"Yang aku suka adalah Zio. Yang tidak aku suka adalah diacuhkan oleh Zio."- Ayfa Edelweis Putri Sabella -
•••
BERMAIN itu melelahkan. Sederet kalimat yang timbul pada benak seorang Ayfa Edelweis Putri Sabella. Melelahkan nya hampir seperti saat kita olahraga berguling diatas kasur. Bedanya, bermain dengan Zio sore tadi, lebih melatih kekuatan pita suara.
Bermain memang melelahkan. Ayfa memang hanya menyentuh, tanpa membiarkan jarinya bermain. Sedangkan Zio, tak henti memainkan kedua ibu jarinya pada layar.
Bermain memang melelahkan. Hanya karena sebuah gim, Ayfa dibuat jerit-jerit histeris. Membuang tenggorokannya lelah, hingga dehidrasi.
Sekarang, Ayfa sadar. Ia tak akan bermain-main lagi. Memainkan gim, atau permainan apapun. Karena bermain... melelahkan.
Punggung Ayfa ia sandarkan pada kepala ranjang. Fokusnya kini pada layar televisi, dimana acara kesukaannya mulai. Rahangnya tak henti bergerak, mengunyah. Tangan kecil itu juga terlihat mengobok dalam toples, mengambil biskuit cokelat.
Gadis itu begitu menikmati apa yang ia lakukan. Setidaknya, menonton televisi sambil mengunyah makanan, tidak terlalu melelahkan.
Ayfa membuka mulut, memasukkan biskuit. "Tadi, Ayfa di telepon sama Ceirin."
Suara Ayfa terdengar, membuka pembicaraan. Zio hanya berdehem. Laki-laki itu masih sibuk dengan gawai yang ia pegang. Apalagi yang ia lakukan selain bermain gim.
Ayfa menoleh, menatap suaminya dari samping. "Ayfa tadi di telepon sama Ceirin," ulang Ayfa lagi. Mulutnya kembali menerima biskuit yang ia sodorkan sendiri. "Zio dengar tidak ?"
"Iya." Zio masih tak menghilangkan fokusnya. "Ngobrol apa memang ?"
Begitu digubris kembali, Ayfa menatap ke depan. Tetap tak henti mengunyah, berbicara, sambil menonton. "Ceirin ngajak date."
Ayfa mengerjap beberapa kali, sadar apa yang ia ucapkan. "Maksudnya, dia ngajak aku sama kamu buat double date."
Zio mengangguk, berdehem panjang.
"Jadi ? Zio mau ?" Tanya Ayfa.
Zio terdiam, jarinya tengah sibuk memilih Hero yang akan ia mainkan. "Kapan memangnya ?"
Ayfa menoleh, menjawab antusias. "Besok. Waktu makan siang."
"Kenapa gak makan malam aja ?"
Ayfa berpikir, benar juga. "Iya sih, harusnya kan makan malam. Biar romantis."
"Nanti deh, Ayfa bilang ke Ceirin buat makan malam aja. Jadi ? Beneran mau, kan ?" Lanjut Ayfa.
Zio berdehem, mengiyakan.
•••
Acara televisi favorit Ayfa, telah berakhir dari satu jam yang lalu. Tepat satu jam itulah, kotak ajaib di depannya menampilkan layar hitam. Ayfa memutuskan untuk pergi tidur, tidak lagi menonton, juga menghentikan kegiatan mengunyah.
Pukul dua belas, tengah malam. Gadis itu tampak gelisah. Tak henti memposisikan badan senyaman mungkin, menghadap kanan, menghadap kiri. Entah faktor apa, hingga Ayfa seperti itu.
Lampu kamar telah dimatikan, hanya lampu tidur menyala remang. AC di kamar juga dipasang seperti suhu biasanya. Ayfa tidak merasakan lapar, yang mungkin menghambatnya untuk tidur.
Kelopak matanya tak henti ia paksa terpejam. Ayfa sebenarnya sudah mengantuk, tapi ada hal yang membuatnya susah untuk tidur. Sorot mata lelah Ayfa, menatap langit-langit kamar. Tangannya menarik selimut tinggi-tinggi, hingga sebatas bahu.
Ayfa melirik ke samping. Tampak jelas punggung lebar Zio yang membelakanginya. Sepertinya, ia tahu penyebab insomnia dadakan ini kambuh. Penawar satu-satunya berada disamping, tengah memunggunginya.
Laki-laki yang tepat empat bulan lalu menikahinya, apa telah tertidur ? Tidak. Mata Zio terlihat membuka sempurna. Kedua tangannya masih memegang gawai, dengan ibu jari yang aktif bergerak.
Ayfa memiringkan tubuh ke kanan. Cahaya dari layar handphone menyorot terang, terlihat walaupun tertutupi oleh tubuh suaminya.
"Zee."
Ya, suaminya sedari sore tak henti bermain gim. Hingga selarut ini pun, sang suami masih melakukan hal itu. Ayfa bahkan merasa diacuhkan karena hal tersebut.
"Zee," panggil Ayfa, menggoyang pelan bahu sang suami. Zio hanya berdehem.
Otak Ayfa yang pas-pasan, tiba-tiba saja memunculkan kalimat yang baginya terdengar horor. Apa Zio udah kecanduan gim ? Sudah gak kecanduan aku lagi ?
Ayfa menggeleng, mengusir pikiran jahat itu. Berani-beraninya pikiran jahat dari setan, mempengaruhi pikiran sucinya.
"Zee." Lagi-lagi Ayfa menggoyang lengan suaminya. "Udahan main gim nya! Mainin aku aja!"
Rengekan Ayfa terdengar jelas. Gadis itu beralih memeluk sang suami erat, harap-harap kembali di acuhkan.
"Bentar, tinggal satu round lagi."
Zio masih memainkan gim, begitu serius. "Zee," rengek Ayfa.
"Udahan. Mainin aku aja!"
Zio memiringkan kepalanya sedikit, berujar, "Iya. Bentar lagi aku mainin kamu." Kepalanya kembali melurus. "Nanggung ini."
"Zee."
Tepat pada panggilan, yang lebih terdengar seperti rengekan kesekian, layar ponselnya menampakkan jelas tulisan kemenangan.
VICTORY
Cepat, Zio log out. Menaruh, ponselnya diatas nakas. Ia berbalik, menatap istrinya. "Udah selesai," ujarnya.
Ayfa tersenyum lebar, akhirnya usaha agar suaminya berhenti bermain, telah tercapai.
Jari Zio menyentuh rambut yang semula menutupi wajah Ayfa. Menyisipkan helaian rambut Ayfa di belakang telinga. "Jadi.."
Mata Ayfa menatap mata Zio, menunggu suaminya melanjutkan kalimat. "Apa ?" Tanya Ayfa.
"Kita mainnya mulai darimana ?"
_________________________________________
Update lagi dong.
Kok.. update nya gak bisa di prediksi sih ? Jadwal update nya emang jam berapa sebenarnya ?
Begini kawan-kawan. Aku update sesuai mood. Sesuai imajinasi. Dan yang paling penting, sesuai kuota.Jadi, berdoalah agar aku dilimpahkan sejuta inspirasi agar aku update terus. Entah setiap hari, setiap setengah hari, atau setiap jam 😅
Untuk kali ini, mari kita berdoa.
Semoga kita dijauhkan dari para suami yang menelantarkan istrinya karena gim. Amin.Selalu bahagia jangan lupaa
Vote komen jangan lupa.
Yang paling penting, jangan lupain aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Be, Stuck With You
Romance[Sekuel : Don't Say You Love Me] [Di sarankan agar membaca Don't Say You Love Me terlebih dahulu, agar tau kehidupan awal mereka] Dia adalah sahabat ku. Dia adalah tunangan ku. Dan dia adalah pacar ku. Bagaimana jadinya jika teman hidup mu, adalah s...