"Aku tak ingin mendengar, apa yang tak perlu kudengar."- Ayfa Edelweis Putri Sabella -
•••
ACARA reuni angkatan Ayfa akan dilakukan. Ini adalah reuni kuliah, bukan SMA. Sedikit aneh mendengarnya, bukan? Ayfa juga tak mengerti, ia ditunjuk menjadi salah satu koordinasi di jurusannya.
Kenapa dirinya harus yang ditunjuk? Sedang Ayfa tak tahu menahu soal apapun. Seakan pasrah, Ayfa menerima nasib yang menimpa dirinya itu.
Disinilah gadis itu berada, duduk di salah satu meja kafetaria kampus dengan seseorang. Seseorang yang harusnya tak ia temui lagi. Jika saja tak membahas soal acara reuni, Ayfa juga tak mau bertemu sosok ini.
Ayfa menghentikan aktifitas bermain handphone nya. Menaruh benda pipih itu di atas meja, selepas ia meminta izin pada sang suami untuk bertemu orang yang kini ia maksudkan.
Laki-laki itu memandang Ayfa, tak mengindahkan netra. Ayfa menatap lurus matanya, hendak membuka mulut, "Ada hal penting yang perlu kita bicarakan."
Ayfa mengawali pembicaraan, menunggu respon dari laki-laki dihadapannya. Laki-laki itu menatap Ayfa hangat.
"Hal penting? Kita?" ulang laki-laki itu, meyakinkan. Satu tangan ia letakkan di dada, menunduk.
Hal sama yang pernah ia lakukan ketika ia mengatakan, "Terimakasih telah menggunakan jasa Arzo express."
Seraya tertunduk, ia berkata, "Aku berjanji akan selalu membahagiakan mu, jika aku menjadi suami kedua."
Ayfa menatap tak percaya. "Kamu bicara apa? Ini soal reuni angkatan!"
"Reuni?"
"Iya. Kamu pikir, kenapa aku mau menemuimu sekarang ?" tandas Ayfa.
Ayfa mulai menjelaskan, sedang Arzo mendengarkan Ayfa seksama. Apa bisa dikatakan seksama, jika laki-laki itu hanya memandang Ayfa dan menganggap ocehan Ayfa masuk dari telinga kanan, dan keluar dari telinga kiri.
"Bagaimana menurutmu?"
Arzo menatap Ayfa yang tengah melihat kearahnya. "Menurut ku? Kamu cantik."
Bola mata Ayfa berputar jengah. Bisa-bisanya laki-laki ini tak mendengar penjelasan yang membuat mulut Ayfa berbusa. "Arzo, ini serius!"
Duduk Arzo menegak. "Kalau kamu mau aku seriusin, aku gak masalah. Jadi, kapan ?" tanya Arzo.
Ingin sekali Ayfa mencak-mencak, gemas sendiri. "Jangan bercanda mulu. Ini, kita bahas acaranya!" tandas Ayfa.
Arzo menatap hangat, begitu serius. "Ay, kamu beneran nikah sama sahabatmu?"
"Kita gak ada topik itu. Bahas dulu, gimana acara reuni nya," kesal Ayfa.
Arzo merapatkan tubuh, mendekati meja. "Aku gak papa dijadikan suami kedua."
"Kamu bicara apa, sih?" tepis Ayfa. Kenapa laki-laki ini terus membahas itu.
Arzo meraih tangan Ayfa, menggenggamnya. "Ay, please. Biarkan aku jadi suami kedua mu."
"Hah?" Ayfa cengo, tak habis pikir dengan jalan pikiran Arzo. "Kamu sakit?"
"Ayolah, jadi istri aku."
"Enggak!"
"Aku akan jadi suami kedua yang baik untuk istrinya."
"Enggak!"
Ayfa beranjak, begitupun Arzo. Ayfa melenggang pergi, Arzo ikut membuntuti.
"Ayo, jadiin aku suami kedua."
"Enggak!"
"Ayolah, suami kedua," pinta Arzo.
"Enggak mau!"
Arzo menghadang, "Jadikan aku selingkuhan mu kalau gitu," ujar Arzo.
"Apa?" Ayfa memandang tak percaya. "Gak mau!"
Ayfa melanjutkan langkah, membuat Arzo kembali mengikuti. "Makanya, suami keduamu aja," ucap Arzo tak mau berhenti.
"Ayfa gak mau punya dua suami!"
_________________________________________
Itu.. Arzo apa-apaan deh. Baru pertama kali, laki-laki dengan terang-terangan minta dijadikan selingkuhan, apalagi suami kedua 🙄
Vote komen. Ini, kelima kalinya aku update dalam sehari ya ? Eh, bener gak sih ?

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Be, Stuck With You
Romance[Sekuel : Don't Say You Love Me] [Di sarankan agar membaca Don't Say You Love Me terlebih dahulu, agar tau kehidupan awal mereka] Dia adalah sahabat ku. Dia adalah tunangan ku. Dan dia adalah pacar ku. Bagaimana jadinya jika teman hidup mu, adalah s...