12. Ketempelan.

229 44 17
                                    


"Aku tak tahu, sejak kapan kamu begitu menempel padaku hingga tak ingin terlepas."

- Vigorous Zionard Eden -

•••

"KAMU yakin ?" Zio memandang ragu istrinya.

Ini sudah menjadi kedua kalinya, Ayfa membuka mata lebih cepat dari Zio. Pukul tujuh tepat, tangan Zio meraba sisi ranjang lain, dimana istrinya tertidur. Namun, tangannya tak menemukan subjek itu berada.

Merasa ada yang hilang dari rabaan tangan, Zio membuka mata. Hal pertama yang ia lakukan bukan malah mencari sosok Ayfa, Zio justru membuka lemari dimana setelan jas kantor ia simpan. Laki-laki itu bernapas lega, ketika ia menjumpai semua masih berada pada posisi awal.

Zio berpikir, apalagi yang Ayfa lakukan. Beberapa saat, Zio terpikirkan sesuatu. Melesat cepat keluar dari kamar, Zio bergegas menuju dapur. Mungkin istrinya telah membuat eksperimen baru, di dapur. Laki-laki itu harus menabahkan diri, kalau-kalau tempat itu berubah menjadi kapal pecah.

Tubuh jakung nya, telah berdiri di tempat itu. Semua masih pada posisi, tidak ada yang berantakan. Tangannya membuka pintu kulkas, semua bahan masakan masih ada. Melihat kondisi dapur rapi, dapat dipastikan jika istrinya belum menapakkan kaki disini.

Keningnya berkerut. Secara tidak sadar, Zio menjalankan kakinya menuju area kolam renang rumah. Gadis itu masih belum ia jumpai.

Ayfa kemana ?

Tak menemukan titik terang, lantas Zio kembali menuju lantai atas. Dirinya harus cepat bersiap, mengingat jadwal meeting yang akan diadakan pukul delapan pagi ini.

Baru ia membuka pintu, sosok yang ia cari berada disana. Membuka santai lemari pakaian, dengan kondisi tubuh yang terlilit handuk hingga dada. Zio membeku sesaat di depan pintu kamar. Rasa-rasanya, gadis itu tidak mengetahui kehadirannya.

Hening. Hingga Ayfa tanpa sengaja menolehkan kepala kearah pintu, memekik keras, "ZIOO! KELUAR!"

Seakan mendapat sentakan, Zio menutup pintu kamar. Ia melakukan dengan cepat, melihat Ayfa mengambil ancang-ancang. Sepertinya, sang istri hendak melemparkan pakaian yang ia ambil tadi.

Mengingat itu semua, cukup membuat Zio pusinh. Zio masih menatap ragu pada Ayfa yang mendekatkan diri, begitu percaya diri. Rasanya, Ayfa tidak mendengar apa yang ia ucapkan barusan.

"Ay, kamu beneran yakin ?" Tanya Zio ulang.

Ayfa menatap polos Zio, mengangguk mantap. "Seratus persen, yakin!"

Jika ini adalah kedua kalinya Ayfa bangun lebih pagi. Maka ini adalah pertama kalinya Ayfa akan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Ayfa sudah lama merenung, mungkin ini adalah saatnya. Melayani suaminya, memberikan pelayanan terbaik adalah misi baru Ayfa.

Ayfa baru melakukan pergerakan, Zio menahan. "Kalau kamu gak yakin, mending jangan deh," larang Zio.

"Kok.. kayaknya kamu yang keliatan gak yakin sih!" Ayfa menekuk muka. "Ayfa kan cuma pengin menjalankan kewajiban Ayfa menjadi istri yang baik dan benar."

Zio meneguk ludah. Sebenarnya bukan dirinya tidak yakin, tapi ini pertama kali Ayfa akan melakukannya. "Aku bukannya gak yakin, tapi ini kan pertama kalinya kamu."

Jari telunjuk Ayfa mengarah di depan bibir, mengisyaratkan agar Zio menutup mulut, tak banyak bicara. "Sudah. Serahkan semuanya pada Ayfa!"

Satu gerakan, Ayfa berhasil mengalungkan dasi life8 formal tie berwarna abu-abu pada leher sang suami. Senyuman di wajah Ayfa mendadak merekah. Zio mengamati tangan Ayfa yang bergerak membenahi kerah kemeja, tangan gadis itu terlihat berputar mencoba membentuk ikatan empat jari.

Let Be, Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang