00:07

563 58 21
                                    

    Daegu, 09:45.

    "She is like dramama ramama
sangsang sok ama urin
neukdaewa minyeo gata ah
beuraungwan ttulko nawa
Oh mama gosh
neol bonaegi neomu ashwiwo
gil ireun bangnangja
neol dugo eodi anga....."

    Senandung ringan yang keluar dari mulut Jooheon ketika ia keluar dari gudang penyimpanan sembari mendorong troli berisi barang-barang yang akan ia taruh di etalase yang kosong, dia berkeliling setiap barisan untuk mengecek ketersediaan barang di sana. Hingga senandung ringan nya terhenti bersamaan dengan langkah kaki nya, ketika ia melihat Changkyun yang masih duduk di salah satu bangku cafe kecil yang sengaja ia buat untuk para pengunjung Mini Market jika mereka ingin makan Ramyeon di sana.

    "Ada apa dengan anak itu?"

    Pertanyaan yang lebih di tujukan pada dirinya sendiri, setidaknya dia merasa heran dengan pemuda yang lebih muda darinya tersebut. Pasalnya sejak pagi tadi, Changkyun tiba-tiba saja menjadi sosok yang pendiam lebih dari sebelumnya.
    Bahkan sudah lebih dari 20 menit dia meninggalkan nya dan anak itu masih betah duduk di sana. Dia pun memutuskan untuk menghampiri Changkyun, dia menarik salah satu kursi dan menduduki nya tepat menghadap ke arah Changkyun yang juga menatap nya.

    "Kau kenapa?"

    Pertanyaan yang lebih di tujukan untuk kekhawatiran di bandingkan dengan sebuah tuntutan, namun sebuah gelengan lah yang keluar sebagai jawaban.

    "Jika tidak ada apa-apa, kenapa kau diam saja sejak pagi tadi? Dan kenapa kau bisa tidur di kamar ku?"

    Changkyun memalingkan wajah nya, merasa tak memiliki jawaban  untuk di berikan kepada pemuda yang ia ketahui sebagai kakak sepupunya tersebut. Karna bahkan dia sendiri tidak memiliki jawaban untuk dirinya sendiri.

    "Kita hanya hidup berdua. Jika kau memiliki masalah, ceritakan padaku. Apa dada mu sakit lagi?"

    Changkyun dengan cepat menggeleng, menepis kekhawatiran Jooheon. Dan pada akhirnya mulut itu terbuka untuk melontarkan sebuah kalimat. "Ada hal yang ingin ku tanyakan pada Hyeong."

    "Apa itu?"

    Changkyun mengembalikan pandangan nya pada Jooheon. "Tentang orang tua ku yang meninggal akibat kecelakaan."

    Jooheon tersentak akan pertanyaan yang di lontarkan oleh Changkyun. Setelah sekian lama, kenapa anak itu membahas nya kembali.
    Tiba-tiba kebingungan melanda Jooheon, mengingat bahwa semua yang pernah ia ceritakan kepada Changkyun perihal masa lalu nya adalah sebuah kebohongan belaka. Begitupun dengan keluarga Changkyun yang mengalami kecelakaan.
    Pada kenyataan tak ada keluarga Changkyun dalam insiden kecelakaan yang telah menewaskan kedua orang tua nya tersebut.

    "T-tunggu dulu, kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu? Mungkinkah kau mengingat sesuatu?" Ujar Jooheon dengan sangat hati-hati, dan sebuah gelengan dari Changkyun setidaknya membuatnya mampu untuk bernapas dengan lega.

    "Aku hanya sekedar ingin tahu." Ujar Changkyun kemudian.

    Jooheon mengangkat tangan kiri nya dan menjatuhkan telapak tangan nya pada bahu yang lebih muda. "Yang tidak kau ingat, biarlah pergi dengan tenang. Jangan mengungkit luka lama yang belum tentu bisa kau atasi, kau adik ku, keluarga ku satu-satunya. Jangan berpikir macam-macam dan tetaplah di sisi ku apapun yang terjadi."

    Changkyun kembali memalingkan wajah nya di saat Jooheon yang bangkit dari duduk nya.

    "Sudah, sekarang kita harus bekerja. Jika kau kurang enak badan, beristirahat lah di dalam." Ujar nya dan menepuk bahu Changkyun beberapa kali sebelum meninggalkan nya yang masih tampak tak tenang akan pemikiran nya sendiri yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata.


WAKE ME UP : SKYFALL [KEBANGKITAN LEE MINHYUK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang