35. Libur.

101 13 0
                                    


"Aku menyukai kebiasaan ku yang suka tidur. Setidaknya, karena kebiasaan itu, aku bisa membuatmu tak keluar dari kamar. Sekalipun pada hari libur."

- Ayfa Edelweis Putri Sabella -

•••

PADA pukul dua belas siang, masih belum ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah besar itu. Tak ada aktifitas seperti, menonton televisi, makan camilan, bertengkar dengan hewan peliharaan. Bahkan, kegiatan seperti sarapan pagi pun, belum terlaksana hingga detik ini.

Zio ingat betul, ketika sore kemarin ia pulang bekerja. Hendak mengatakan pada istrinya bahwa dia akan mengambil cuti selama dua hari. Dua hari terdengar sedikit, tapi jika istrinya mendengar itu, Zio yakin Ayfa akan bersemangat.

Ya, sore kemarin Zio pulang tanpa memberitahu istrinya terlebih dahulu. Laki-laki itu begitu bersemangat, hingga lupa mengabari.

"Hai, sudah pulang ?" Tanya Ayfa yang kala itu hendak menata pakaian yang telah ia setrika, kedalam lemari.

Zio yang melonggarkan dasinya, melihat. "Ah, iya."

Laki-laki itu berlalu, menuju kearah kamar mandi. "Aku mandi dulu ya."

Ayfa menoleh, tangannya meletakkan kembali pakaian yang baru akan ia pindahkan, mengurungkannya. Kaki nya melangkah, berjalan mendekati suaminya.

Bahu kanan Zio memberat, seseorang tengah mengistirahatkan dagunya disana. Ya, siapa lagi kalau bukan istrinya, Ayfa. Gadis itu terlihat melingkarkan tangannya di perut Zio, tak kunjung bicara.

"Ada apa ?" Tanya Zio. Satu tangan Zio terlihat membuka kancing atas kemeja kerjanya, menatap sang istri seolah menunggu jawaban.

Tanpa berpikir, Ayfa berujar, "Pengen peluk aja. Gak boleh ?"

Jeda dua detik. "Ayfa juga pengen memastikan, gak ada bau wanita lain menempel di baju Zio."

"Tenang," Zio mengelus pipi istrinya, singkat. "Aku masih ingin tidur sama kamu."

Ayfa terdiam sejenak, kemudian tersenyum lebar kepada Zio, menunjukkan deretan gigi-gigi putihnya. Tangan Zio melepas tangan Ayfa yang sedari tadi melingkar di perutnya, berbalik.

"Aku ambil cuti dua hari," tutur Zio, memberitahu.

Ayfa berkedip, memastikan. "Be.. benarkah ?"

Rona bahagia itu kembali menghias di wajah Ayfa, Zio mengangguk pelan. Ayfa dibuat tak percaya sendiri, sedangkan Zio lebih memilih berlalu, memutuskan untuk mandi.

Mata Zio menyipit, membuka matanya samar. Laki-laki itu melihat jam diatas nakas, menunjukkan pukul dua belas. Ia menarik napas panjang, berkata dengan suara parau, "Ayfa, bangun."

Zio mengelus rambut istrinya, berniat membangunkan. Netra Zio turun ke bawah, melihat tak ada pergerakan dimana istrinya tidur memeluknya. "Hei, bangun."

Gadis itu sudah terjaga sejak lima menit sebelum suaminya membuka mata. Dirinya tak mencoba melepas pelukannya, malah mengerat.

"Tidur lagi aja, Zee."

"Bangun, Ay."

Ayfa menggeleng. "Ayfa gak mau Zee. Ayfa gak mau mati kedinginan!" Istrinya kembali merapatkan tubuh. "Tidur lagi aja."

Mau tak mau, Zio memundurkan tubuhnya sedikit, melihat istrinya. "Tidur lagi, gimana ? Sudah jam dua belas siang ini."

Zio mendudukkan diri. "Bangun!"

Bak cacing kepanasan, Ayfa berguling sebentar. Tampak jelas istrinya mendudukkan diri, malas. "Ih, iya iya."

Kaki Zio menapak, berlalu ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama, ia kembali. Mendapati istrinya mengunyah biskuit cokelat di atas ranjang dengan kondisi televisi menyala. Ah, jangan lupakan wajah Ayfa yang mengunyah makanan itu sambil menahan kantuk.

Zio geleng-geleng, lantas berjalan cepat menghampiri. Merebut toples biskuit yang dipeluk istrinya. Tingkah Zio barusan, sukses membuat Ayfa membuka mata.

"Kok.. di ambil ?"

Toples biskuit itu Zio letakkan diatas nakas. Saat istrinya berusaha meraih kembali, Zio justru menjauhkan dengan meletakkannya di atas meja rias.

"Kok.. di jauhin ?"

Tatapan tegas, Zio berkata, "Mandi."

Seperti dugaan, jika Zio berkata Mandi, Ayfa selalu menekuk muka. Pipi menggembung, bibir mengerucut, seraya bersendekap, ia perlihatkan.

"Orang bangun tidur itu, langsung mandi. Seenggaknya ya gosok gigi dulu," tutur Zio.

Ayfa menoleh, tajam. "Ayfa gosok gigi!" Tekan Ayfa tak mau kalah.

"Iya. Kamu bangun-bangun sudah gosok gigi sama biskuit cokelat." Zio menatap balik. "Mandi sana."

Terpaksa, Ayfa turun dari ranjang. Gadis itu berlalu mandi, bergerutu, "Suami bawel!"

Tak terlalu keras memang, tapi Zio bisa mendengar ucapan Ayfa tersebut. "Aku berangkat kerja, ya," goda Zio.

"Ih, iya iya. Ini Ayfa mau mandi." Satu sentakan kaki samar, menunjukkan Ayfa tengah sedikit kesal. "Ayfa mandi dulu, suami Ayfa yang suka memberi kata mutiara."

_________________________________________

Hari ini aku mau double up. Tunggu aja ya

Vote komen gaesss

Let Be, Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang