"Bukan dia yang bodoh karena terus ngejar gue, tapi gue yang bodoh karena ternyata gue terjebak cinta yang berulang kali gue tolak"
~Faeza Langit Dermantara~
***"Habis dari mana Fa?" merasa dipanggil, langkahnya terhenti tepat dibawah tangga lalu menoleh menatap seseorang yang telah mengandung nya selama 9 bulan dan juga yang telah melahirkannya itu.
Dia kembali melangkahkan kakinya untuk naik satu persatu anak tangga tanpa ada niatan membalas pertanyaan dari sang Mama. Satu detik kemudian terdengar helaan nafas kasar dari wanita yang dipanggilnya Mama itu.
"Semoga anak ku satu-satunya bisa berubah kayak dulu lagi" gumam sang Mama sebelum kembali menghelakan nafasnya dan tersenyum miris menyaksikan anak semata wayangnya bersikap acuh kepadanya.
Sesampainya didalam kamar, Langit langsung membanting dirinya diatas kasur. Untuk sekedar informasi, Fafa adalah panggilan sayang dari keluarganya. Fafa diambil dari nama depannya, Faeza.
Ditatapnya langit-langit kamarnya, sejenak ia memejamkan kedua matanya sebelum ia membukanya kembali. Diliriknya foto yang ada diatas meja dekat tempat tidurnya, foto yang diambil tiga tahun yang lalu.
Menatap lekat foto seseorang yang tengah memakai seragam SMP, bahkan dia ingat dulu dia dengan sangat terpaksa berfoto dengan perempuan itu, Ayla. Ya namanya Ayla, yang ia tidak tau tentang Ayla adalah nama lengkapnya.
"Nama lengkap Ayla" gumam Langit sambil memikirkan bagaimana caranya dia tau nama lengkap gadis yang sering mengganggunya dulu.
"Bukan Ayla yang bodoh karena berulang-ulang gue tolak tapi masih kekeuh deketin gue"
"Tapi gue yang bodoh, karena akhirnya gue sendiri yang terjebak pada cinta yang pernah gue tolak berulang kali."
"Bahkan, gue udah nyoba buka hati lagi tapi ga bisa" Gumam Langit menatap foto mereka sendu. Hanya ada kilatan kerinduan dalam retinanya.
"Gue kangen lo Ay, Ayla gue" ucapnya sedih.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tiga tahun tidak merubah apapun yang terjadi. Langit yang masih tetap menyukai seorang Ayla. Langit yang masih terus merindukan seorang Ayla. Hingga Nayla datang ke kehidupannya, membuat dirinya yakin bahwa Nayla dan Ayla adalah orang yang sama.
Feeling nya mengatakan begitu.
***
"Bibi, lagi apa?" tanya Nayla pada satu satunya asisten rumah tangga yang dia punya, bahkan ART itu mengabdi menjadi ART dirumah Nayla sejak Nayla kecil.
"Lagi masak non Nayla" balasnya sambil mengiris cabai. Sedangkan Nayla, dia hanya manggut-manggut mengiyakan ucapan bi Minah.
"Nanti malam ma--" ucapan bi Minah terhenti, Nayla yang tau arah pandang bi Minah pun lalu mengikutinya.
"Papa" ucap Nayla pelan,
Kalau boleh jujur dengan sejujur-jujurnya,
Ingin sekali Nayla berhamburan kepelukan Papanya.
Ingin sekali Nayla mengobrol santai dengan Papanya.
Ingin sekali Nayla cerita tentang sekolahnya pada sang Papa.
Ingin sekali Nayla memiliki free time dengan Papanya.
Ingin sekali Nayla mengucapkan 'rindu' pada Papanya yang jarang pulang. Walaupun satu atap, Papanya bahkan tidak pernah menyempatkan waktunya untuk mengobrol ria dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...