"Aku baru mengerti. Mendapatkan rasa sakit bisa semenyenangkan ini."- Ayfa Edelweis Putri Sabella -
•••
AKHIR pekan. Hari-hari weekend seperti ini yang Ayfa selalu nantikan. Dalam satu pekan, ia seringkali dibuat sendiri di rumah karena ditinggal Zio bekerja. Tetapi, sekarang hari Sabtu dan Minggu menjadi hari favoritnya. Apalagi, selain suaminya tidak pergi bekerja.
Terkadang, ingin sekali Ayfa mencoret-coret kalender dengan spidol merah. Semua itu ia lakukan dengan tujuan mulia, tentu saja. Tak lain dan tak bukan agar suaminya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, tidak untuk bekerja.
Hal yang paling Ayfa suka saat Zio libur adalah gadis itu jadi lebih leluasa menjahili Zio. Memancing ke gemasan seorang Zio, karena meributkan debat panjang mereka. Atau, yang paling Ayfa jadikan top number one adalah Ayfa bisa merecoki Zio saat suaminya tengah sibuk memasak di dapur.
Pagi ini berbeda dari pekan-pekan sebelumnya. Ayfa yang biasanya menjadi orang pertama berdiam diri diatas sofa ruang tengah, menikmati acara televisi, tidak berada di tempat. Kali ini, malah subjek berbeda berada di tempat itu, Zio.
Zio tak tahu, apa yang istrinya lakukan di atas. Seingatnya, Ayfa telah bangun. Untuk kesekian kalinya, Zio menolehkan kepala ke belakang. Kalau-kalau istrinya turun, segera ikut bergabung dengan dirinya menikmati tontonan. Namun, tetap saja istrinya tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan.
Baru pada tengokan ke tujuh, sosok yang ia nantikan menuruni satu persatu anak tangga. Zio melirik subjek itu sedikit tertegun, bergantian melihat kearah jam dinding. Mata Zio tak mungkin salah lihat, jika memang benar itu adalah istrinya.
Sedikit menelan ludah, Zio tak membiarkan manik matanya teralih pada subjek itu. Ayfa berjalan santai, mengenakan pakaian renang berwarna hitam sedikit aksen putih,diikuti air muka ceria. Pakaian renang Speedo dengan model terusan pendek itu, melekat sempurna di tubuh Ayfa.
Zio tersadar, saat istrinya telah berada di dekatnya meriah toples berisi biskuit cokelat. "Mau kemana ?" Satu pertanyaan meluncur dari mulut Zio.
Pertanyaan yang terdengar bodoh, memang. Harusnya Zio tahu, jika Ayfa memakai pakaian renang, sudah jelas dia akan berenang. Zio masih menunggu, melihat Ayfa yang masih sibuk mengambil biskuit dari toples.
"Ayfa mau berenang."
Detik selanjutnya, istrinya menggigit biskuit itu. Sedang tangannya sibuk mengikat rambut, membentuknya seperti cepolan. Selesai, Ayfa menatap balik Zio yang melihatnya tak berkedip. "Kenapa ? Zio mau temani Ayfa berenang ?" Tanya Ayfa seraya mengunyah.
Tangan Zio meraih tangan Ayfa, menariknya hingga Ayfa ikut terduduk di sofa. "Kamu.. berniat menggoda ku ?" Zio berbisik pelan. "Sepagi ini ?"
Merinding. Bulu kuduk Ayfa mendadak meremang, mendengar bisikan Zio. Napas Zio yang hangat dapat ia rasakan jelas. "Zee.."
Zio tersenyum, sepertinya Ayfa memang berniat menggodanya pagi ini. Kening Zio dan Ayfa saling menempel, kedua tangan Zio bahkan sudah berada di tengkuk istrinya sejak tadi. "Kenapa ?"
Tatapan mereka begitu intens, sudah dapat dipastikan aura pasangan kekasih itu mulai membaur dalam ruangan. Ayfa membuka mulut, "Kok.. Ayfa merinding ya, waktu dibisiki Zio." Ayfa meneguk ludah. "Zio, sudah jadi hantu kah ?"
Mendengar ucapan istrinya, Zio melepas tangannya yang semula berada di tengkuk sang istri. Begitu pula, keningnya yang memutuskan kontak dengan kening Ayfa. Sungguh, gemas sekali rasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Be, Stuck With You
Romance[Sekuel : Don't Say You Love Me] [Di sarankan agar membaca Don't Say You Love Me terlebih dahulu, agar tau kehidupan awal mereka] Dia adalah sahabat ku. Dia adalah tunangan ku. Dan dia adalah pacar ku. Bagaimana jadinya jika teman hidup mu, adalah s...