Second Wife • 9

13K 1K 57
                                    

"Hai! Morning" sapa Iqbaal dengan suara parau khas bangun tidur. Ini sudah hari keempat nya menginap di apartemen bersama (Namakamu) istri keduanya.

"Aku ganggu kamu tidur ya?"

"No! Lagian ini juga udah pagi. Kamu kapan pulang sayang? Aku kangen sama kamu"

Diseberang sana raut wajah Vanesha berubah serba salah. Syukurnya ia tak melakukan vidio-call bersama Iqbaal sehingga suami tampannya itu tak perlu melihat wajahnya.

"Maaf sayang. Aku nggak bisa pulang. Mendadak pemotretan yang di Hongkong, ternyata jadwalnya dimajuin"

"Dan kamu lebih mentingin pekerjaan kamu dari pada suami kamu? Gitu?"

"Bukan gitu Baal. Aku harus tanggung jawab sama pekerjaan aku"

"Bahkan sekalipun bermiliaran buat ganti rugi, uang aku lebih dari itu untuk bayar agar kamu berhenti kerja Sha!"

Iqbaal menggertakkan gigi nya geram. Emosi nya memuncak saat mendengar bahwa istrinya, Vanesha tidak jadi pulang besok malah akan melanjutkan penerbangan dan pemotretan di Hongkong selama dua minggu.

"Kita udah pernah bahas ini dan selalu berakhir aku sama kamu ribut. Aku lagi nggak mau ribut sama kamu. Aku harus packing. Aku tutup."

PIP

"SIAL!!"

Iqbaal membanting handphone miliknya ke lantai membuat benda pipih itu pecah berhamburan. Iqbaal tak peduli. Dirinya diliputi dengan perasaan marah, sedih dan kecewa. Marah karena Vanesha tak pernah mau mengikuti kemauan dan keinginannya agar istri nya itu berhenti bekerja. Sedih karena Vanesha tidak benar-benar menjalani tugas nya sebagai seorang istri. Dan kecewa karena seolah-olah dirinya tidak becus menjadi kepala keluarga hingga Vanesha harus ikut bekerja.

Iqbaal menghempaskan tubuh nya terlentang di atas tempat tidur. Matanya memandang kosong langit-langit kamar yang putih. Dengan napas yang masih ngos-ngosan akibat menahan emosinya saat melakukan telepon dengan Vanesha. Ia mengusap wajahnya kasar lalu bangkit dan melangkahkan kaki keluar kamar. Saat membuka pintu kamar Iqbaal terkejut melihat (Namakamu), istri keduanya sedang mengepel lantai di ruang tengah.

Istri kedua nya itu tampak santai dan lihai saat menggerakkan kedua tangannya untuk mengayunkan pengepel di lantai. Sesekali (Namakamu) menyeka keringat yang muncul di keningnya. (Namakamu) nampak sudah terbiasa melakukannya. Bahkan Vanesha untuk memegang pengepel saja tidak mau dan mungkin tidak akan pernah. Terlebih ada asisten rumah tangga yang bekerja dirumah mereka.

Iqbaal berjalan mendekati (Namakamu) yang langkahnya ternyata di sadari oleh (Namakamu).

"Mas Iqbaal mau kemana? Jangan kesini dulu lantai nya masih basah" cicit (Namakamu) menghentikan aktivitasnya

"Saya mau peluk kamu" jawab Iqbaal asal dan memberhentikan langkahnya tak jauh dari (Namakamu). Dirinya terpaku melihat wajah cantik (Namakamu) yang penuh keringat.

Pipi (Namakamu) memanas. "A-aku belum mandi Mas. Kotor. Bau juga"

"Kenapa kamu bersihin apart?" Tanya Iqbaal tanpa melepas pandangannya dari wajah (Namakamu)

(Namakamu) memandang Iqbaal bingung. "Kalau nggak di bersihin kotor dan berdebu Mas"

"Bukan itu maksud saya. Kenapa kamu harus turun tangan sendiri? Kenapa kamu nggak bilang sama saya untuk panggil pembantu atau tukang bersih-bersih di apart ini?"

Raut wajah (Namakamu) berubah menjadi cemas. "Aku kerja nya nggak bersih ya Mas? Nanti aku janji buat apartemen nya bener-bener bersih"

Iqbaal menggelengkan kepalanya pelan. (Namakamu) ini begitu polos pikirnya. "(Namakamu). Maksud saya itu kalau ada pembantu kamu nggak perlu capek-capek bersihin apartemen ini"

Second Wife • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang