Second Wife • 37

13K 1.2K 155
                                    

TIT

TIT

TIT

Bunyi yang sebenarnya cukup Iqbaal benci tetapi bunyi itu berpengaruh penting bagi kehidupan istri keduanya, (Namakamu).

Sudah hampir 1 jam dirinya duduk diam merenungi wajah cantik namun pucat milik (Namakamu). Dengan menggenggam tangan kiri (Namakamu) yang bebas dan sesekali mencium nya.

"Kapan kamu mau bangun, hm?"

"Kamu boleh marah sama aku atau kamu mau mukul aku? Aku bolehin, nggak apa-apa. Itu nggak sebanding sama apa yang kamu rasain. Aku minta maaf (Namakamu). Maaf sayang. Maaf"

"Bunda sama Ayah pasti masih asik ngeliatin Acel di ruang bayi. Kamu nggak mau liat Acel, sayang?"

Lagi-lagi Iqbaal menciumi punggung tangan (Namakamu) dan berbicara seorang diri.

"Aku pulang dulu ya? Anter Shasha pulang sekalian ganti baju. Nanti aku kesini lagi nemenin kamu"

Iqbaal bangun dari duduk nya, mendekatkan wajahnya untuk mengecup dahi (Namakamu) lama.

"Aku harap, aku yang orang yang pertama kamu liat saat kamu sadar" lirih Iqbaal tepat di telinga (Namakamu)

Menegakkan tubuhnya lalu berbalik menuju pintu. Saat di ambang pintu, Iqbaal kembali menolehkan wajahnya memandang wajah (Namakamu) yang terhalang selang pernafasan.

"Maaf"




Second Wife




"Udah semua nya kan? Kamu nggak ada ninggalin barang disana?"

Iqbaal bertanya pada Vanesha yang kini sepasang suami istri itu duduk di dalam mobil.

"Lupa kalau aku nggak ada bawa satu pun barang tadi malem?" Tanya Vanesha balik dengan sarkas

Iqbaal hanya menaikkan kedua bahunya acuh. Lalu mulai menjalankan mobil.

Selama di perjalanan hanya ada keheningan. Baik Iqbaal maupun Vanesha tidak ada yang membuka suaranya.

Iqbaal sendiri sejujurnya lelah, ingin sekali rasanya beristirahat tetapi jika mengingat masih ada satu istri dan anaknya dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, membuat Iqbaal mengurungkan niatnya untuk beristirahat.

Berbeda dengan Vanesha yang kini merasa sedikit kesal dengan sang suami yang hari ini lebih memilih banyak diam padahal ini pertama kalinya mereka kembali bersama setelah Iqbaal lebih memilih banyak menghabiskan waktu bersama madunya, (Namakamu). Padahal suaminya itu akan selalu mengeluarkan suara menanyakan tentang pekerjaan, teman-temannya bahkan Iqbaal juga bercerita tentang apa saja pada dirinya.

"Baal, mampir ke cafe biasa yuk? Udah lama banget rasa nya kita nggak makan berdua di cafe langganan kita" ajak Vanesha

Iqbaal melirik arloji di tangan kirinya. "Euumm..... lain kali aja ya Sha? Aku harus cepet-cepet balik lagi ke rumah sakit. Gantian sama Ayah Bunda jagain (Namakamu)" tolak Iqbaal

"Sebentaaar aja. Masa kamu nggak mau sih? Kamu nggak kangen sama aku?" Bujuk Vanesha

Iqbaal melirik Vanesha singkat sembari tersenyum. "Aku selalu kangen kamu Sha tapi kamu nya jarang ada waktu buat aku. Kamu sibuk terus sama kerjaan"

Senyum Vanesha memudar. "Nggak usah bawa-bawa kerjaan kalau kamu nggak mau makan sama aku!"

"Sha," tegur Iqbaal saat Vanesha mulai berbicara dengan nada yang tinggi

Vanesha mengabaikan Iqbaal. Duduk menghimpit pintu mobil dan fokus melihat jalanan. Kenapa suaminya selalu membuat dirinya kesal?

Iqbaal mendadak merindukan sikap (Namakamu) yang selalu berkata lembut dan bahkan tidak pernah berbicara dengan nada tinggi pada siapapun. Tanpa sadar kedua sudut bibir nya terangkat membentuk senyum tipis.

Second Wife • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang