prolog

30.7K 856 15
                                    

"Kak Shasha!"

Vanesha memeluk pelan tubuh kecil (Namakamu). Sepupu jauh nya ini tampak menyedihkan sejak ibu nya meninggal sebulan yang lalu.

"Ayo Kak, masuk. Aku bikin minum sebentar." (Namakamu) menarik lembut tangan Vanesha untuk masuk dan mempersilahkan dirinya duduk di kursi tamu

Mata Vanesha mengedar. Tak ada yang berubah. Paman dan Bibi nya memang sangat sederhana.

"Maaf ya Kak, kalau berantakan" (Namakamu) menunduk tak enak, menyajikan secangkir teh hangat pada Vanesha.

Vanesha mengibaskan tangannya. "Enggak kok. Oh iya, mana adik kamu?"

"Ari masih sekolah Kak. Pulang nya siang, tapi dia ke cafe dulu ikut temannya." jawab (Namakamu)

"Ke cafe? Ngapain?"

"Kerja Kak" ringis (Namakamu)

"Terus kamu nggak sekolah?" Tanya Vanesha

(Namakamu) menggeleng pelan. "Sekolahku udah tamat Kak, setahun yang lalu."

"Kamu juga kerja?"

(Namakamu) mengangguk. "Cuci baju sama nyetrikain baju-baju tetangga Kak"

Vanesha menyesap pelan teh hangat yang disediakan oleh (Namakamu). Kembali menimang keputusan nya saat ini apakah sudah benar.

"Kamu sama Ari ikut Kakak ke Jakarta ya?"

"Hah?!" (Namakamu) kaget tak percaya

Vanesha meraih kedua tangan (Namakamu) lalu menggenggam nya erat. "Kakak mau minta tolong sama kamu (Namakamu). A-aku nggak tau siapa lagi yang harus aku tuju selain kamu"

(Namakamu) tak mengerti. "T-tapi tolong apa Kak?"

Vanesha menggigit bibir bawah nya. Sedikit ragu namun tetap ia jawab. "Tolong pinjamin rahim kamu untuk mengandung anak dari suami aku"

'Deg'

(Namakamu) tertegun. Apa telinga nya tidak salah dengar?

"Aku bisa bantu kamu lunasin semua hutang Paman tanpa harus ketinggalan serupiah pun (Namakamu). Aku akan kasi kamu uang setiap bulannya, asal kamu mau hamil anak suami aku" Vanesha terus menggenggam erat kedua tangan (Namakamu)

"T-tapi kenapa Kak?"

"Aku terikat kontrak nggak boleh hamil selama 5 tahun. Pernikahan aku baru berjalan 1 tahun lebih. Suami dan mertua aku terus ngedesak aku. Aku bingung (Namakamu)"

"Cuma kamu saudara yang aku punya. Aku percaya sama kamu. Kamu anak yang di didik baik sama Paman dan Bibi. Aku mohon bantu aku."

(Namakamu) memandang Vanesha hampa. Pikiran nya kalut.

"Kamu hamil anak suami aku. Setelah anak itu lahir, kamu bisa tinggalin semua nya dan kembali ke sini. Tolong pinjamin rahim kamu buat aku (Namakamu). Sebagai ganti, hutang Paman semua nya akan lunas. Kamu dan Ari nggak perlu banting tulang buat cari uang."

(Namakamu) memejamkan kedua matanya yang tak ia sadari sudah mengeluarkan air mata. Setelah kepergian Ibu, dirinya dan sang adik harus bersusah payah untuk terus melanjutkan hidup, kini apa lagi yang Tuhan beri untuk nya?







•••

Lanjut, jangan?

15 Desember 2019
ssemestaa

Second Wife • IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang