerjai Kak Varo.
"Tante Rianti itu sayang banget sama Kak Varo sudah kayak anaknya sendiri. Kok tega banget Kakak minta aku yang datang."
Aurora mati-matian menahan tawa.
"Mami dirawat di rumahsakit mana Ra? Aku mau nengok kesana."
"Nanti aku kirim share locnya Kak. Jangan lupa ajak Adiva. Kalau Kak Varo sudah mau berangkat ke rumahsakit, kabari ya."
"Ooh oke Ra, makasih ya infonya. Sorry ya Ra. Gue bener-bener minta maaf. Gue nggak nyangka bakal jadi begini."
"Kenapa minta maaf sama aku, Kak? Kak Varo itu wajibnya minta maaf ke Tante Rianti, juga sama Kak Reyga."
"Kamu... Kamu dah ketemu sama Reyga, Ra?"
Ketika Rara mengiyakan, spontan suara di seberang terdiam.
"Mati gue... Pantesan dia semalam miscall sampai lebih dari 5 kali."
Rara bisa membayangkan wajah Kak Varo pasti pucat membayangkan Kak Reyga yang sedang marah.
"Iya Kak, kasihan Kak Reyga. Dia lebih syok lagi lihat aku yang datang. Mana kami sama sekali nggak kenal."
"Terus Reyga bilang sesuatu nggak? ..."
"Nggak ngomong apa-apa sih. Tapi tampangnya berubah serem gitu. Kayak mukanya Captain America mau bunuh Thanos..."
Terlihat nama Bryan meneleponnya di layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
RomanceAurora itu nama tokoh Sleeping beauty yang cantik dan mudah tertipu nenek sihir jahat hingga jarinya tertusuk jarum. Aurora yang ini beda, dia nggak sesempurna Sleeping Beauty, beda banget malahan. Meski sama-sama polos, Aurora belum pernah jatuh ci...