"Hanya kamu"
~Faeza Langit Dermantara~
***
"Pa?" seketika pintu ruang kerja sang Papa terbuka perlahan sedikit demi sedikit menampilkan seorang gadis cantik dengan balutan dress berwarna abu-abu itu.
Tidak ada senyum menawan yang ditampilkan, raut wajah datar lah yang menghiasi wajah cantiknya itu. Dia berusaha keras menahan air mata yang bentar lagi akan meluncur melewati pipi chubby nya itu.
Papanya menoleh sebentar lalu kembali menatap laptop yang berada dihadapannya saat ini. Tidak ada kata sambutan yang terlontar, kedua nya terlihat sama-sama berkeras kepala tidak mau menyampingkan ego.
"Saya mau bicara" perlahan semua nya berubah, tidak sama lagi seperti dulu kala. Perubahan cara bicara merupakan bagian dari ungkapan kekecewaan pada orang yang bahkan menjadi panutan untuk dirinya dulu. Tidak lagi kini, mau bagaimana pun Nayla, itu adalah hak Nayla. Hak setiap orang atas dirinya sendiri.
"Silahkan" balas pria paruh baya tak kalah formal nya.
"Saya mau tau tentang hidup saya" Nayla langsung mengutarakan poin penting dalam obrolan yang dimulainya barusan.
"Saya sedang sibuk"
"Salah kalau saya ingin tau tentang hidup saya? Orang tua kandung saya?"
"Pintu keluar disana" ucapnya sembari menunjuk kan jari telunjuknya kearah pintu yang tertutup itu. Merasa diusir, Nayla dengan bergas melangkah kan kaki menuju pintu keluar seperti apa yang diucapkan pria paruh baya yang tak lain adalah seseorang yang ia sebut dengan sebutan papa.
Nayla berjalan sambil menunduk, tempat ini terlalu asing untuk dirinya yang sebelumnya belum pernah dia datangi. Ini adalah kali pertama dia menapakkan kaki nya ke kantor papanya, jadi wajar saja.
Sudah satu jam Nayla berjalan dari perusahaan papanya, ia bingung harus kemana lagi mencari jawaban atas pertanyaan tentang jati dirinya itu. Apa alam benar-benar sedang bermain teka teki dengan Nayla? Kenapa harus saat-saat seperti ini?
"NAY" seru salah satu teman sekolahnya. Ini adalah jadwal pulang sekolah, namun kali ini Nayla sedang membolos sekolah. Dapat dihitung sudah berapa kali Nayla alpa dalam absen.
"Lo ga sekolah?" tanya Radit yang dibalas gelengan kepala oleh Nayla.
"Mau kemana?" Nayla hanya mengangkat kedua bahunya karena memang tidak ada tempat tujuan yang sedang ingin ditujunya saat ini.
"Latihan nyanyi aja yuk" sekali lagi Nayla tidak membuka suara. Dia hanya mengangguk setuju tanpa berniat mengeluarkan suaranya.
"Udah siap?" Nayla yang memang sudah duduk dijok belakang dengan memakai helm pun mengangguk pelan. Entah Radit tau maksud Nayla atau tidak, Nayla tidak peduli. Yang Nayla tau, setelahnya Radit menghidupkan mesin motornya dan mulai berjalan kearah rumahnya.
***
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda karena tidak terlihat kerutan diarea wajahnya.
"Ma" lalu Radit mencium punggung tangan mamanya dengan tulus dan diikuti Nayla.
"Ini?" tanya mamanya Radit sambil mengarahkan bola matanya kearah Nayla.
"Nayla" Nayla mulai mengenalkan dirinya didepan mama Radit, namun lagi-lagi tidak ada senyuman yang terbit dari seorang Nayla. Setelahnya dia dipersilahkan masuk oleh sang pemilik rumah yang tak lain adalah mama Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]
Fanfic[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yang pemarah, Ayla gue juga orang yang ramah engga kayak lo yang dingin" ucap Langit dengan penuh penekanan. "Gue bukan Ayla! Lo perlu ke THT"...