Teman?

165 39 1
                                    

Aku lebih memilih 1 teman yang benar-benar real friend daripada 1000 teman yang ternyata hanya fake friend.


~Nayla Nacaella Putri~

***


Dengan hati-hati gadis cantik namun beraura dingin itu membawa mangkok baksonya. Istirahat sudah berlangsung sejak 5 menit yang lalu, tapi kantin sudah ramai yang mengunjunginya.

Setelah menemukan mejanya, akhirnya ia bergegas kesana dengan semangkok baksonya. Sudah ada laki-laki yang duduk disana sambil makan mie ayam, karena sebelumnya dia memang sudah janjian untuk makan bersama. Dengan perlahan, gadis dengan rambut terurai panjang itu meletakkan mangkok baksonya dimeja coklat yang ada didepannya. Baru setelahnya ia mendudukkan dirinya dibangku yang tersedia disana.


Tidak ada percakapan dikedua belah pihak, sampai terdengar keributan para siswi yang membuat dua sejoli itu menoleh kearah jalan masuk. Dia adalah laki-laki tampan yang sedang digandrungi siswi SMA ini tengah berjalan dengan santainya sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.

Nayla hanya memutar bola matanya menanggapi tingkah siswi dikantin ini. Bahkan Nayla tidak suka dengan laki-laki itu, bisa dibilang benci. Laki laki yang menabrak nya kemarin dan laki laki yang mengikutinya tadi pagi.

"Hai" sapa laki-laki itu didepan meja Nayla, bahkan dia langsung duduk di samping tempat duduk Nayla tanpa permisi. Nayla hanya menatapnya sebentar lalu kembali menyuapkan bakso kedalam mulutnya.

"Rey" panggilan itu membuat sang empunya nama menoleh kearah depan dengan masih mengunyah mie ayam didalam mulutnya.

Reyhan menyipitkan matanya untuk memastikan siapa yang memanggilnya, karena sepertinya dia mengenal laki-laki itu. Sejenak Reyhan diam memikirkan dan akhirnya dia teringat pada orang yang baru saja memanggil namanya. Dia bukan nya lupa, namun dia hanya akan memastikan apakah laki laki dihadapannya kini adalah sahabatnya.

"Langit?" sedangkan laki-laki itu hanya berdehem menanggapi pertanyaan Reyhan.

"Nay" lalu panggilnya pada Nayla, gadis cantik yang masih sibuk dengan semangkok baksonya yang masih belum habis itu.

Nayla hanya diam.

"Lo suka sambal Nay?" tanyanya pada Nayla, karena ia melihat Nayla yang mengambil sambal beberapa sendok dan dimasukan kedalam mangkoknya.

Nayla masih diam.

Laki-laki itu tersenyum miring menanggapi diamnya Nayla. Lalu ia memutar otaknya untuk mencari topik pembicaraan agar Nayla mau menanggapinya.

"Oke, gue pergi dulu ya Nay" ucapnya sambil mengacak-acak rambut Nayla. Sebelum Nayla akan marah, ia sudah lebih dulu pergi dari hadapan Nayla. Terdengar suara dengusan kesal dari  Nayla, dan tak lupa ia merapikan kembali rambutnya yang berantakan karena laki-laki tadi.

Setelah itu ia kembali melanjutkan acara makan bakso yang sampai detik ini masih juga belum selesai, padahal Rey sudah habis sejak tadi. Rey menatap Nayla yang masih fokus dengan baksonya itu dengan seksama. Merasa diperhatikan, Nayla pun mengangkat kepalanya sambil menaikan kedua alisnya.

"Lo makan berapa mangkok?" pertanyaan itu hanya dibalas dengan Nayla yang menyipitkan kedua matanya pertanda ia tidak mengerti.

"Kok belum selesai?" tanya nya yang disambut senyum tipis sambil bergeleng. Nayla lupa, kalau temannya yang satu ini atau lebih tepatnya orang yang berada didepannya ini tidak mengenal Nayla dengan baik.

"Lo tadi senyum Nay?" tanya nya dengan semangat.

"Hm"

"Lo dari dulu kalau makan memang selama ini?" Reyhan kembali bertanya ditengah ramainya kantin setelah ia melirik jam yang berada dipergelangan tangan Nayla. Kali ini Nayla menganggukkan kepala sebagai gantinya jawaban 'ya'

Jika kalian tanya mengapa mereka berdua bisa akur, jawabnya karena tadi pagi Nayla merasa bahwa Reyhan itu memang orang yang baik. Dan semenjak tadi pagi, ia mau berinteraksi dengan teman sebangkunya itu. Bukan nya tidak pernah berinteraksi, hanya saja sekarang Nayla mulai menanggapi perkataan yang dilontarkan oleh Reyhan. Seperti tadi, ia tersenyum didepan Rey walaupun sangat tipis dan juga walaupun masih tetap jarang bicara namun kali ini gerak tubuhnya yang seakan berbicara.

Sudah lima belas menit sejak bel masuk berbunyi, tapi kelas Nayla belum juga terlihat ada tanda-tanda guru akan datang. Banyak beredar gosip bahwa hari ini akan pulang lebih awal karena banyaknya guru yang mengikuti rapat awal tahun. Tapi juga ada yang mengatakan bahwa hari ini akan banyak jam kosong. Jika ada jam kosong ataupun pulang lebih awal pasti cepat beredar berita itu bahkan sebelum guru kelas yang mengatakannya.

"Nay, minta nomor WhatsApp lo" Nayla yang tengah menyibukkan diri dengan menggambar pun langsung mengambil handphone nya yang berada didalam tasnya lalu membuka password-nya dan tak lupa membuka aplikasi WhatsApp nya untuk disodorkan pada Rey yang baru saja meminta nomornya itu.

Reyhan yang sudah selesai pun tak langsung membalikan ponsel Nayla, tapi ia malah membuka kontak WhatsApp-nya Nayla untuk mencari tau berapa kontak yang dimiliki cewek cantik itu.

Namun malah Reyhan yang terkejut, karena isi kontaknya hanya ada 4. Ya hanya terdiri dari 4 kontak  yang hanya terdapat nomor kedua orang tuanya ditambah pembatu rumahnya dan Risa, temannya sewaktu kelas sepuluh lalu. Dan kini bertambah satu menjadi lima.

"Nay" panggilnya sambil menyodorkan ponsel Nayla kepada pemiliknya itu.

"Tawaran gue sewaktu kita dirooftop masih berlaku lho Nay" Reyhan mengingatkan Nayla kembali pada saat ia menawarkan diri menjadi teman Nayla.

"Kenapa?" tanyanya dengan nada datar bahkan tidak ada nadanya, dengan tangannya yang masih sibuk menggambar kartun kesukaannya itu,

"Karena gue mau jadi temen lo" jawabnya singkat, sejujurnya Nayla masih ragu untuk menerima tawaran pertemanan dari Reyhan.

"Hm" setelah menjeda panjang, akhirnya Nayla mengiyakan tawaran Reyhan dengan berdehem.

"Jadi kita teman?" tanya Rey dengan antusias, lagi lagi Nayla hanya berdehem.

Suasana kelas yang tadinya ribut, berisik, ramai sekarang menjadi sunyi karena ada pengumuman lewat speaker kelas yang ada di masing masing kelas. Terdengar dari suara itu, bahwa hari ini semua guru ternyata mengikuti rapat awal tahun yang menyebabkan pulang lebih awal. Semua murid bersorak senang karena pulang lebih awal dari biasanya, termasuk Rey tapi tidak untuk Nayla.

Nayla hanya menanggapi nya dengan biasa biasa saja, senang tidak sedih apalagi. Dengan segera Nayla mengemasi barang-barangnya untuk dimasukan kedalam tas abu-abunya.

Kakinya melangkah untuk keluar dari dalam kelasnya. Jalan sendirian, ya sudah biasa si bahkan sangat biasa. Reyhan sudah mengajaknya pulang bersama namun Nayla bersikukuh untuk tetap pulang sendiri dan hasilnya ia sendirian berdiri didepan gerbang untuk menunggu angkotnya saat ini.

Tbc.

***

PURWOREJO,

Meet Again ; Ketika Kisah Belum Usai [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang