00:24

394 57 38
                                    

    Meninggalkan Hyungwon setelah percakapan singkat mereka. Pendeta Shin mengetuk kamar yang di tempati oleh Seungcheol dan tentunya ketukan pelan pada pintu kayu tersebut berhasil menarik perhatian dari pemuda yang saat itu tengah membaca buku di dekat jendela dengan duduk menghadap meja berukuran sedang di sana.

    Tanpa menunggu respon dari Seungcheol, Pendeta Shin segera membuka pintu di hadapannya dan segera di hadapkan oleh pemuda asing yang menjadi tujuan Hyungwon menemuinya.

    Pendeta Shin melangkah masuk, datang mendekati pemuda yang sama sekali tak beranjak dari duduknya dengan sebuah buku yang masih terbuka di atas meja.

    "Tutuplah bukumu itu, anak muda." dengan pembawaan yang begitu tenang. Suara berat yang mengalun lembut itulah yang kemudian membimbing buku di hadapan Seungcheol untuk kembali tertutup.

    "Pendeta ada perlu apa?"

    "Ada hal yang ingin ku tanyakan padamu."

    Seungcheol memandang dengan sebuah pertanyaan yang tercipta dalam tatapan kosongnya. Pendeta Shin lantas kembali berucap, "sebenarnya, dari mana asalmu?"

    Netra Seungcheol tiba-tiba tak memiliki satu titik fokus ketika kebingungan kembali terlihat di wajahnya. Meski sudah sering mendapatkan pertanyaan yang sama, namun tetap saja tak ada satupun ingatan yang mampu ia tangkap dari kekosongan yang tercipta dalam pikirannya.

    Tatapan yang penuh kebingungan itu lantas kembali bertemu dengan tatapan teduh namun menuntut milik si Pendeta. "Kenapa Pendeta menanyakan itu lagi?"

    "Aku hanya ingin tahu berapa usiamu sekarang."

    Seungcheol kembali berpaling. Merasa sedikit frustasi ketika tak menemukan apapun untuk bisa menjawab pertanyaan yang begitu sederhana dari Pendeta Shin. Hingga ia menyerah dan lebih memilih menghadapkan wajahnya pada lantai di bawah kakinya.

    Pemuda itu bergumam, "jika aku tahu, mungkin aku tidak akan berada di sini."

    "Kau benar," pernyataan kecil yang membimbing wajah itu untuk kembali terangkat, "jika kau memiliki rahasia itu, kau tidak akan pernah sampai ke tempat ini."

    "Kenapa Pendeta menanyakan hal itu lagi padaku?"

    "Kau ingin tahu, alasan kenapa kau bisa sampai ke tempat ini?"

    Tatapan teduh itu menunjukkan reaksi. Seungcheol lantas berdiri namun tak terlalu menuntut sebuah jawaban dari pria tua di hadapannya.

    "Apa, alasannya?"

    "Kurang lebih satu tahun yang lalu, seseorang menitipkan jasadmu pada kami."

    "J-jasad?" suara tercekat dengan mata yang mengerjap tak percaya, "apa maksud Pendeta?"

    "Kau datang dalam keadaan luka parah dan tak bernyawa, seperti itulah kondisimu ketika kau datang kemari."

    Seungcheol tak mampu berkata-kata. Dia tidak mengerti dan semua terdengar tak masuk akal. "Jika aku sudah mati, lalu..."

    "Tidakkah kau sadar bahwa kau telah mengalami kematian berkali-kali? Dua belas kali dalam setahun."

    Netra dengan tatapan teduh itupun sontak menajam, kembali terpukul oleh kenyataan yang tak mampu di terima oleh nalarnya. "Jangan membuatku tertawa! Apa yang sedang Pendeta bicarakan?"

    "Setiap bulan di malam-malam tertentu, kau akan mengalami mati suri. Itulah sebabnya setiap satu bulan sekali kau selalu terbangun di ruangan itu."

    Napas Seungcheol tercekat. Tubuhnya dengan mudahnya jatuh pada kursi dengan tatapan tak percaya. "Bisakah seseorang mengalami mati suri sampai beberapa kali?" sebuah pertanyaan yang lebih menuntut ketika ia mengembalikan pandangannya pada pria tua di hadapannya.

WAKE ME UP : SKYFALL [KEBANGKITAN LEE MINHYUK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang