2. Akan Ku Beritahu, Tugas Awalnya.

555 51 33
                                    


"Tugas pertama ku setelah menikah :
Meyakinkan dirimu, bahwa kamu sekarang bagian dari tanggung jawabku yang hakiki."

- Vigorous Zionard Eden -

•••

ZIO memandang raut muka sebal Ayfa di hadapannya. Pipi yang menggembung, seraya menyuap kasar es krim ke dalam mulut. Rasanya sedikit mengilu, tatkala gadis di depannya ini menyuap tanpa ampun es krim ukuran jumbo itu.

"Aku gak ngerti sama Mama, sama Bunda juga. Kita kan cuma tidur beda rumah aja, tapi malah dihakimi kayak gitu," dengkus Ayfa. "lagian rumah kita juga dekat, kan ?"

Ayfa menatap Zio, memperoleh persetujuan dari setiap ocehan yang dihaturkan. Suaminya masih terdiam, malah terkekeh geli seraya mengaduk es krimnya. "Kamu kok diam aja. Kasih tanggapan kek!" oceh Ayfa lagi.

Zio mengambil napas, menatap teduh istrinya yang menagih tanggapan darinya. Bibirnya tak henti menyungging senyum, ketika netranya mendapati mangkuk es krim Ayfa telah bersih.

"Mau nambah lagi ?" Tawar Zio, menunjuk pada bowl es krim.

Sebal, Ayfa menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi. Menyilangkan kedua tangan di depan dada, membuang muka. "Bisa gak sih, tidak mengalihkan pembicaraan ?" sewotnya. "itu mukanya, kenapa coba ? Dari tadi cengengesan mulu. Malah bikin sebal."

Zio menikmati setiap guratan wajah kesal yang terlukis manis di wajah Ayfa. Inilah yang ia rindukan, wajah merah kontras dengan pipi menggembung juga bibir yang mengerucut. Kadang ia berpikir, sikap inilah yang membuat Zio jatuh cinta pada seorang Ayfa Edelweis Putri Sabella.

Mengalah, Zio memilih tak lagi memperlihatkan kekehannya. Kini cowok itu tengah berusaha membujuk gadis di hadapannya agar tidak lagi marah karena sikapnya.

Sejenak, jarinya menanggalkan sendok es krim ke dalam bowl. Mencondongkan tubuh, menghimpit meja. Tangan kanannya berusaha meraih tangan Ayfa. "Ay," panggilnya.

"Gak usah pegang-pegang! Mau modus ke aku ?" sentak Ayfa menatap mata Zio tajam.

Tidak dapat meraih tangannya, Zio menyerah. Lebih memilih melakukan hal yang serupa seperti yang Ayfa lakukan. "Ya udah, kalau gak mau aku modusin," ujar Zio datar.

Perhatian Zio terarah keluar jendela, mencoba tak memperdulikan wajah Ayfa yang semakin tertekuk. Berbeda dengan Ayfa, ia malah memperhatikan Zio yang tak berbuat apa-apa.

Dongkol memang, melihat orang yang kita sukai tak berbuat sesuatu untuk meredakan amarah kita. Terlebih lagi, orang itu adalah seseorang yang menjadi bagian pengisi sisa hidup. Suami sendiri.

Dasar, suami gak pengertian!

Ayfa melirik sekilas Zio, kemudian memalingkan muka. "Ish!" decak Ayfa.

Mendengar suara itu, Zio mengalihkan perhatian sejenak. "Kenapa ?"

"Gak!"

"Oke."

Zio kembali membuang pandang kearah jalanan luar kedai yang meramai. Tidak berfaedah memang, tapi cukup bisa membuat Zio memiliki objek untuk melamun. Melamun kan hal yang tak berfaedah.

Let Be, Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang