DUA

2.8K 383 17
                                    

*5 tahun kemudian*

@Adiva house.

Buket bunga mawar berwarna putih, ungu dan merah muda, bertabur di ruang tamu. Mama dan Bik Sarti sibuk menata makanan di meja makan yang akan dipindah ke halaman belakang.

Hari ini ulangtahun Adiva. Sejak pagi Alvaro sudah mengucapkan selamat dan mencium kening adiknya saat membuka pintu kamar. Tapi ia tidak menyangka akan jadi semeriah ini suasana di rumahnya.

Awan hitam di luar dan udara malam tampak bersahabat. Terbukti dengan taburan bintang menjelang acara makan malam. Adiva sudah meminta private garden party untuk keluarga dan teman-teman dekatnya. Itu artinya yang diundang hanya dua sahabatnya sejak SMA.

Alvaro keluar kamar dan turun tangga saat mendengar bunyi bel di pintu depan. Adiknya masih sibuk dandan di kamar. Saat tangan kekarnya membuka pintu, ia sudah menduga yang akan datang adalah si cantik Alya. Gadis itu banyak berubah. Sudah pintar memoles wajahnya dengan make-up flawless dan mengenakan dress selutut berwarna peach yang dikombinasi dengan syal rajut menutupi lehernya yang jenjang.

"Halo Kak Varo."

"Halo juga Al. Naik ke atas aja, Al. Diva masih di kamar."

Alya mengangguk dan membawa kado berbalut kertas kado bermotif love dan menyusul adiknya.

Alvaro masih duduk di ruang tamu, mulai chat dengan teman-temannya di grup. Mereka sedang membully Reyga -salah seorang sahabatnya- yang didesak Maminya untuk segera menikah. Itu karena adik Reyga, Reyna sudah dilamar kekasihnya untuk menikah, sementara Maminya tidak mau Reyga dilangkahi.

"Varo... Gue sama adik Lo aja gimana?  Adiva cantik, tinggi, putih, slim juga. Cocok lah sama selera gue. Nyokap gue juga udah kenal sama Lu dan keluarga."

"Ogah... Kasihan adik gue kalau nikah sama Lu. Ntar adik gue kena santet barisan mantan sakit hati yang udah Lu putusin."

Alvaro membalas di grup.

"Itu karma cewek-cewek yang Lu sakiti Rey. Mereka pasti nyumpahin biar Lu jadi perjaka tua."

Athar menimpali.

"Sialan."

Reyga membalas dengan emot marah.

"Yaaah dia ngambek." Nathan menulis.

"Serius ini, beneran cariin gue calon istri. Persahabatan kita selama 5 tahun ini gue pertaruhkan. Siapa yang bisa kenalin gue sama perempuan yang cocok di mata Mami, bakal gue kasih Jaguar merah di garasi rumah."

"Lu tahu sendiri kan. Masalah terbesar ada di Mami Lu. Semua cewek yang Lu putusin, karena pada dasarnya, mereka nggak cocok dan takut sama Mami. Kita aja yang cowok-cowok sering disemprot kalau pas main ke rumah Lu. Gimana kalau cewek, pasti bakal nangis dan mundur teratur."

Alvaro mengetik panjang kali lebar.

"Iya gue tahu. Sifat overprotective Mami yang ngejagain supaya Papi gue nggak selingkuh, akhirnya memang kebawa ke cara dia jagain gue dan Reyna."

"Makanya gue salut sama Zidan, calon suami adik Lu. Hebat banget dia, bisa bertahan di sisi Reyna sampai berujung ke pelaminan. Keren... Keren..."

Nathan menutup chat dengan emot tepuk tangan.

Bunyi bel di pintu kembali berbunyi. Dengan malas Alvaro menuju pintu.
Pintu ruang tamu terbuka dan lelaki itu tertegun.

"Assalaamu'alaikum. Malam Kak Varo... Adiva ada?"

"Wa'....alaikumsalam..."

Wajah chubby perempuan di depannya ini tidak banyak berubah. Gadis itu memeluk sebuah kado yang cukup besar tapi tampak ringan. Ah, sepertinya Varo tahu dari bentukannya seperti bantal.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang