Tawaran Pertemanan

232 41 1
                                    

"Nilai sebuah pertemanan telah direnggut, membuat aku kurang percaya akan adanya teman sejati"


~Nayla Nacaella Putri~

***

Kalau boleh jujur Nayla jenuh saat ini, bahkan dari sekian banyaknya orang yang suka jam kosong, dirinya tidak termasuk. Jika kebanyakan orang lebih suka menongkrong di UKS atau hanya sekedar rebahan, dirinya juga tidak suka.

Seperti saat ini, dirinya yang tengah membolak-balikkan lembaran buku karena merasa jenuh. Tidak ingin berlama-lama dengan kelas yang berisik, perempuan dengan rambut panjang tergerai itu pun segera pergi meninggalkan kelas tanpa niatan berbicara pada temannya atau sekedar izin dengan ketua kelas pun enggan ia lakukan.

Langkah kakinya akhirnya berhenti dirooftop sekolah, memang harus ekstra untuk naik kesana karena berada dilantai teratas. Tapi karena hanya disana lah tempat ternyaman dan paling sunyi yang dimiliki SMA ini. Rooftop terletak dilantai tiga, paling tinggi hingga dapat melihat semua aktifitas dilantai pertama. Lantai pertama adalah kelas 11, kelas 12 terletak dilantai paling atas yaitu lantai tiga, sedangkan lantai kedua adalah untuk kelas 10. Entah bagaimana sistem kerja sekolahnya, yang jelas dulu saat kelas 10 kelas Nayla berada dilantai bawah dan kini juga masih tetap dilantai bawah.

Namun dirinya senang karena tidak harus lelah menaiki tangga demi sampai kelas.

Nayla akhirnya memilih untuk duduk dikursi yang memang ada disana, ia terduduk didekat pagar hingga dapat melihat kegiatan kelas 11. Langit kali ini terlihat cerah, berwarna biru meski sedikit redup cahaya matahari nya. Nayla menyukai bagaimana langit berada di atas sana. Bagaimana pun, langit selalu ada setiap waktu.

"Lo suka langit?" tiba-tiba suara khas laki-laki mengagetkannya. Namun bukan Nayla, jika tidak dapat menyembunyikan kekagetannya. Nayla hanya menoleh sebentar untuk melihat siapa pemilik suara itu.

Langit, selain senja yang Nayla suka adalah Langit. Berada jauh di atas, tidak terjangkau. Nayla tersenyum tipis sembari memandang langit lalu mengarahkan pandangan ke sembarang tempat.

Merasa diacuhkan oleh Nayla, akhirnya laki-laki itu berpindah posisi jadi di samping Nayla. Nayla masih tetap diam tanpa sepatah katapun. Nayla bukan orang yang mudah untuk diajak akrab, apalagi dengan orang yang baru saja ia kenal.

"Gue mau kok jadi teman lo" ucapnya sambil memberikan tangannya untuk bersalaman dengan gadis didepannya ini. Bukan nya membalas tangannya justru gadis cantik itu berbicara dengan lantangnya "Tidak butuh" tanpa menoleh kearah Reyhan.

Mendengar penuturan itu, lantas laki laki yang diketahui namannya adalah Reyhan itu hanya tersenyum miring sambil berucap dalam hati nya bikin gue tambah penasaran.

"Setiap orang butuh teman" Ingin sekali Nayla menendang laki-laki disampingnya ini ke planet mars, atau paling tidak mulutnya disumpal pake tisu bekas. Tapi itu hanya niatan nya yang tak akan mungkin dilakukannya.

"Lo tidak punya teman kan pasti?"

Cih, sok akrab.

Lagi. Itu hanya diucapkan lewat hati kecilnya, bahkan untuk berbicara dengan nya saja sudah membuat Nayla malas. Laki-laki yang tidak peka akan Nayla itupun terus mengoceh tidak jelas yang membuat Nayla tambah jenuh didekatnya. Jadilah Nayla pergi meninggalkannya sendirian di atas rooftop dengan cepatnya.

Nayla berjalan dengan menundukkan kepalanya tanpa melihat kearah depan yang membuat ia akhirnya bertabrakan dengan tubuh seseorang, keras tapi bukan tembok, ya dia menabrak pemilik tubuh didepannya itu. Tapi ya, kembali lagi, Nayla bukan orang yang sembarangan berucap maaf, terimakasih atau pun tolong.

Tanpa niatan meminta maaf atau hanya sekedar menatap orang yang didepannya itu, perempuan itupun langsung menggeser tubuhnya kearah kanan dan berjalan melewati orang yang ditabraknya itu hingga pemilik tubuh itu mengeluarkan suaranya yang membuat Nayla menghela nafas.

"Heh lo" panggilan itu seakan bukan tertuju pada Nayla, soalnya Nayla masih terus berjalan menjauh dari orang itu.

Dan itu juga salah satu prinsip Nayla 'maaf, gue punya nama'. Tau maksudnya? Jika ada yang memanggilnya tanpa menyebut namanya berarti Nayla anggap dia bukan sedang bicara dengannya karena setiap orang punya nama bukan? Kalau tidak tau namanya ya paling tidak kejarlah, bukan teriak-teriak tidak jelas begitu.

Dengan langkah panjang ternyata laki-laki itu menyusul langkah Nayla. Tapi Nayla masih enggan untuk berhenti, hingga langkahnya harus terhenti karena laki-laki tadi sudah berada tepat didepannya saat ini.

"Lo tau tata-krama kan?" tanya nya dengan nada sinis.

"Kalau gue lagi ngomong, tatap mata gue!" Nayla bukan seseorang yang mudah takut pada orang lain, Nayla juga tidak suka diremehkan. Karena mendengar penuturan laki-laki itu, Nayla akhirnya mendongak dan menatap mata laki laki yang menanyainya tentang tata krama!.

"Ayla" gumam laki-laki didepan Nayla yang masih bisa didengar oleh Nayla. Saat laki-laki itu mulai sibuk dengan pikirannya, Nayla pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk pergi dari sana.

Sesampainya didepan kelas, Nayla melangkahkan kakinya untuk masuk dengan wajah datarnya, seperti biasa. Bahkan sangat biasa, saking biasanya jadi tidak ada yang menyapa Nayla. Bodo amat, adalah prinsip Nayla lainnya.

Nayla mendudukkan bokongnya dikursi miliknya, dengan masih bergulat dengan pikirannya. Dan tak lupa dengan headset yang sudah terpasang dikedua telinganya. Lagu berjudul pupus terdengar jelas telinganya. Lagu itu bahkan mampu membuat Nayla merasa lebih lega, lagu itu seperti menghipnotis Nayla untuk tetap merasa nyaman.

"Nay" panggil seorang laki-laki yang sudah duduk di samping tempat duduk Nayla, siapa lagi kalau bukan Reyhan? Ternyata Reyhan menyusul Nayla ketika dia sadar jika Nayla telah meninggalkannya sendirian.

"Nay" panggilnya lagi,

"Ay" panggilan terakhir itu membuat Nayla menoleh kearahnya dengan tatapan mata tajam yang seperti ingin mengintimidasi nya, hingga Reyhan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Oke, perlu diperjelas jika Nayla tidak suka ada yang memanggilnya begitu.

"Gue nggak bilang apa-apa kok," akhirnya kalimat itu yang terdengar dari seorang Reyhan.

"Suer" lanjutnya dengan kedua jari telunjuk dan tengahnya diangkat seperti sedang 'peace'

Kalau Dipikir-pikir Reyhan itu asyik, tapi sayangnya satu 'cerewet' itulah yang dipikirkan Nayla saat ini. Bukan nya dia bukan makhluk sosial yang tidak membutuhkan orang lain, namun dirinya hanya masih sedikit kecewa dengan sahabatnya dulu dan traumanya itu masih ada sampai saat ini.

Hingga dia bertekad bahwa dia tidak akan memiliki teman untuk saat ini, mungkin temannya seperti temannya dimasa lalu? Bisa jadikan? Itu adalah pertimbangan Nayla untuk tidak memiliki teman.

"Nay, lo lagi puasa ngobrol?" tanyanya lagi, bahkan dia tidak menciut nyalinya dengan tatapan terakhir yang dilayangkan Nayla padanya beberapa saat lalu. Tapi Nayla ya Nayla, dia tidak akan berubah hanya dengan satu pertanyaan, ataupun hanya dengan sekali pertemuan. Dia tetap Nayla yang dingin nya tak tersentuh, paling tidak sampai saat ini.


TBC.

***


Purworejo,

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang