"Kehadirannya membuatku bernostalgia, dan aku membenci ingatan itu."- Ayfa Edelweis Putri Sabella -
•••
AYFA masih tak percaya akan sosok yang ia lihat kini. Sosok yang tengah duduk bersamanya, memulas senyum. Sosok yang kini menatapnya, tak ingin berpaling. Sosok yang tak ingin Ayfa temui lagi.
Laki-laki itu masih menggenggam tangan Ayfa, tak kunjung berkata-kata. Ayfa menatap balik, gadis itu seakan dilupakan tempat mereka berada.
Mata itu, mata yang pernah ditatap Ayfa penuh cinta. Sepasang iris cokelat yang pernah menatap tajam Ayfa, iris itu pula yang pernah membuat Ayfa merasakan jatuh cinta. Mata itu, mata yang kini menyiratkan berjuta kerinduan. Dan untuk sekian lama, ia kembali melihat seseorang yang begitu mata itu ingin lihat. Sosok gadis dihadapannya ini.
Tangan Ayfa ia tarik kembali, melepaskan genggaman. Ayfa berpaling, tak ingin melihat laki-laki itu. Guratan kebencian itu masih ada, walau tinggal sedikit, tipis.
"Sell, apa kabar ?" Tanya dia basa-basi.
Tanpa menoleh, Ayfa berujar ketus, "Sella sudah gak ada. Sella sudah mati, sejak dua tahun yang lalu."
Laki-laki itu tertunduk sekilas, mengambil napas. Setelahnya ia berujar, "Sell, kamu masih marah sama aku ?"
"Sudah di bilang, Sella sudah mati!" Tandas Ayfa. "Jangan panggil Ayfa, Sella lagi!"
"Oke." Laki-laki itu menarik napas lagi. "Fa, kamu masih marah sama--"
Perkataan laki-laki itu terhenti, saat Ayfa memberi isyarat untuk berhenti. "Jangan panggil, Fa. Panggil, Ay!"
Tanpa disadari, laki-laki itu memulas senyum. "Sepertinya, kamu mau memberiku kesempatan dengan memanggilmu, Ay."
Mata Ayfa melebar. Astaga, laki-laki ini sangat suka membuatnya jengkel. "Oke, khusus kamu panggil Fa aja. Biar gak ribet!"
"Khusus ?" Laki-laki itu seolah berpikir. "Jadi, belum pernah ada yang panggil kamu, Fa ?"
"Bisa gak, jangan bikin Ayfa kesel ?" Tandas Ayfa. "Dari dulu gak berubah."
Laki-laki itu tertawa renyah, kembali menatap sosok disampingnya. "Masih marah soal dulu ?"
"Sedikit."
"Aku minta maaf sekali lagi. Kalau perlu, aku akan telepon Renzo untuk minta maaf ke kamu lagi," terangnya.
Ya, laki-laki yang duduk bersama Ayfa adalah Arzo. Sosok yang pernah menjadi bagian dari kisah cintanya. Sosok yang semula begitu ia benci diawal, cinta di tengah, kembali benci di akhir.
Ayfa memalingkan wajah, bersendekap. "Gak perlu!"
"Jadi ?"
"Ya, Ayfa maafkan," Singkatnya. "Sudah, jangan ganggu Ayfa lagi."
Arzo tersenyum, ia merasa gadis di sampingnya telah memberikan satu kesempatan. Sebuah kesempatan untuk memperbaiki semua.
"Dua bulan ini, aku sering keliling taman ini. Ya mungkin, Tuhan kasih aku kesempatan buat ketemu kamu lagi," Arzo bersandar, menengadah. "dan kesempatan itu datang hari ini."
Bola mata Ayfa berputar, jengah. "Ayfa gak tanya, dan Ayfa gak mau tau!"
Arzo menoleh. "Lah, siapa yang kasih tahu ? Orang aku lagi bicara sendiri."
"Ish!" Ayfa menatap kesal. Ia beralih menatap kearah lain. Baru Ayfa tersadar, suaminya kini tengah terlihat berbicara dengan penjual arum manis.
Ayfa tengah berpikir, bagaimana dirinya bisa mengusir laki-laki disebelahnya. Tanpa sengaja, Ayfa melihat stand es krim di arah berlawanan.
Sebuah alibi terbesit, "Arzo lagi baik hati gak ?"
Pemilik nama itu menoleh, menunggu maksud Ayfa. "Ayfa lagi pengin es krim cokelat," Ayfa berusaha keras menutupi alibinya, ia tak ingin ketahuan. "kalau gak keberatan, Arzo mau gak beliin ?"
Alis Arzo terangkat, ia tersenyum. "Sebentar, aku belikan."
Ayfa meraup oksigen banyak-banyak tatkala laki-laki itu melenggang pergi. Tak menunggu waktu lama, ia melesat kearah Zio, berlari. Napasnya terengah, saat Ayfa tiba.
Zio datang, membawa Arum manis yang Ayfa inginkan. Matanya menatap heran sang istri yang tengah mengatur napas. "Kamu kenapa ?"
Ayfa duduk berjongkok, menetralkan detak jantung. Berlari sebentar saja sudah membuatnya ngos-ngosan. Tangan kanan Ayfa menyodor, meminta agar suaminya memberikan Arum manis yang sedari tadi ia genggam.
Zio memberikannya, menunggu jawaban. Sedang Ayfa tengah sibuk mencuil sedikit gulali kapas itu. Merasa cukup, Ayfa berdiri.
"Kita pulang yuk!"
"Hah ?"
Ayfa berhenti mencuil, berganti menarik tangan Zio pergi. "Ayo pulang, sekarang."
"Kok.. mendadak ?"
"Ayfa lagi pengen berantem sama Mimi. Ayfa juga pengen pamerin Arum manis."
________________________________________
Dikit aja. Gaje dikit gak papa. Sekarang tau kan ? Siapa yang deketin Ayfa tadi ? Alhamdulillah, akhirnya Arzo ada lagi.
Tunggu part selanjutnya. Insyaallah di cepetin deh, update nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Be, Stuck With You
Romance[Sekuel : Don't Say You Love Me] [Di sarankan agar membaca Don't Say You Love Me terlebih dahulu, agar tau kehidupan awal mereka] Dia adalah sahabat ku. Dia adalah tunangan ku. Dan dia adalah pacar ku. Bagaimana jadinya jika teman hidup mu, adalah s...