Second Wife • 18

11.1K 1K 71
                                    

"Gimana cerita nya, kok (Namakamu) bisa pingsan sih di makam Ilhan sih Teh?"

"Teteh juga nggak tau Bun, yaampun. Udah berulang kali Bunda tanyain pertanyaan yang sama dari telepon sampai sekarang" keluh Ody kesal

Rike mendelik Ody sinis. "Kalau cucu Bunda kenapa-kenapa gimana?"

Ody menghela napas nya pelan. Jari telunjuk menekan tombol lift. "Sebenarnya rahim (Namakamu) belum terlalu kuat Bun. Karena umur nya yang masih muda banget. Irzan sama Syifa yang kasi tau Teteh"

"Ale tau?"

Ody menggelengkan kepala nya pelan. "Nggak tau juga sih. Kemarin Teteh nggak sempet liat (Namakamu). Abis praktek kemarin langsung pergi liat desain undangan"

Ting

"Kamu nggak ada ketemu Ale, Teh?"

"Enggak ada Bun. Pas hari (Namakamu) pingsan aja Ale nggak bisa di hubungi sama sekali. Malahan kata Irzan, dia telpon Bastian katanya Ale nggak ke kantor. Pas abis magrib Irzan paksa suruh Teteh istirahat, (Namakamu) yang jaga Irzan deh" adu Ody pada Rike

CLEK


"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Iqbaal dan (Namakamu) mengalihkan pandangan ke arah pintu.

"Bunda!" Pekik (Namakamu) senang

Rike tersenyum lembut menghampiri (Namakamu). Iqbaal segera bangun dari duduk nya dan mempersilahkan sang bunda untuk duduk.

"Bunda kangen sama kamu Nak" gumam Rike saat (Namakamu) sudah berada dalam pelukannya

Mata (Namakamu) berkaca-kaca. Dirinya merindukan dekapan hangat ibunya. Sudah lama (Namakamu) tak mengunjungi makam sang ibu. (Namakamu) ingin menceritakan segala nya termasuk pernikahan dan kehamilannya saat ini.

"(Namakamu)? Sayang?" Tegur Rike merasa (Namakamu) terdiam tak merespon pertanyaannya

(Namakamu) tersadar dari lamunannya. Dengan pelan ia melepas pelukan Rike yang menatap nya cemas. "Kamu kenapa? Ada yang sakit?"

"(Namakamu) rindu Ibu sama Ari, Bun"

Iqbaal dan Teh Ody yang duduk di sofa melihat dan percakapan (Namakamu) dengan Rike, membuat perasaan mereka ikut sedih dan em, bersalah.

Rike tersenyum lirih. Tangannya bergerak mengusap pipi (Namakamu). "Kalau Ari udah libur sekolah, suruh main kesini ya? Buat ngunjungin kamu"

"(Namakamu) boleh pulang ke kampung Bun?" Tanya (Namakamu) takut-takut

"Enggak!"

Baik Ody maupun Rike terkejut mendengar jawaban Iqbaal.

"Ale!" Tegur Ody

"Aku nggak kasi ijin kamu untuk pulang. Kecuali setelah kamu melahirkan" ucap Iqbaal tegas

(Namakamu) menundukkan kepalanya. Mencoba menyembunyikan perasaan sedih yang kini semakin menggerogoti hatinya.

Kecuali setelah kamu melahirkan.
Kecuali setelah kamu melahirkan.

(Namakamu) menggigit bibir bawahnya agar tak menangis di hadapan Rike, Ody dan juga Iqbaal. Hatinya terluka saat Iqbaal dengan tega mengucapkan kalimat yang kini terngiang-ngiang di telinganya. (Namakamu) sadar dan masih ingat tentang tugasnya. Tapi bisakah Iqbaal tak membahas nya sekarang?

(Namakamu) hanya ingin mengunjungi adik dan makam ibu nya. Apakah itu salah? Lagi pula, (Namakamu) tidak memiliki keberanian untuk membawa lari calon anak Iqbaal yang kini berada dalam perut datarnya. (Namakamu) tidak mungkin mengingkari perjanjian yang telah dibuat oleh Vanesha, Iqbaal dan dirinya. Terkecuali tentang perasaan aneh yang tumbuh di dalam dadanya jika itu berkenaan tentang Iqbaal tentunya.

"Kamu apa-apaan sih?! Ayo keluar!" Ody menarik paksa lengan Iqbaal untuk keluar

Iqbaal mau tak mau mengikuti langkah dan tarikan paksa sang Kakak. Saat di ambang pintu Iqbaal menolehkan kepalanya memandang tajam (Namakamu) yang masih menundukkan kepalanya.

Rike kembali memeluk tubuh mungil namun rapuh milik (Namakamu). "Maafin anak Bunda ya sayang?"

(Namakamu) menganggukkan kepalanya pelan.

Rike tau betul apa yang dirasakan oleh (Namakamu). Rike yakin, jika bukan karena keadaan yang memaksa nya, pasti (Namakamu) tidak akan pernah mau untuk berada di posisi yang seperti ini.

"Nanti biar Bunda coba ngomong sama suami kamu. Siapa tau dia berubah pikiran."

"Iya Bunda"

Rike melonggarkan pelukannya. "Gimana kabar nya cucu Bunda? Sehat?"

Tanpa bisa di cegah kedua sudut bibir (Namakamu) tertarik membentuk senyum manisnya. Tangan nya menggenggam tangan Rike dan meletakkan di depan perut ratanya.

"Kata Kak Irzan, Acel sehat Bun"

"Acel?" Tanya Rike bingung

(Namakamu) menyengirkan giginya. "Boleh kan kalau (Namakamu) panggil dia Acel?" Tanya (Namakamu) polos

"Jelas boleh dong sayang. Kamu kan ibu nya" jawab Rike gemas mencubit pelan pipi (Namakamu)

"Makasih Bunda"

"Emangnya kamu yakin kalau cucu Bunda ini cowok? Kalau cewek gimana?" Tanya Rike

(Namakamu) tampak berpikir. "Tapi (Namakamu) yakin kalau Acel cowok kok Bun. Kalau cewek juga nggak apa-apa. Yang penting sehat"

Rike mengecup singkat pelipis (Namakamu) dan mengangguk singkat. Dalam hati nya berdoa agar (Namakamu) beserta cucu nya selalu dalam keadaan baik-baik saja. Berkali-kali meminta maaf pada sang pencipta karena dirinya juga ikut andil dalam pernikahan Iqbaal dan (Namakamu).


******


"Kamu apaan sih Le? Harusnya kamu nggak ngomong gitu ke (Namakamu). Perasaan ibu hamil itu sensitif" omel Ody saat berhasil membawa Iqbaal keluar dari ruangan (Namakamu)

"Ale reflek Teh. Nggak sengaja" aku Iqbaal

"Kamu udah tau kan keadaan (Namakamu)?" Tanya Ody

"Irzan bilang (Namakamu) dan janinnya baik-baik aja Teh, cuma masih rentan, nggak boleh kecapekan dan banyak pikiran sampe stress" jawab Iqbaal

"Rahim (Namakamu) sebenar nya belum cukup kuat Le. Umur nya yang masih muda beresiko buat ibu maupun janinnya"

"Maksud Teteh?"

"(Namakamu) nggak boleh stress, dan kerja yang berat-berat karna kehamilannya ini sangat mengkhawatirkan buat dia dan anak kalian, Le. Dan kalau (Namakamu) bisa ngelewatin 9bulan dengan baik, proses persalinan nya juga ga bisa normal, harus operasi. Kalau kamu dan kita semua lengah ngejaga (Namakamu). Teteh nggak tau harus gimana" jelas Ody

Iqbaal mematung mendengar penjelasan Ody tentang keadaan (Namakamu) yang sebenarnya.

"Setelah (Namakamu) di bolehin pulang nanti, (Namakamu) tinggal dirumah Bunda aja ya? Ada Bunda yang bisa ngontrol keadaan (Namakamu)"

"Tapi Shasha ambil cuti kerja sebulan Teh. Ale sama Shasha bisa kok jagain (Namakamu)" tolak Iqbaal halus

Dahi Ody mengkerut tak suka. "Kamu lupa kalau (Namakamu) butuh ketenangan dan nggak boleh stress? Lihat kamu sama Shasha mesra-mesraan di rumah bisa bikin mood dia nggak bagus, Le"

"Jangan egois Le. (Namakamu) itu istri kamu. Tolong pikirin keadaannya. Kalau kamu susah, tolong pikirin calon anak kamu."



















Bersambung...

••••••

Yoyoyo! Mana suara nya gaisss?!
Btw, jan panggil mimin atau thor ya:( just call me Jee yoyoyo!

31 Januari 2020
ssemestaa

Second Wife • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang