Harapan Tahun Lalu

66 18 0
                                    

"Sebesar apapun harapan mu, tetap lah berusaha dan berdoa"

~Nayla Nacaella Putri~
***

Kini, Nayla tengah berbaring diatas kasur empuknya sambil menatap langit-langit dikamar nya. Sesekali dia tersenyum memikirkan masalah terbesar dalam hidupnya yang kini sudah usai.

Dulu, Nayla ingat dengan jelas saat dirinya selalu berharap pada Tuhan agar orang tua nya tidak sesibuk itu untuk terus bekerja. Nayla berharap jika orang tuanya selalu memiliki waktu luang untuk Nayla setidaknya hari Minggu saja tidak mengapa.

Harapan tahun lalu, dia ingin ditahun mendatang setidaknya muncul titik terang untuk kebahagiaannya. Dia selalu cemburu pada teman-teman nya, saat mereka menceritakan bagaimana keadaan rumah mereka. Nayla juga ingin ikut bercerita, namun apa yang akan diceritakannya emang nya? Cerita tentang ketidak-harmonisan keluarganya? Cerita bagaimana mamanya memperlakukannya? Atau cerita tentang Nayla yang ternyata bukan anak kandung dari Mama Papa nya? Fakta yang baru saja ia ketahui

Harapan tahun lalu, tidak pernah ada nama Faeza lagi yang muncul dalam hidupnya namun ternyata nama Langit lah yang kembali muncul dihadapannya. Mereka sama. Sikap mereka lah yang berbeda, atau memang masih sama?

Harapan tahun lalu, Nayla hanya ingin memiliki teman dekat karena saat itu dia sendiri. Selalu sendiri. Kepercayaan tentang nilai pertemanan telah direnggut oleh seseorang. Nayla hanya sebatas trauma. Itu saja.

Harapan tahun lalu, dia ingin memiliki tempat bersandar, setidaknya untuk mengeluarkan uneg-uneg tentang masalahnya. Memiliki tempat untuk sekedar bercerita tentang hari ini.

Harapan-harapan di tahun lalu, terima kasih. Setidaknya Nayla belajar bahwa kunci kebahagiaan adalah kesabaran serta doa. Nayla selalu percaya apa yang didoa kan nya insyaAllah didengar oleh yang diatas sana. Meskipun tidak langsung diijabah. Tuhan tau, kapan kamu akan menemukan kebahagiaan mu sendiri.

"TURUN DEK. MAKAN MALAM"

Siapa lagi kalau bukan Kakak nya? Nayla langsung saja melenyapkan segala pemikirannya barusan. Nayla langsung turun dari ranjang untuk ikut acara makan malam. Dia tidak ikut membantu Bunda nya karena dia baru saja beres beres baju yang dibawa tadi.

"Apa si Bunda?"

"Kamu itu belum cuci tangan, ganteng nya Bunda" ucap Bunda dengan greget.

"Iya nanti"

"Jorok banget si kamu Kak"

"Anak Bunda ini" Rey yang tidak mau mengalah karena dikatakan jorok oleh Bunda nya. Padahal memang benar, dia kan keturunan Bunda serta Ayah nya.

"Anak Ayah"

"Oh gitu... Mentang-mentang udah nemu anak baru, anak lama dibuang"

"Ngomong apa kamu? Hah?"

"Canda bunda. Hehehe" balas nya dengan cengiran. Bagaimana pun, Rey akan selalu mengalah pada wanita yang telah mengandung dan membesarkannya hingga saat ini. Rey begitu menyayangi Bunda nya ini.

Nayla memperhatikan mereka. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat keatas. Sampai kedua orang yang tengah berdebat itu saling menatap Nayla yang baru saja turun dari kamarnya yang berada dilantai atas.

"Sini Dek. Makan" ucap Rey dengan cengiran khasnya sambil memamerkan bakwan udang yang baru saja dicomot nya dari piring.

"Cuci tangan, Kak!"

"Ah iya. Lupa Bunda. Habis makan ini baru cuci tangan deh. Ga bohong" lalu memamerkan sederet gigi putih nya.

"Sini Nay. Duduk" Nayla lekas berjalan cepat lalu duduk di kursi yang kosong. Nayla masih sama seperti dirinya yang dulu, pendiam.

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang