"Sejak menikah, aku baru tahu dua hal tentang kamu :
Pertama, kamu cuek. Kedua, kamu penuh kejutan.
Sedikit bertolak belakang, bukan ?"- Ayfa Edelweis Putri Sabella -
•••
AYFA baru saja membuka mata, menatap wajah Zio dengan pandangan buram. Gadis itu menghela napas, kembali melanjutkan tidur. Perjalanan ini cukup membuat Ayfa bosan, lelah juga. Pasalnya, ia harus menghabiskan kurang lebih sembilan jam dengan duduk tenang di salah satu sit kereta.
Ya, siapa sangka. Ketika ia dan Zio baru sampai di rumah, mereka sudah di suguhkan dua lembar tiket kereta menuju Solo. Ayfa makin terperangah, saat sang mama hanya memberikan dia sebuah ransel yang nyaris tak berisi. Sedangkan Bunda Rika, malah tak membawakan apa-apa pada Zio.
Lebih menakjubkan, Kereta Argo Lawu yang akan membawa mereka menuju ke Solo, akan berangkat kurang dari setengah jam lagi. Apalagi yang Ayfa bisa lakukan, selain pasrah. Mungkin sang mama dan mertuanya itu tengah kompak mengusir mereka, secepatnya.
"Mama sama Bunda kayaknya, lagi pengen ngusir kita, ya ?" Tanya Ayfa penuh selidik, tanpa di filter sedikitpun.
Jawaban yang Ayfa dapat, hanya senyuman lebar dari dua tersangka yang menjadi ide pokok konspirasi ini. "Lebih baik begini, 'kan ? Kita lebih suka kalian tidur di kereta berdampingan, ketimbang harus beda rumah lagi," tutur mamanya, tak logis.
Ayfa merapatkan mata, kenapa tidur pulas nya yang lama itu harus terganggu ? Dan kenapa pula ia harus mengingat kelakuan ibu-ibu yang 'sengaja' mengusir anak mereka pada perjalanan panjang.
Lapangkan lah hati Ayfa ya, Tuhan.
Baru ia akan kembali terlarut dalam mimpi, sebuah tepukan di pipi membangunkannya lagi. Kali ini mata Ayfa menyipit, menatap Zio sedang tak ingin di ganggu. Kenapa pemilik bahu yang ia sandari ini berani mengusik ketenangan jiwanya ?
Zio tersenyum, melihat wajah lelah Ayfa. Jarinya tak henti mengelus pelan pipi kanan Ayfa, sebelum akhirnya berucap, "Sampai kapan mau tidur ? Kita sudah sampai."
Butuh waktu sedikit lama agar gadis itu dapat menyerap kata-kata Zio. Hingga akhirnya tubuhnya menegak, dengan mata membulat sempurna. "Sejak kapan ?"
"Sepuluh menit yang lalu, maybe."
Ayfa geleng-geleng. Ia dan Zio bergegas keluar, meninggalkan kereta. Jam menunjukkan pukul 04:55 pagi. Benar-benar melelahkan. Mendadak Ayfa merasa, kereta ini berjalan lebih lambat dari sebelum-sebelumnya. Ataukah mungkin itu karena efek keterpaksaan ?
Suasana Stasiun Solo Balapan di jam segini tidak terlalu ramai, setidaknya tidak benar-benar penuh orang. Tidak adalagi hal yang membuat Zio dan Ayfa harus berlama-lama di stasiun. Nyatanya, tidak banyak bawaan yang mereka bawa. Lebih tepatnya, tidak ada. Selain, tas.
Ayfa membuntuti Zio dari belakang, berjalan tenang dengan sedikit menahan kantuk. Sebuah senyuman terukir, tatkala ia melihat Zio yang kini membawakan tas ransel berwarna pink miliknya. Terlihat menggemaskan. Walaupun cowok itu hanya menyampirkan tas itu dengan asal.
Dalam hati, Ayfa tak henti menggoda sang suami dengan kalimat yang mungkin terdengar seperti, "Ciee.. yang pakai tas pink ciee." Nyatanya, Ayfa hanya meledek Zio dalam hati. Tidak untuk di ucapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Be, Stuck With You
Romance[Sekuel : Don't Say You Love Me] [Di sarankan agar membaca Don't Say You Love Me terlebih dahulu, agar tau kehidupan awal mereka] Dia adalah sahabat ku. Dia adalah tunangan ku. Dan dia adalah pacar ku. Bagaimana jadinya jika teman hidup mu, adalah s...