"Kata orang, laki-laki dan perempuan tidak bisa bersahabat tanpa melibatkan perasaan"
~Deska Naekafa Erland~
***Sesuai omongannya, hari ini Kaka menjemput Nayla untuk berangkat sekolah. Masih terlalu pagi untuk sekolah, namun mau bagaimana lagi kalau Kaka terus memaksa Nayla berangkat sepagi ini sejak kemarin.
Nayla sudah rapi dengan seragam sekolahnya, rambut yang ditata sedemikian rupa membuat Nayla terlihat manis ditambah bentuk muka nya yang bulat menambah kesan imut tersendiri untuk dirinya. Nayla bersyukur dengan dirinya yang saat ini, tidak seperti dulu yang membuat dirinya sering diejek orang lain yang bahkan teman satu kelasnya sendiri.
"Yang piket hari ini silahkan ikut bapak ke gudang untuk membawa perlengkapan bermain lempar cakram"
Semua murid yang piket hari ini mengikuti Pak Sam selaku guru olahraga tak terkecuali Ayla. Ayla sedikit lesu kali ini, karena dirinya memang tidak suka pelajaran olahraga yang menurutnya hanya membuat dirinya mudah lelah.
"Sandi, kamu bawa bola ini" bola yang bisa dibilang berat.
"Saya menolah pak soalnya berat, kenapa tidak Ayla aja?"
"Lho, kok Ayla?" Ayla yang merasa disebut namanya, akhirnya turut bicara.
"Badan lo kan besar, pasti tenaga nya juga besar. Sebesar badan lo" Sakit tapi tidak berdarah. Memang sedikit terkesan lebay, tapi bayangkan saja jika kamu berada diposisi Ayla. Memang benar badan Ayla yang berukuran besar namun tidak bisa kah dia sedikit saja menjaga ucapannya? Memang nya dia sempurna dengan tubuhnya saat ini? Kalau dia diejek karena tubuhnya yang pendek, memang dia terima? Setiap orang memiliki batas sakit hati yang berbeda beda.
"Terus kalau badannya besar, pasti kuat gitu? Berarti kamu lemah dong soalnya badan kamu kan kerempeng"
"Gue tidak lemah !"
"Sudah-sudah begini saja diperebutkan"
"Sandi yang mulai pak"
"Sudah kamu diam! Ini bawa" Nayla mengambil bola itu lalu menatap Sandi yang tersenyum sinis didepan sana. Bercanda mu bisa jadi bencana untuk mu nantinya.
"NAYLA" teriakan dari luar rumah membuat Nayla tersadar dari lamunannya. Memang benar, masa lalu dan masa kini pasti akan selalu berdampingan. Kita tidak bisa mengubah apapun dari masa lalu.
Sekali lagi, Nayla menatap dirinya dari cermin. Nayla menghapus jejak air mata yang tanpa dia sadari ternyata jatuh dari tempatnya. Mencoba menguatkan diri dan menabahkan hati.
Nayla tidak berniat untuk membenci nya, namun rasa sakit hati yang pernah singgah tidak bisa dilenyapkan begitu saja. Nayla adalah tipe orang yang mudah terbawa perasaan, bahkan tipe orang yang mengingat segala sesuatu yang pernah terjadi. Kata Kaka, otak nya selalu renggang untuk sekedar menyimpan kenangan bahkan mengingat setiap kejadian dengan jelas.
Tidak hanya sekali, bahkan teman sekelasnya dulu yang bernama Sandi selalu memperlakukan dirinya seenak jidatnya sendiri. Entah bagaimana kabar teman nya itu, karena jujur Nayla tidak peduli.
"Cepat Nay! Udah telat ini!!" teriak Kaka lagi.
"Telat?" gumam Nayla lalu memperhatikan jam dinding yang berada dikamarnya.
"Perasaan baru jam setengah enam?"
Nayla dengan malas bergegas dari kamarnya untuk menemui Kaka, tidak lupa tas sekolah yang sudah disiapkan tadi malam dan sepatu sekolah berwarna putih kesukaan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfiction[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...