18. Main.

190 19 1
                                    


"Aku akan mengajarkanmu, jika memang kamu yang memintanya."

- Vigorous Zionard Eden -

•••

PERTAMA kalinya, rumah itu sepi. Sore hari yang sunyi, dimana hujan lebat mengguyur kota Solo. Gemericik air yang turun dari langit, juga suara gemuruh langit, membuat suhu tempat itu sedikit lebih dingin.

Zio meletakkan teh yang ia buat di atas meja. Menyeruputnya sedikit, tanpa banyak bicara. Seketika, badannya sedikit menghangat. Napasnya menghela, meraih buku novel lanjutan dari seri kesembilan Rick Riordan.

Laki-laki itu merebahkan diri diatas sofa, membiarkan irisnya larut dalam deretan kalimat pada novel terjemahan itu. Kaki yang ia biarkan selonjor, sebuah bantal dibelakang punggung. Posisi yang menurut Zio sangat nyaman, nyaman untuk membaca.

Ayfa. Tidak ada tanda-tanda keberadaan subjek itu di area ruang tengah. Zio bahkan tak sadar, ada hal yang terlewat yaitu tidak ada sang pembuat rusuh. Sebenarnya, alam bawah sadar Zio menginterupsi tak sengaja, jika ada hal yang kurang. Tapi Zio menampik, mungkin hanya perasaannya saja.

Sepasang manik bulat, menatap ke bawah. Berjalan mindik-mindik menuruni anak tangga, harap-harap tidak diketahui sosok yang tengah membaca buku di sofa.

Ayfa terkikik. Gadis itu berniat mengagetkan Zio. Layaknya seekor kucing yang memiliki bantalan udara di kaki, suara langkahnya tak terdengar.

Ayfa melihat jelas, wajah Zio yang tertutup buku. Suaminya tak sadar, jika dirinya telah berdiri di dekatnya. Sungguh, Ayfa rasa misinya akan berhasil kali ini.

Perlahan, Ayfa mendekat. Ada sedikit celah antara Zio dan bukunya. Ayfa tersenyum samar, ia beralih keatas Zio. Merangkak pelan, tanpa di sadari.

Satu gerakan. "Boo!"

"Astaghfirullah."

Ayfa terkikik, melingkarkan tangan di leher Zio bersiap memeluknya. Pencapaiannya benar-benar berhasil, menyelundup diantara celah itu. Terlihat jelas, wajah kaget Zio.

Zio menutup bukunya, memukul pelan kepala belakang Ayfa dengan benda itu. "Dasar, gak sopan," ujarnya mengelus rambut Ayfa.

•••

Apa yang dilakukan istrinya tadi, begitu mengagetkan Zio. Detak jantungnya mendadak bergemuruh cepat. Dia pikir, itu adalah Mimi, kucing Persia betina yang baru ia beli seminggu yang lalu.

Zio kembali memusatkan netranya pada buku. Apa yang istrinya lakukan ? Apalagi kalau tidak menempel padanya. Seperti saat ini, Ayfa tengah duduk manis diantara celah buku dan dirinya. Memandang buku yang baru Zio balik halamannya.

Baru jalan lima menit, Ayfa menghela napas. Kepalanya yang ia taruh diatas bahu Zio, terlihat menengadah keatas, menatap langit-langit rumah.

"Zee," panggil Ayfa lemas.

Zio berdehem, menunggu istrinya mengucapkan sesuatu.

"Bacaan kamu berat," lenguh Ayfa, lelah. "Ayfa gak kuat."

Zio membalik halaman lagi. "Jangan dibaca, biar aku aja."

Ayfa menopang kembali kepalanya, tak lagi ia sandarkan. Mata gadis itu melihat pada objek di depannya dimana Zio menyanggah dengan satu tangan.

Kepala Ayfa mendongak, menatap wajah sang suami. "Zio," panggilnya.

"Hm ?"

Tetap tak menghilangkan fokus, Zio menahan bukunya dengan satu tangan sedang tangan lain ia gunakan mendekap istrinya, agar tak banyak bergerak.

Sedikit ragu, Ayfa berkata, "Main yuk ?"

•••

Derasnya hujan perlahan tergantikan oleh rintik tipis. Sebuah jaket biru yang tadi Zio kenakan, terlihat disampirkan di sandaran sofa. Terdengar jelas, beberapa jeritan samar dari balik sofa.

"Ah ah ah.."

Kegaduhan itu berbunyi, seakan bergaung dalam ruang tengah. "Jangan keras-keras, Ay," ingat Zio.

Namun, sosok yang ia peringatkan tak menghiraukan ucapannya. Ayfa sedikit heboh sendiri.

"Ahhh.. Kalahh.."

The game is over

You lose

Ayfa memandang ponsel kecewa. Tangannya tak berfungsi apa-apa sejak tadi, hanya menggenggam ponsel. Sedang Zio, sibuk memainkan permainan, tak bisa fokus. Pasalnya, istrinya tak henti banyak bergerak dan berteriak.

Kepala Ayfa mendongak pada Zio lagi. "Main lagi yuk!"

Zio mengangguk, "Kali ini gak boleh kalah."

_________________________________________

500 kata gaess..
Sungguh ambigu sekali part ini

Tolong, jangan berpikiran macam-macam. Aku tak akan menjerumuskan kalian pada hal yang tidak-tidak. Percayalah, padaku.
Selain, kalau khilaf 😅✌️

Vote komen..
Aku lebih butuh komen. Biar ada tanda-tanda kehidupan dilapak ku ini gaess

Let Be, Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang