Second Wife • 21

12.1K 1K 84
                                    

Hari minggu adalah hari yang selalu di tunggu-tunggu oleh setiap makhluk untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran mereka. Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.

Lain hal nya dengan pria yang berumur 26 tahun ini. Sejak bangun tidur pagi tadi, wajah nya selalu tampak kusut hingga waktu menjelang sore. Dan jangan lupakan dengan sikap nya yang mendadak manja dan tak mau jauh dari sang istri.

Iqbaal merasa jika seminggu ini waktu berjalan dengan sangat cepat. Sama hal nya dengan aoa yang dirasakan (Namakamu). Kedua nya seperti tidak siap bahkan tidak ingin untuk berpisah.

Saat ini sepasang suami istri itu sedang berbaring sembari berpelukan manja di atas tempat tidur besar yang berada di kamar Iqbaal. Ah, lebih tepat nya sang suami yang memaksa istri nya agar dirinya bisa memeluk tubuh mungil istrinya itu sepuasnya, walau sejujurnya Iqbaal tidak akan pernah puas. Selama Iqbaal ada disini, pria itu menggotong (Namakamu) untuk tidur bersama di kamar miliknya yang sebelum nya sering ia tempati bersama istri pertamanya, Vanesha jika datang berkunjung ke rumah ini.

Sikap (Namakamu) kini semakin tampak jelas. Polos dan blak-blakan. Terlebih bawaan hormon kehamilannya kadang membuat orang yang berada di sekitarnya bingung kelimpungan termasuk suaminya.

Seperti yang terjadi pada beberapa hari yang lalu. (Namakamu) yang mengetahui ada Irzan yang datang untuk memberinya vitamin ibu hamil dari lantai atas, segera menuruni anak tangga sembari berlari cepat.

Baik Iqbaal, Rike, Ody dan juga Irzan berteriak panik di buatnya. Wanita yang sedang berbadan dua itu seperti sedang lupa jika ada bayi yang berada di dalam perutnya. Hal itu memancing kemarahan Iqbaal. Tak hanya kelakuan (Namakamu) yang menuruni anak tangga sembari berlari. Melainkan raut bahagia yang di tampilkan (Namakamu) saat Irzan datang berkunjung. Bahkan, saat Irzan pamit untuk pulang, (Namakamu) justru tidak ingin Irzan pulang seolah melupakan keberaan Iqbaal sebagai suaminya.

"Ih kan! Tangan Mas Iqbaal nakal!" Pekik (Namakamu) dengan wajah yang tenggelam dalam dada bidang Iqbaal

"Jadi suka teriak-teriak gitu ya sama suaminya?"

(Namakamu) menjauhkan kepalanya dan mendongak memandang Iqbaal kesal. "Makanya tangannya jangan nakal"

"Iya-iya. Ayo sini peluk lagi. Nanti sore aku udah pulang, minggu depan baru kita ketemu lagi" jawab Iqbaal menggerutu masam

(Namakamu) tercengir mendengarnya. "Nggak apa-apa. Aku jadi nya nggak di mesumin sama Mas Iqbaal lagi"

Hanya saja hati nya tidak sama dengan apa yang ia ucapkan dan tunjukkan pada Iqbaal. Ingin rasanya (Namakamu) menahan Iqbaal untuk tetap tinggal disini bersamanya. Tetapi jika kembali mengingat status nya, membuat (Namakamu) harus menelan pahit keinginannya.

Iqbaal memandang (Namakamu) datar. Tetapi tangan kiri nya bermain di bokong (Namakamu) yang menurutnya sedikit em... membesar.

"Ihhh kan tangannya nakal lagi!" Protes (Namakamu) menarik tangan Iqbaal yang kini sudah mencengkram pelan pinggang nya

"Mulut kamu tuh yang nakal" ketus Iqbaal

(Namakamu) merengut tak terima. "Udah, lepas. Aku mau ke bawah aja, mau siram bunga"

Iqbaal semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh (Namakamu) sembari kedua tangannya merayap nakal pada tubuh istrinya itu.

"Mas Iqbaal ih! Baju aku jangan di naikin!" Pekik (Namakamu) kesal saat tangan Iqbaal mengangkat dress yang ia kenakan pada bagian pahanya

Iqbaal tertawa melihat ekspresi (Namakamu) lalu mencium gemas pipinya yang memerah akibat terus ia goda.

"Malah cium-cium" (Namakamu) mengelap pipi nya yang tadi Iqbaal cium dengan telapak tangannya

"Kok di lap sih?" Protes Iqbaal tak suka

"Ada liur nya. Mas Iqbaal jorok" dengan sengaja (Namakamu) mencubit Iqbaal tepat di bagian salah satu puncak dada Iqbaal

"Akh! Sakit (Namakamu)!" Pekik Iqbaal melepaskan pelukannya pada tubuh (Namakamu). Tangan kiri nya mengusap-usap bagian yang terasa sakit akibat cubitan yang di layangkan oleh istrinya itu

Bukannya merasa bersalah, (Namakamu) malah tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perut nya agar tidak terlalu mengguncang anaknya di dalam sana.

"Enak aja kamu cubit-cubit boobs aku. Sini, aku harus balas" Iqbaal menyeringai penuh pada (Namakamu)

Tawa (Namakamu) hilang seketika. Dirinya bergerak menjauh dari Iqbaal. Sayang, dirinya kalah cepat. Kini Iqbaal sudah berada di atas tubuh nya dengan senyuman menyeringai yang (Namakamu) kesalkan.

"Nggak mau. Aku minta maaf. Nggak sengaja tadi. Mas Iqbaal sih mesum" bibir (Namakamu) mengerucut sebal yang langsung di kecup singkat oleh bibir Iqbaal

"Kok di cium sih?"

"Bawel banget kamu sekarang" ujar Iqbaal heran

Mata tajam Iqbaal memandang fokus mata sendu milik (Namakamu). Seakan terbuai dan terpesona dengan mata berwarna coklat tua itu.

"Kalau kamu nggak mau aku pulang, kamu bisa tahan aku untuk nggak pulang sekarang (Namakamu)." Lirih Iqbaal menatap dalam mata (Namakamu)

(Namakamu) tersenyum manis. Tangan kanannya bergerak mengusap lembut wajah Iqbaal. Membuat suami nya itu memejamkan kedua matanya menikmati sentuhan jari-jari lembut milik (Namakamu).

"Pulang Mas. Kak Shasha pasti nungguin Mas Iqbaal"

Iqbaal membuka kedua matanya. Dengan napas yang memburu, ia menyambar dan melumat pelan bibir penuh milik (Namakamu) yang kini menjadi candu nya.

Bukan jawaban seperti itu yang Iqbaal inginkan dari mulut (Namakamu). Yang ia inginkan adalah, (Namakamu) yang menahan atau mencegah nya untuk pulang. Maka akan dengan senang hati ia lakukan.

Lain hal nya dengan (Namakamu). Sampai kapan pun, dirinya tidak akan pernah bisa menahan Iqbaal untuk terus berada disisi nya walau dirinya sangat ingin jika Iqbaal bisa selalu ada di sisinya. Tidak akan pernah bisa. Tolong ingat dengan baik-baik.

*****

Iqbaal berlutut dan mengarahkan wajahnya pada perut datar (Namakamu). Tangan kanannya naik mengusap pelan perut istrinya itu.

"Acel. Papa pulang dulu ya Nak ke rumah Mama. Kamu jangan nakal, jangan nyusahin Bunda. Jangan minta yang aneh-aneh sama Bunda waktu Papa nggak dateng"

Iqbaal melirik wajah (Namakamu) yang menunduk memandangi dirinya. "Kecuali kalau kamu kangen Papa, kamu bisa suruh Bunda buat ngehubungi Papa"

CUP

Iqbaal berdiri setelah berpamitan pada anaknya yang tentu saja masih berada di dalam perut (Namakamu).

"Sekali lagi (Namakamu), tahan aku kalau kamu memang nggak mau aku pulang"

(Namakamu) mendongak karena memang tubuh nya yang hanya sebatas dagu Iqbaal. Menatap sendu wajah tampan milik suami nya yang pasti akan ia rindukan selama seminggu kedepan.

Memberanikan diri mengecup sekilas bibir Iqbaal. Tangannya meraih punggung tangan Iqbaal untuk di salim nya.

"Hati-hati Mas. Salam buat Kak Shasha."

Iqbaal mengangguk singkat. Membalikkan tubuhnya dan keluar dari kamar meninggalkan (Namakamu) yang secara tidak langsung sudah mengusir nya untuk segera pulang. Kenapa rasa nya tidak semenyenangkan yang ia harapkan dulu waktu di awal pernikahannya bersama (Namakamu)? Bukan kah ini yang ia inginkan waktu itu?




















Bersambung...

••••••

Mana suara nya yang nungguin??????!!!! Mana ni komentar bawel dan vote nya yg banyakk??!!!

3 Februari 2020
ssemestaa

Second Wife • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang