(Namakamu) melenguh dalam tidur nyenyak nya. Perlahan mata sendu favorit Iqbaal itu terbuka dan mengerjab pelan.
(Namakamu) menolehkan kepala nya ke arah ranjang yang kosong. Perasaan sedih mulai menyelimuti hatinya.
"Hiks.. Mas Iqbaal.. hiks"
Iqbaal yang berada di dalam kamar mandi dengan terburu-buru keluar sembari melilitkan handuk di pinggang nya.
"Kenapa sayang? Mas disini. Lagi mandi tadi" tanya Iqbaal lembut menghampiri (Namakamu)
(Namakamu) menghentikan isak tangisnya lalu memandang Iqbaal yang juga memandang nya lembut. Membuat nya salah tingkah.
"Peluk"
Dalam posisi yang masih berbaring di atas tenpat tidur, (Namakamu) menyodorkan kedua tangannya pada Iqbaal yang masih berdiri dengan handuk yang melilit di pinggang.
"Pake baju dulu ya?"
Mata (Namakamu) mulai berkaca-kaca. Iqbaal mulai panik. "Iya-iya peluk"
Ekspresi (Namakamu) kembali tersenyum manja. Ia menggeser tubuhnya memberikan tempat untuk Iqbaal berbaring di sebelahnya.
Saat memastikan Iqbaal telah berbaring, (Namakamu) tanpa pikir panjang langsung menerjang tubuh suaminya yang bertelanjang dada itu.
"Sayang, jangan tiarap kaya gini"
Iqbaal mendorong pelan tubuh (Namakamu) yang kini bertiarap di atas tubuhnya.
"Aku mau"
"Kamu nggak sayang sama adek?"
"Mana ada ibu yang nggak sayang sama anak" gerutu (Namakamu)
Iqbaal memasrahkan tubuhnya saat (Namakamu) menempelkan telinga pada dada bagian kirinya. "Say--"
"Sstttt diem"
(Namakamu) yang sedang asik mendengar detak jantung Iqbaal mengangkat kepalanya. "Mas kenapa bikin aku hamil lagi? Katanya Mas nggak mau aku hamil lagi"
Iqbaal menggeram pelan mendengar pertanyaan (Namakamu) yang sedikit tidak masuk di akal itu. Terlebih ekspresi polos (Namakamu) saat menunggu jawaban darinya dan juga jari telunjuk (Namakamu) yang membuat pola abstrak di dada bidangnya.
"Maaf"
Mood (Namakamu) mendadak kesal. Ia bangun dari tubuh suaminya dan berjalan keluar kamar. Membuat Iqbaal mengusap wajahnya kasar.
Setelah hampir 9 tahun sejak melahirkan Asya, Iqbaal menolak keras untuk menambah anak lagi. Dirinya hanya tidak bisa melihat (Namakamu) kesakitan pasca melahirkan.
Sejak dua bulan yang lalu Iqbaal merasakan jika tubuh (Namakamu) memang lebih berisi dari sebelumnya. Bahkan sikap (Namakamu) yang terkadang masih malu-malu itu lebih sedikit manja bahkan terkesan agresif.
Namun sebulan yang lalu, (Namakamu) mendadak pingsan saat perayaan ulang tahun Herry di kediaman orang tuanya. Irzan yang notabene nya memang dokter pun langsung memeriksa kondisi (Namakamu).
Second Wife
Irzan memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan (Namakamu), istri dari sepupu yang pernah ia cintai, dulu.
"Zan, jangan ambil kesempatan ya lo" hardik Iqbaal tajam
Irzan tak memperdulikan Iqbaal. Irzan berusaha mengatur degup jantungnya yang mendadak berdetak lebih cepat. Matanya melirik Syifa yang berada di belakang Iqbaal.