"Saya terima nikah dan kawin nya (Namakamu) Wardhana binti Luqman Wardhana dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"
"Bagaimana para saksi sah?"
"Sah"
"Alhamdulillah.."
Vanesha menangis dalam diam nya saat melihat sang suami mengucapkan ijab kabul di depan mata nya sendiri. Vanesha menundukkan kepala nya tak mampu melihat suami nya mencium mesra kening (Namakamu) yang merupakan sepupu jauh nya sekaligus menjadi madu nya untuk beberapa bulan ke depan.
Sementara (Namakamu) memejamkan kedua matanya. Bukan. Dia tidak menikmati ciuman yang baru saja mendarat di kening nya. Melainkan dirinya sangat bingung dengan perasaannya saat ini yang terasa hampa.
Apa yang ia harapkan dari pernikahan ini?
Tidak pernah sekali pun dirinya pernah berpikir akan menikah dengan suami orang. Istri kedua? Ya. Itu status nya saat ini. Status yang sah di mata agama dan di mata negara.
Perempuan bodoh mana yang mau meminjamkan rahim nya untuk hamil anak suami orang lain? Dan setelah melahirkan, ia akan memberikan anak nya lalu bercerai. Katakan padanya siapa yang lebih bodoh dari diri nya saat ini?
"Ibu maafin (Namakamu)"
******
"Dek, kamu tinggal disini aja ya?"
(Namakamu) yang tadinya makan dengan kepala yang menunduk, kini mendongakkan kepala nya. Menolehkan kepala nya memandangi Kakak Ipar yang menatap nya penuh harap.
"Iya. Kamu tinggal disini aja sama kita. Ayah suka pergi dinas ke luar kota. Belum lagi kalau Ody sibuk sama pasien nya. Bunda nggak ada temen di rumah" kali ini sang Ibu Mertua mengeluarkan suara nya
(Namakamu) menggigit bibir bawah nya. Dirinya mengalihkan pandangan nya pada sosok pria yang duduk berhadapan dengannya. Merasa di pandangi, pria itu menghentikan aktivitasnya.
"Aku udah nyiapin apartemen buat (Namakamu)"
(Namakamu) memandangi pria yang beberapa jam yang lalu resmi menjadi suami nya tak percaya. Secepat itu?
"Ish! Sampai malam besok deh (Namakamu) disini. Dia juga sendirian disana" saut Fildzah atau kerap yang di sapa Ody itu tak setuju dengan jawaban adik nya
"Bener apa kata Ody. Biarin dulu (Namakamu) disini. Kamu juga malam ini mau pulang kerumah kamu dan Vanesha kan?" Tuan Herry mengeluarkan suara nya
Pria itu memandang dirinya tajam dan dingin. Lalu beranjak bangun dari duduk nya dan pergi meninggalkan meja makan. Bahkan makanan pria itu belum habis.
"Ale! Mau ke mana kamu?!" Herry meneriakkan putra bungsu nya yang bersikap tidak sopan
"Ayah, udah biarin aja" Rike mengusap lengan suami nya
"Anak itu udah keterlaluan" decak Herry
(Namakamu) mendadak di selimuti perasaan bersalah. Semua kekacauan yang terjadi malam ini akibat dirinya, kan?
"(Namakamu)"
"Eng, i-iya Teh?"
Ody tersenyum lembut. "Makanan nya di abisin. Ale pulang kerumahnya. Kamu tidur sama Teteh ya, malam ini?"
(Namakamu) menganggukkan kepala nya lalu kembali melanjutkan makan nya dengan pikiran yang semakin bercabang-cabang.
Setelah semua nya selesai, (Namakamu) berdiri merapikan piring-piring kotor untuk di bawa ke wastafel.
"Sayang, biarin aja ntar ada bibi yang cuci." suara lembut mengintrupsi dirinya
Rike tersenyum sembari berjalan mendekati nya. "Ada bibi nanti yang cuci. Kamu istirahat gih di kamar Teteh."