Baju tidur bermotif keroppi melekat di tubuh Aurora. Tampak sedikit kekecilan karena perbedaan size antara Alya dan Rara.
"Ra... Itu pakai pembalutku aja. Aku masih banyak stok di lemari. Mama juga buatin kunyit asam buat redain nyeri haid."
Rara mengangguk senang. Sejak meringkuk di mobil sambil memegang perutnya yang sakit, Alya sudah hafal kalau sahabatnya itu mengalami dismenorae. Ceuk urang Sunda mah, sumilangeun.
"Terimakasih ya Al."
Rara meminum segelas kunir asam sambil sesekali menutup hidungnya karena bau jamu yang menyengat.
Dia menghabiskan karena ingin menghargai perhatian yang diberikan Tante Nayla, Mamanya Alya."Pahit ya? Itu udah dikasih madu sama Mama." Alya ikut meringis karena dia juga tidak suka jamu.
"Lumayan." Rara nyengir dan memutuskan untuk menemani Alya tidur.
Keduanya berpelukan dan memeluk guling.
"Ada yang mau kamu ceritain Ra?"
Alya menyandarkan lengan di atas spring bed. Rara sejenak memejamkan mata. Dia bingung harus mulai cerita dari mana.
"Aku sudah buat Ayah marah. Sampai sekarang aku belum minta maaf. Aku takut Al. Takut Ayah nggak mau ketemu aku lagi."
"Terus kamu milih pergi dari rumah?"
Rara mengangguk. Dia berusaha menahan air mata tapi ternyata gagal membendung butir bening yang menitik di pipi.
"Kamu pernah mikirin perasaan Bunda, Ra? Bunda kamu khawatir banget pas kamu pergi. Bunda kirain kamu nginep di rumah Diva atau di rumahku."
"Iya... Maaf. Aku jadi ngebuat khawatir semua orang."
Alya mengelus lembut kepala Aurora.
"Ra... Aku beritahu kamu satu rahasia. Ini aku bagi supaya kamu nggak terlalu sedih dan nggak merasa sendirian."
"Apa Al?"
Jemari Alya terulur menghapus air mata di wajah sahabatnya.
"Aku...
Sebenarnya aku juga bukan anak kandung Mama Papa. Aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Semalam Bunda kamu telepon Mama sambil menangis, cerita semuanya. Mungkin yang sedikit berbeda, sejak kecil, Mama dan Papa sudah mengenalkan aku dengan kedua orangtua kandungku.Aku diadopsi sejak bayi karena sejak Mama operasi pengangkatan mioma, rahim Mama juga ikut diambil. Ayah dan Ibu kandungku adalah buruh penyadap karet di Sumatera. Ayahku adalah anak buah Papa. Ibuku sudah berusia empatpuluhdua tahun saat melahirkanku. Aku adalah anak terakhir dari duabelas bersaudara."
Aurora terdiam. Dia terkejut tapi sekaligus sedih karena dia tidak bisa setegar Alya. Jadi... Kita sama Al. Kita sama-sama anak sambung. Tapi kita tetap berbeda Al. Aku tidak pernah tahu siapa Ayah kandungku. Aurora bermonolog dalam hati.
"Terimakasih Al, sudah mau berbagi. Aku masih perlu waktu untuk menerima kenyataan ini. Selama duapuluhtahun aku menyayangi mereka, yang aku kira adalah Ayah Bundaku sebenarnya.
Sakit Al, rasanya seperti jatuh di kedalaman samudera dan menumbuk terumbu karang. Semuanya hancur, kepercayaan terhadap diri aku sendiri, terhadap Ayah, Bunda."
"Kamu nggak boleh bilang begitu Ra. Ayah dan Bunda sayang banget sama kamu. Mereka sudah merawat kamu sejak kecil. Barusan Papa kasih kabar, kalau Ayah kamu mau jemput besok pagi. Jangan lupa minta maaf sama Ayah dan Bunda ya Ra..."
Aurora membalikkan badan dan memeluk guling erat. Siapkah dia bertemu Ayah. Jujur dia masih takut. Dia ragu apakah Ayah selama ini benar-benar menyayanginya atau hanya karena permintaan Bunda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
RomanceAurora itu nama tokoh Sleeping beauty yang cantik dan mudah tertipu nenek sihir jahat hingga jarinya tertusuk jarum. Aurora yang ini beda, dia nggak sesempurna Sleeping Beauty, beda banget malahan. Meski sama-sama polos, Aurora belum pernah jatuh ci...