"Untuk masalah merebut perhatian, aku tak akan kalah, apalagi mengalah. Lebih-lebih lagi pada seekor Mimi."- Ayfa Edelweis Putri Sabella -
•••
AYFA mengentas diri dari dalam kolam. Rambut panjangnya terlihat basah, menitikkan tetesan air dari ujung. Wajah cantiknya melembap, membuat kulitnya terlihat putih pucat.
Tangan Ayfa terlihat sesekali meraup muka, menghilangkan sisa air. Ayfa yang tengah duduk di tepi kolam, menoleh kearah dalam. Tak ada tanda-tanda kehidupan.
"Zee," teriak Ayfa. Tak ada sahutan.
Ayfa beranjak, menapakkan kaki. Sudah pasti, ia tak menunggu untuk mengeringkan badan. Atau, sekadar menunggu air di tubuhnya sekilas turun. Ayfa justru langsung masuk ke dalam, meninggalkan jejak basah pijakannya.
Pandangan Ayfa mengedar, mencari sosok yang ia cari di ruang tengah. Ayfa menemukan Mimi, meloncat keatas sofa. "Mimi, Zio kemana ?"
Mimi tak memperdulikannya, Ayfa mendengus. Tangan Ayfa mendadak gatal, ingin menggendong Mimi. Menggendong dan mengelus bulunya ? Tidak. Ayfa berniat menggendong Mimi, kemudian menceburkannya ke dalam kolam.
Setelahnya, Ayfa akan menonton aksi Mimi di pinggir kolam, tanpa berniat menolong. Membiarkan kucing gendut itu tenggelam, tak berperasaan. Atau, jika Mimi mau, Ayfa mau saja mengajarkan Mimi berenang. Asal, Mimi harus membayar biaya les renang private padanya sebesar satu dolar per detik.
Ayfa dapat merasakan pundi-pundi uang mengguyur pikiran liciknya seperti badai hujan. Jika saja ia bisa jadi guru les Mimi dengan bayaran sebanyak itu, Ayfa yakin dirinya bisa membeli sebuah istana gulali. Mendadak, Ayfa menginginkan kudapan manis.
"Pengen." Liur Ayfa baru akan keluar dari sarang, bertepatan saat pintu rumah terbuka.
Zio. Suaminya baru datang ke rumah, penuh peluh. Melihat Zio memakai kaos putih, celana training hitam, dan sepatu putih. Keringat yang membasahi kaosnya, dapat dipastikan jika Zio baru saja berolahraga.
"Zio darimana ?"
Ayfa berjalan mendekat. Tentu, masih dengan balutan baju renang. Rambutnya terlihat setengah kering, dengan kaki telanjang.
Zio mengusap peluhnya sekilas, menggunakan handuk kecil. "Olahraga. Joging sebentar," ujar Zio apa adanya.
Terperangah. Zio melihat apa yang ada di depan matanya, Ayfa. Untung saja ia datang tepat waktu. Ia tersenyum, mengacak rambut Ayfa. "Sudah kubilang, keringkan badan dulu sebelum masuk."
Kali ini Zio harus berolahraga lagi, mengepel lantai rumah. Jika tidak segera ia lakukan, takut dirinya, Ayfa ataupun Mimi tergelincir akibat lantai licin.
Tahu-tahu, Ayfa mendekat. Mendekap tubuh Zio erat, menyinggung senyum tipis. "Kamu berkeringat," gumamnya pelan.
"Ya kan, aku baru pulang joging. Maaf."
Ayfa menggeleng, "Gak papa. Aku suka," Ayfa semakin mengeratkan pelukan. "aku suka bau mu."
Zio melihat istrinya. Tatapan terlihat bingung, satu alisnya terangkat. "Kamu.. suka bau keringat ?"
•••
Ayfa turun dari lantai atas. Gadis itu bersiap untuk menjalankan rutinitas sore yang ia jalankan, apalagi kalau tidak untuk menonton. Kakinya berjalan cepat, menuruni anak tangga, terlihat tergesa.
Dari belakang, terlihat Zio duduk bersandar di sandaran sofa. Sudut bibir Ayfa tertarik, tersenyum. Di pikirannya terbesit jelas, jika Ayfa akan meringsek pada Zio.
Namun, belum sampai ia menaruh pantat di sofa, Mimi kembali datang. Air muka Ayfa berubah masam, menunggu apa yang akan dilakukan oleh kucing genit itu.
"Eh, Mimi," gumam Zio. Mimi meloncat keatas, memposisikan diri tidur dipangkuan sang majikan laki-laki.
Ayfa menonton adegan itu, tanpa tertinggal sedikitpun. Tangannya meraih toples biskuit, mengambil makanan di dalamnya. Kunyahan di mulut Ayfa terlihat tak biasa, gadis itu terlihat membuat-buat. Apalagi faktor lain, selain Mimi.
Mimi tampak santai, meminta perhatian Zio dengan mengusap wajahnya di tangan majikan. Zio menunduk, tersenyum, mengelus punggung Mimi.
Tak bisa berlama-lama, Ayfa menutup kembali toplesnya. Duduk bersimpuh diatas karpet, menghadap kucing gendut itu, tajam. Ayfa jadi merasa tersaingi oleh kucing abu-abu itu.
Mata Mimi terpejam. Benar-benar, kucing gendut ini menikmati elusan tangan Zio. Kesal, rahang Ayfa sedikit mengeras. Ia menahan, agar suara gemeretak giginya tak terdengar oleh Zio.
Wajah Ayfa mendekat, membuang jarak antara dirinya dan Mimi. Hembusan napas Ayfa yang hangat terasa jelas, menerpa wajah abu-abu Mimi. Karena hembusan napas itu juga, kumis Mimi bergerak pelan, membangunkannya.
Pelan, mata Mimi terbuka. Pertama yang ia lihat adalah iris mata Ayfa. Bagaimana majikan perempuannya memandang dengan tatapan iblis, juga mata melebar. Mata Mimi mengerjap beberapa kali, tapi Ayfa justru tak melepaskan kontak mata, melotot terus.
Bibir Ayfa bergerak, bergumam. "That is my throne!"
"My throne!"tegas Ayfa ulang, pada kalimat terakhir. Harap-harap, kucing gendut ini mengerti, lekas beranjak.
Tak peduli, Mimi kembali melingkarkan tubuh. "Meow."
Mata Ayfa semakin melebar, telunjuknya menyentuh pantat Mimi beberapa kali. "Pergilah, Mimi! Pergilah dari pangkuan Zio!" Bisik Ayfa.
"Meow!"
Gemas, tak diacuhkan. Ayfa memencet hidung Mimi. "Mimi, ih!" Ujarnya.
Badan Ayfa menegak, memberi ruang. Tak lagi dekat dengan rival nya itu. Telunjuknya memencet hidung Mimi lagi. "Bangun, Mimi!"
Kesal, Mimi membuka mata. Memberi satu pukulan pada tangan Ayfa yang sedari tadi mengganggunya. "Meow!"
"Mimiii.."
"Meow!"
Ayfa menoel pantat Mimi berulang kali, membuat Mimi melayangkan beberapa pukulan tak seberapa bagi Ayfa. Namun, pukulan beruntun.
"Mimi.. Mimi.."
"Meow! Meow! Meow!"
Zio mengerjap beberapa kali. Apalagi yang Ayfa dan Mimi ributkan, kali ini ?
Zio melerai, tapi tetap saja adu toel pantat dan pukulan kembali terjadi. Pasrah, Zio menyerah. "Kalian ngeributin apa, sih ?"
_________________________________________
Selamat Idul Fitri.
Maafin author kalian, kalau misalnya aku punya salah. Maaf juga kalau aku gak bisa menyuguhkan cerita sesuai ekspektasi kepala kalian.Selamat menerima angpao, bagi yang mendapatkan.
Selamat makan besar, bagi yang mama nya masak banyak hari ini.
Selamat membesarkan tubuh, dengan banyak makan camilan yang membuat rahang kita tergoda untuk mengunyah.Jangan lupa, pencet bintang. Walau pahalanya mungkin gak berlipat ganda, tapi seenggaknya dapat pahala dong. Ketimbang tidak sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Be, Stuck With You
Romance[Sekuel : Don't Say You Love Me] [Di sarankan agar membaca Don't Say You Love Me terlebih dahulu, agar tau kehidupan awal mereka] Dia adalah sahabat ku. Dia adalah tunangan ku. Dan dia adalah pacar ku. Bagaimana jadinya jika teman hidup mu, adalah s...