DUA PULUH TUJUH

2K 314 15
                                    

Berulang kali gadis itu kembali ke kamar mandi dan memperhatikan frekuensi buang air besarnya lebih dari empat kali dalam dua bulan terakhir.

Badannya terasa lemas dan satu minggu lalu tanpa diketahui oleh orangtuanya, dia sengaja berobat ke UGD. Dokter mengatakan dia mengalami dehidrasi karena kehilangan banyak cairan. Dokter menganjurkan untuk rawat inap, namun dia menolak. Akhirnya dia menginap di UGD semalam untuk mendapatkan cairan infus sebanyak tiga botol.

Vannya... Ada apa dengan dirimu. Sebelumnya kamu baik-baik saja. Vannya menatap cermin besar dengan ukiran perak di sekelilingnya.  Dia memperhatikan pipinya terlihat lebih tirus. Selama ini dia memang selalu menjaga makan karena terobsesi untuk terlihat skinny.

Itu memudahkan dia untuk menjadi model iklan karena semua baju yang dikenakan, selalu pas di tubuhnya. Baginya, slim is sexy. Dia tergoda melihat timbangan yang selama ini jarang dipakai olehnya. Semua ini terasa aneh, pakaiannya bahkan terasa longgar.

Gadis cantik itu kembali bercermin dan baru menyadari saat dia menyikat gigi, terasa perih. Dia membuka mulut lebar dan terkejut melihat lidahnya penuh bercak berwarna putih serta bermunculan sariawan di bibir juga di sekitar gusi.

Pantas saja nafsu makannya menurun drastis. Dia merasa tidak nyaman untuk makan karena mulutnya perih dan dia baru memperhatikannya hari ini. Sejak kapan dia mengalami semua ini. Vannya memejamkan mata.

Dia tidak suka perubahan pada dirinya. Tulang pipinya yang cekung, membuatnya terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Ragu gadis itu menarik timbangan di bawah wastafel kamar mandi. Mengapa timbul rasa takut di dirinya, melihat angka yang akan muncul.

Empat puluh tiga kilogram. Ua Tuhan.. Benarkah dia kehilangan bobot begitu drastis. Terakhir tiga bulan lalu beratnya masih di angka limapuluh tiga dan kemana sisa sepuluh kilogram yang hilang dari tubuhnya. Apa karena dia mengalami diare terus-menerus. Dia terus mengingat pola makan yang selama ini dijalaninya. Dia tidak pernah makan di sembarang tempat dan selalu menjaga makanan hygiene.

"Sweetheart..."

Terdengar suara Mama mengetuk pintu kamar. Vannya segera mengambil handuk dan muncul di balik pintu.

"Ya Ma..."

Mama masuk ke dalam kamar dan mengajak Vannya duduk untuk membicarakan hal yang serius.

"Opa mengajak kita merayakan ulang tahun. Tidak hanya keluarga besar yang diundang. Tapi juga kolega Opa akan datang bersama putra mereka. Kamu masih ingat Damian, pewaris perusahaan Samudra Group. Opa juga mengundang dia."

Vannya sudah tahu arah pembicaraan Mama.

"Mama tahu kan, aku masih belum bisa melupakan Reyga. Jangan coba-coba jodohkan aku dengan lelaki lain. Selama Reyga belum menikah, aku akan tetap mengejar cintanya."

Mama menyentil kening putri semata wayangnya dengan kesal.

"Kamu masih punya malu setelah peristiwa enam bulan lalu?"

Gadis itu berusaha membela diri, meski dia tidak ingin mengingat memori buruk itu. Dimana Mami menghina dirinya di depan Reyga dan  sejak itu hubungan mereka berakhir.

"Ma, setiap orang pernah berbuat kesalahan. Waktu itu aku mabuk dan aku tidak tahu kenapa pagi itu aku bisa berakhir di kamar seorang laki-laki yang tidak aku kenal."

"Dan berkat kelakuanmu itu, Mama sudah kehilangan muka ketika yang memergoki kamu keluar dari kamar hotel bersama lelaki asing, adalah Maminya Reyga dan Reyga sendiri. Semoga Opa tidak mengundang orangtua Reyga datang ke acara pesta minggu depan. Mami tidak mau bertatap muka dengan mereka."

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang