Mobil Calya merah menjemput gadis manis dalam balutan blazer hitam dan blus garis vertikal putih tepat di depan toko kue Cochoflavour. Dia sengaja mengambil sebagian uang tabungannya untuk membeli kue. Dia ingat pesan Bunda, kalau hendak berkunjung ke seseorang yang baru dikenal, sebaiknya membawa buah tangan.
Aurora sengaja memesan mobil dari aplikasi online. Mereka baru menempuh setengah perjalanan menuju alamat yang dikirim Kak Alvaro. Tiba-tiba mobil itu mogok dan berhenti di tepi jalan, setelah beberapa kali coba distarter.
"Maaf Mbak, sepertinya aki mobilnya bermasalah. Mbak nggak usah bayar nggak papa. Silahkan pesan kendaraan lain."
Bapak berambut putih dengan kacamata berbentuk segi empat itu berulang kali meminta maaf. Aurora melirik jam di ponselnya. Sudah jam 1 kurang 20 menit. Itu artinya dia kemungkinan terlambat dari waktu yang telah dijanjikan. Aurora menggigit bibir. Dia biasanya datang tepat waktu. Tapi kali ini dia melanggar komitmennya sendiri.
Akhirnya dia memilih transportasi motor, supaya tidak bisa mengejar waktu. Aurora duduk di bawah pohon, sampai ojek online datang menjemput. Cuaca yang cukup terik, membuat keringat bercucuran di kening Rara. Pipinya sedikit kemerahan tersengat matahari.
Bersyukur lalu lintas jalan di hari libur tidak terlalu ramai. Dia hanya terlambat 10 menit. Sampai di depan Restoran Taman Yasmin, Aurora turun dan mengambil uang di dompet model Teddy bear.
"Lho mbak, duapuluh ribu saja. Kok ini lebih banyak..."
Aurora melipat dua lembar uang duapuluhribu ke genggaman Ibu yang mengantarnya.
"Maaf ya Bu, saya cuma lebihkan sedikit. Terimakasih Bu."
Ibu itu tersenyum mengucapkan terimakasih dan tidak lupa mengingatkannya untuk memberi bintang lima.
Di depan etalase Restoran bergaya mediteranian itu, Aurora merapikan penampilannya yang berantakan. Dia mengambil tissue untuk mengeringkan wajah, leher dan juga maaf -ketiaknya- yang basah karena keringat.
Langkah kakinya meragu untuk masuk. Begitu pintu terbuka dan pramusaji menyambutnya hangat, kegugupannya mulai muncul.
"Selamat siang Kak, selamat datang di Restoran Taman Yasmin. Silahkan masuk..."
"Selamat siang. Maaf apakah ada reservasi atas nama Ibu Prayoga Bagastama?" Aurora memastikan nama yang dimaksud, sama seperti pesan yang dikirim Kak Alvaro.
"Ada Kak. Meja nomer 17. Mari kami antar."
Suasana restoran yang mulai ramai karena masih jam makan siang, membuatnya bertambah gugup. Entah kenapa dia berharap, tidak bertemu seseorang yang dikenalnya. Jemarinya masih menenteng paper bag berisi kue yang dibelinya.
Begitu pramusaji menunjukkan meja tujuhbelas, wajahnya langsung berubah pucat. Apalagi saat wajah perempuan setengah baya di depannya, terangkat dan menatapnya dari atas ke bawah.
"Assalaamu'alaikum. Selamat siang Tante..."
Perempuan itu tidak kalah terkejut melihat seorang gadis yang jelas-jelas jauh dari profil perempuan yang selama ini pernah dikenalkan putranya. Sejak kapan selera Reyga berubah pada sosok gadis dengan busana muslimah yang menutup rapat tubuhnya dengan hijab.
"Maaf saya terlambat, Tante. Tadi mobilnya sempat mogok. Ini saya bawa sedikit oleh-oleh."
Perempuan itu tersenyum tipis tapi wajahnya masih terlihat menilai penampilan Aurora secara utuh. Bahkan salamnya pun belum dibalas.
"Duduk Sayang, saya Rianti Bagastama. Nama kamu siapa?"
"Aurora, Tante. Saya biasa dipanggil Rara."
"Pesan makanan dulu Rara. Silahkan... Panggil saya Mami saja ya. Supaya kita lebih akrab."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
RomanceAurora itu nama tokoh Sleeping beauty yang cantik dan mudah tertipu nenek sihir jahat hingga jarinya tertusuk jarum. Aurora yang ini beda, dia nggak sesempurna Sleeping Beauty, beda banget malahan. Meski sama-sama polos, Aurora belum pernah jatuh ci...