TARIK NAPAS DALAM-DALAM GESS SEBELUM BACA PART INI
Dahi nya mengkerut dengan mata yang terbuka dengan perlahan. Menyipitkan mata saat bias cahaya lampu yang masuk dalam retina. Lalu dengan perlahan mata sendu itu mengedip normal menyesuaikan pandangannya yang tadinya buram kini mulai jelas.
Memperhatikan dengan seksama seluruh penjuru ruangan bercat putih.
Seakan ingat jika dirinya yang hendak menyebrangi jalan, tiba-tiba ada mobil yang melintas dengan kecepatan yang cukup laju menabrak tubuh dan membuat nya terhempas ke aspal jalanan.
(Namakamu) langsung panik dengan kedua tangan yang bergerak ke arah perutnya. Datar?
Ia memaksakan dirinya untuk bangun dan duduk.
"Akh sakittt!"
(Namakamu) kembali berbaring sembari memegangi perutnya yang kini terasa sangat menyakitkan.
Ah! Dirinya ingat. Terakhir dirinya bertemu dengan Irzan dan meminta laki-laki itu untuk menyelamatkan anaknya. Lalu, dimana Acel sekarang? Apakah Irzan menepati janjinya?
"Hikss"
Isak tangis sedih memilukan yang keluar dari mulutnya memenuhi seluruh penjuru ruang kamar inap tempat dirinya di rawat.
Tangis nya benar-benar semakin menjadi saat mengingat betapa pedih nya hidup yang kini ia pilih. Dirinya memilih jalan hidup yang salah membuat nya terus-terusan merasa sakit dan pedih yang lebih dominan di bandingkan kebahagiaan.
Andai saja Vanesha tidak datang menemuinya dulu. Andai saja dirinya mengikuti kata sang adik untuk tidak menerima penawaran yang diberikan Vanesha.
Andai saja dirinya tidak terbawa perasaan lalu jatuh pada pesona Iqbaal. Andai saja--CLEK
"Ass--- sayang? Kamu udah sadar?"
Pintu terbuka menampilkan Iqbaal yang datang dengan kedua kantong kresek di tangan kirinya. Iqbaal yang melihat sang istri terbaring dengan isak tangis yang keluar dari bibir pucat serta tangan yang memegangi perut bagian bawahnya itu pun berlari kecil menghampiri brankar (Namakamu).
"(Namakamu), sayang, kenapa? Perut kamu sakit? Apa gimana?" Tanya Iqbaal beruntun dengan cemas
Terlihat jelas bagaimana raut wajah Iqbaal yang khawatir melihat (Namakamu) yang kini memandangnya dengan berderai air mata. "Kenapa sayang? Aku panggil dokter ya"
Dengan cepat dan berulang kali Iqbaal menekan tombol yang berada tak jauh dari brankar (Namakamu). Lalu tangannya menggenggam erat namun lembut tangan mungil milik (Namakamu)
"A-Acel Mas hiks"
(Namakamu) kembali menangis dengan membalas genggaman tangan Iqbaal dan meremasnya kuat. Seolah menyampaikan bagaimana perasaannya saat ini.
Dahi Iqbaal mengernyit lalu tersenyum tipis. "Hei, jangan nangis. Acel ada dan baik-baik aja"
Ucapan Iqbaal mampu membuat (Namakamu) menghentikan isak tangisnya. Kembali memandang Iqbaal bertanya-tanya.
Iqbaal membawa tangan kiri (Namakamu) untuk dikecupnya berkali-kali.
"Mas"
"Makasih sayang, makasih. Kita udah jadi orang tua sekarang" Iqbaal memandang (Namakamu) haru
"Acel?"
CLEK
"Selamat siang Pak. Dokter akan datang untuk memeriksa keadaan pasien"