Second Wife • 30

12.5K 1.2K 197
                                    























































"Bahkan gue nggak yakin itu anak gue. Bisa aja kan itu anak lo?"

DEG

Napas (Namakamu) tercekat. Ia mendongakkan kepalanya memandang Iqbaal berderai air mata dengan tatapan tidak percaya. Kenapa Iqbaal bisa berkata seperti itu?

"Mas.." lirih (Namakamu)

Rahang Irzan mengeras. Menghampiri Iqbaal dan mencengkram kerah kaos yang Iqbaal kenakan.

"Lo gila hah?! Gue nggak selintah itu buat ngerusak pernikahan saudara gue! Lo mikir nggak sih kalau (Namakamu) itu perlu di perhatiin selama masa hamil nya! Lo bahkan cuma pengen tau keadaan Acel doang waktu jadwal (Namakamu) di USG!" Teriak Irzan

BUGH!

"Kak Irzan!" Pekik (Namakamu) terkejut dan juga ketakutan

"Brengsek! Selama ini gue diem lo nggak peduliin keadaan (Namakamu). Tapi gue nggak akan diem kalau lo ngerendahin dan nganggep (Namakamu) murahan! Lo itu suami nya Le! Bisa-bisa nya lo berpikiran kalau (Namakamu) hamil anak gue?"

BUGH!

"Argh!"

"Lo tau nggak gimana susah nya (Namakamu) waktu dia ngidam tapi nggak tau mau ngadu dan minta ke siapa? Tau nggak lo?! (Namakamu) sebisa mungkin nahan perasaan ngidam nya biar nggak ngerepotin Bunda, Ayah, Teteh dan gue. Termasuk lo yang jelas-jelas suami nya dia!" Irzan menunjuk tepat di dada Iqbaal dengan marah

"Dia nggak mau ganggu waktu lo sama Shasha cuma karna perasaan ngidam nya. Lo nggak akan pernah tau Le gimana sakit dan sedih nya perasaan (Namakamu) selama ini. (Namakamu) udah gue anggep kayak adik gue sendiri Le. Tapi, kalau lo masih berpikiran gue sama (Namakamu) ada apa-apanya,"

Irzan melepaskan cengkramannya dan mendorong tubuh Iqbaal hingga mundur beberapa langkah.

"Maka dengan senang hati akan gue wujudin pikiran negatif lo itu"

Irzan mengalihkan pandangannya memandang (Namakamu) yang kini masih menangis sembari menggelengkan kepala nya pelan. Irzan tersenyum tipis.

"Maaf udah bikin kamu ketakutan. Aku pulang dulu. Kalau Ale bikin ulah sama kamu, kamu bisa aduin ke Bunda. Jangan stress, ingat Acel" pamit Irzan tak memperdulikan keberadaan Iqbaal yang sibuk memegangi wajah dan rahangnya yang tadi di pukul kuat oleh Irzan.

(Namakamu) memandang sedih punggung Irzan yang berjalan mendekati mobilnya. (Namakamu) akui jika ia kecewa pada Irzan karena telah memukul Iqbaal, suaminya. Dirinya tidak suka kekerasan. Tetapi, hati nya justru lebih kecewa pada Iqbaal yang dengan tega nya berkata secara tidak langsung, tidak mengakui bayi yang sedang ia kandung saat ini. Bayi yang merupakan darah dagingnya, anak kandungnya bersama Iqbaal.

Katakan, hati istri mana yang tidak terluka jika suami nya berkata seperti itu? Katakan, hati ibu mana yang tidak sakit hatinya jika suami, ayah kandung dari anak nya berkata seperti tidak mengakui keberadaan anaknya sendiri? Katakan pada dirinya saat ini. Sungguh. (Namakamu) benar-benar merasa hancur saat ini juga.

Tatapan (Namakamu) beralih pada Iqbaal yang kini juga memandang nya dengan tatapan yang sulit di artikan sembari meringis dan memegangi wajahnya yang membiru akibat pukulan Irzan tadi.

Dengan sedikit kasar (Namakamu) menghapus air mata yang mengalir di wajahnya. Mendekati Iqbaal dan tanpa bicara menarik pelan lengan kokoh milik suaminya segera masuk ke dalam rumah untuk mengobati luka yang ada di wajah Iqbaal.

(Namakamu) menyuruh Iqbaal duduk di sofa ruang tamu sementara dirinya pergi ke belakang mengambil obat merah dan alat kompres untuk mengompres luka lebam di wajah Iqbaal.

Sekecewa apapun dirinya pada Iqbaal, (Namakamu) tidak bisa mengabaikan suaminya begitu saja. Tangannya tergerak mengusap perut buncit nya. Lagi-lagi air matanya menetes. Apakah nanti Acel akan di perlakukan dengan baik oleh Iqbaal dan Vanesha?

Dengan telaten (Namakamu) membersihkan luka dan mengompres luka Iqbaal yang membiru di rahang nya.

(Namakamu) tau jika Iqbaal terus memandang lekat wajah miliknya. Tetapi (Namakamu) tetap pada pendiriannya. Dia duduk disini karena status nya adalah masih menjadi istri dari Iqbaal Dhiafakhri.

Iqbaal meraih tangan (Namakamu) yang berada di wajahnya dengan pelan. Matanya terus memandang (Namakamu) dengan tatapan menyesal. Sebisa mungkin (Namakamu) tak menatap mata tajam itu yang bisa saja membuat pertahanannya goyah.

"Aku minta maaf" lirih Iqbaal

Dalam hatinya, (Namakamu) membenci semua permintaan maaf yang selalu keluar dari mulut manis Iqbaal. (Namakamu) diam tak menjawab.

Cup

Iqbaal mencium punggung tangan kanan (Namakamu) yang kini berada dalam genggamamnya. "Aku khilaf. Aku nggak suka kalau ternyata Irzan lebih sering sama kamu di banding aku. Aku nggak bermaksud berucap kaya tadi. Aku--"

"Cukup Mas"

"Maaf

(Namakamu) menarik tangannya sedikit paksa dari genggaman Iqbaal. Dirinya tidak akan peduli dengan seribu alasan yang akan Iqbaal ucapkan. Hati nya sudah terlanjur luka.

Iqbaal mendekatkan wajahnya pada wajah (Namakamu). "Aku minta maaf (Namakamu). Bener-bener minta maaf" bisik Iqbaal frustasi

Tiba-tiba saja ingatan tentang Iqbaal yang berciuman dengan Vanesha di depan tangga tadi pagi terlintas dalam pikirannya. Membuat (Namakamu) dengan cepat menolehkan kepalanya sehingga kini bibir Iqbaal menyentuh pipi nya.

(Namakamu) menjauhkan tubuhnya dari tubuh Iqbaal lalu berdiri dari duduknya. Membuat Iqbaal mendesah frustasi.

"(Namakamu).."

"Aku mau istirahat"

(Namakamu) melangkahkan kaki nya menuju kamarnya dan mencoba mengabaikan panggilan Iqbaal.

"(Namakamu) aku minta maaf. Kita harus selesaikan ini baik-baik."

(Namakamu) menutup pintu dan mengunci kamar nya sembari menangis sedih. Bisa-bisanya Iqbaal berkata kalau dirinya tadi khilaf tentang menuduh jika anak yang dikandungannya ini adalah anak Irzan. Dan cara Iqbaal yang brengsek membuat dirinya terlihat sangat murahan. Iqbaal tadi pagi mencium dirinya, lalu mencium Vanesha saat Vanesha datang dengan amukannya, dan tadi dengan mudah nya Iqbaal kembali ingin mencium nya?

Selalu seperti itu. Melakukan kesalahan. Meminta maaf dan mengulangi nya kembali dengan kesalahan yang berbeda tentu saja. Dirinya ini hanya manusia biasa.

(Namakamu) memeluk guling dengan erat meluapkan emosi yang ia rasakan hari ini. Hari yang benar-benar melelahkan dan menyedihkan tentu saja. Membuat dirinya hancur-sehancurnya oleh perbuatan Iqbaal, suaminya.




















Bersambung...

••••••

Yuhuuuuuuu!
Kirakira part berikut nya ada apa ya? Ada yg bisa nebak? Hahah
Komen yg banyak dan vote yg bnyak bikin semangat lohhh❤

28 Februari 2020
ssemestaa

Second Wife • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang